Chapter 13

112 7 0
                                    

---


Sesak rasanya dada ini, mereka bertiga melihatku. Aku tak tahu tapi pikiranku menyimpulkan sebuah jawaban. Sebuah kunci tajam untuk pintu yang disegel sejak lama.


J-Jika Nozomi menghilang setelah mencoba benda seperti itu, maka kejadian yang sama menimpaku juga. Aku sudah menghilang dari duniaku dan berada disini sekarang. Mungkin...


"Sudah, ayo kita kunjungi yang lain," Kotori memotong pemikiranku, menarikku untuk beranjak. Eli menebar senyum terakhirnya untuk hari itu, kami pun berjalan meninggalkannya dengan perasaan berat hati. Tapi Kotori dingin begitu!!


Hari mulai siang, sengat matahari begitu menusuk sampai kurasa kepanasan. Kurasakan kering di leher, haus melanda. Aku sudah tak kuat ingin minum sesuatu yang dingin! Ah aku ingat jus jeruk semalam...


Ah sial, hujan turun. Kami berlari kecil menuju sebuah warung di sekitar pantai. Untung saja ada warung disini. Karena haus dan penasaran, kucoba memanggil pemiliknya, dan membeli minuman dingin.


"Silakan--" sang penjual terkejut melihatku, dia ternyata adalah gadis yang cantik. Tinggi semampai, seperti aku pernah melihatnya dulu... t-tunggu... mata sipit itu... t-tidak mungkin!! "... eh..."


Gadis penjaga warung itu berlari meninggalkan kami. Aku yang penasaran mengejarnya, tak tahu 'diriku' atau Kotori membuntuti. Tetap aku kejar dia, "hei!! Kau mau kemana?! Hei!!"


"Menjauh!!" usirnya, larinya semakin melemah. Dia terjatuh! Astaga!! Kucoba membangunkannya. Wajahnya kotor dan lecet, kakinya juga sama. Mengeluarkan darah.


"Kau tidak apa??" kucoba lebih dekat melihat wajahnya, gadis itu mulai menangis. Baju merahnya terkena lumpur sekaligus air mata, aku sangat kasihan melihatnya. Kucoba mengelus dan menyingkirkan debu di pipinya, agar--


Maki-chan...?


Mataku membeku melihatnya, d-dia benar-benar M-Maki... aku dapat merasakannya, "M-Maki-chan...?" kutanya padanya, tak salah lagi, d-dia pasti gadis kaya itu... tapi kenapa malah membuka warung...?


Dia masih menangis, lalu tiba-tiba memelukku dengan sangat erat, sampai sulit bernafas, "Maaf!! Maafkan aku Honoka!!" dia merintih, entah kenapa... aku penasaran dengan yang terjadi. Dia terus menangis di jalanan sempit itu.


"Maaf," Maki terus mendekapku. Namun---


----


Ahh... d-dimana ini...?


Kepalaku terasa sakit, kubuka mata, dan melihat sebuah kamar yang sederhana. Dengan jendela yang sudah retak sedikit, tembok yang lembap, dan banyak nyamuk disini... i-ini dimana...?


Kudengar suara hentakan alat masak, dan mencium bau yang enak. Tidak ada tanda-tanda manusia disini, a-apakah aku sudah mati...? Kubuka selimut hangat ini, dan mencari orang yang mungkin ada.


Kulihat seorang ibu sedang memasak, dia sangat hebat. Tercium bau yang lezat sekali, dia menoleh dan menebar senyuman. Sepertinya aku pernah lihat senyuman dan matanya. Dan sosok keibuan itu...


"Ah, kau sudah bangun ternyata..." suara wanita itu sangat kecil, sangat khas dan tak bisa dilupakan. Dia menyodorkan sup hangat itu padaku, "aku menemukanmu di jalan kecil, kasihan sekali, bajumu kotor dan basah. Apa yang terjadi sampai kau tergeletak disana?"


Sebelum menjawabnya, kuseruput sup itu... hmm!! Enak!! Seperti buatan ibu di rumah, sungguh membuatku merasa lebih baik. T-Tapi aku tidak bisa bertemu 'diriku' dan Kotori lagi, ini sudah malam...


"A-Aku tiba-tiba saja tidak sadarkan diri," jawabku padanya, mengembalikan sendok sup itu, "aku sedang mengejar temanku, lalu... entahlah..."


Wanita dengan rambut panjang indah berkilau itu tersenyum padaku.


Senyuman yang biasa kulihat setiap pagi dulu.


Mungkinkah...


---


Bersambung...

Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang