Chapter 9

135 8 0
                                    

---


"Honoka!!" serunya tiba-tiba. Membuatku terkejut dan tak tersedak kuah hangat ini.


"A-Ada apa...?" dia terlihat sangat gembira, t-tunggu... berarti dia menyebut dirinya sendiri yang adalah aku dengan namaku sendiri dan aku menyebutnya dengan namaku...? Ahh membingungkan saja.


"Kotori!! Kotori sudah sampai!" matanya berbinar, seperti kehilangan kesedihan yang barusan melanda. Mungkin kedatangan Kotori ke Jepang mengembalikan semangatnya yang secerah sinar matahari itu. Apakah cinta adalah matahari?


Aku merasakan kebahagiannya. Tentu saja aku akan sangat rindu pada Kotori jika berpisah dengannya lama, dan dengan jarak yang jauh. Bagaimana bisa seseorang tahan berjauhan dengan temannya sendiri? Maksudku teman yang sudah sangat lama saling mengenal.


----


"Kotori!!" 'aku' sangat bahagia saat melihat Kotori. Wuaaahhh... dia semakin cantik!! Dia datang ke rumah dengan memakai gaun putih yang indah dan lembut, seperti dibuat dari bulu alpaca! Hewan kesukaannya.


"Honoka-chaaannn!!!" dia datang, telingaku benar-benar tak asing mendengarnya. Burung kecil itu memeluk 'aku' dengan semangat. Mereka berdua benar-benar bahagia, sementara aku merindukan Kotori yang ada di zamanku, "ehh...?" dia menoleh padaku.


P-Pasti dia berpikiran buruk. Tentu saja, siapa yang tidak kaget melihat 'tiruan' temanmu didepan mata? Pasti seram sekali 'kan? Itu barangkali yang Kotori rasakan. Dan ya...


"K-Kotori?" dia terlihat bingung, "ehh..." 'diriku' mulai panik. Aku juga sama, namun apa yang bisa kulakukan??


"S-Siapa i-itu...??" tanya Kotori, dengan suara yang nyaring seperti dulu. Tak ada yang berubah darinya, "a-apakah itu... ha-hantu...??" dia menutupi bibirnya, kutebak dia akan meledak, gadis dengan rambut coklat (atau abu?) itu menutupi bibirnya. Seperti akan menangis.


Dia benar-benar sangat terkejut ketika melihat diriku yang masih SMA, "H-Honoka...? J-Jangan-jangan...?" Kotori tahu sesuatu, hanya saja aku tak tahu apa itu...


Dia pun tiba-tiba menarik 'diriku' ke kamar, lalu menutup pintunya. Terdengar perdebatan yang cukup jelas, membuatku makin penasaran. Apakah dia tahu tentang kejadian ini? M-Maksudku, tentang mungkin katakan... paradox ini?


----


Mereka berdebat, lalu 'diriku' keluar dengan ekspresi yang ragu, menutupi fakta dengan senyuman palsu. Aku tahu itu, aku bisa merasakan setelah melihat bibirnya.


Kotori pun menyusul keluar, dia juga menyembunyikan sesuatu, namun dengan sedikit kesedihan dan amarah. Masalahnya adalah, perdebatan mereka tidak terdengar begitu jelas.


"Honoka," dia memanggilku, diriku yang satu lagi, "... Kotori akan tinggal disini beberapa waktu, jadi jangan merepotkan ya," ujarnya, aku tak bisa menjawab apa-apa, karena itu sangatlah aneh.


Aku seperti berada diantara dua jurang sekarang, jika salah melangkah, aku akan jatuh. Dan jika kukira aku berada di jalan yang benar juga, aku bisa jatuh. Kuanggukkan saja kepala ini, meski tak begitu mengerti.


Kotori sepertinya tidak suka dengan keberadaanku disini, maksudku adalah yang benar-benar diriku. Bukan 'aku' yang sudah dewasa. Kebingungan ini menyerangku. Sekali lagi bagai panah yang menusuk di hati.


----


Malam kembali datang, kami bertiga pergi berbelanja. Rambut oranye milik diriku yang sudah dewasa sangat indah diurai, dipanjangkan tanpa terhalang pita kuning yang selalu melekat. Membuat 'diriku' terlihat cantik.


Aku bahkan tak percaya kalau itu adalah aku saat nanti. Apakah aku akan mengalami ini juga? Ataukah ini hanyalah ilusi semata? Jika ini benar-benar nyata, maka ini tidak mungkin. Ah lupakan.


Kotori menunjuk sebuah toko dan kami pun berjalan kesana, 'aku' dan dia benar-benar bahagia. Apakah Kotori tahu kalau Umi sudah tiada...? Aku ingin memberitahukannya, tapi dia tampaknya sudah tahu dan ingin menghibur 'diriku' yang sedang kehilangan.


Singkat cerita, tiba-tiba saja seseorang menghentikan kami di perjalanan, mereka adalah tiga orang gadis seumuranku di SMA. Yang satu dengan rambut hitam panjang, yang satu berabut pirang dengan ikatan aneh... dan satu lagi... dia sembunyi dibalik tiang lampu jalan.


Astaga.


---


Bersambung...


Kousaka Honoka: WARPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang