#1

656 43 5
                                    

Voleta celingukan di depan gerbang sekolah yang sudah tertutup rapat. Di dalam sana tepatnya di lapangan upacara terdengar suara Pak Sugeng yang sedang memberi pidato upacara.

"Ssst!"

Voleta berusaha memanggil temannya yang selalu baris di tempat paling belakang, di bawah pohon asam yang rindang dan dekat dengan pagar.

"Ssst! Heh! Bobby!"

Bobby yang dipanggil belum juga menoleh ke belakang, Voleta kesal bukan main. Ia melihat pecahan genting yang ada tak jauh dari sepatunya dan buru-buru mengambilnya.

Ptak!

"Anjir!" Bobby mengusap lengannya yang kena lemparan pecahan genting dan langsung menoleh ke belakang.

"Bukain gerbang!" Voleta membuka mulut tanpa bersuara.

Bobby bukannya menuruti permintaan Voleta malah ia mencolek pria yang berbaris dua jarak di depannya.

Pria itu menolehkan kepalanya, "Pacar lo tuh telat lagi." adu Bobby sambil menunjuk gerbang dengan dagunya.

"Biarin aja."

Voleta yang kesal karena tidak bisa masuk, mulai nekat membuka sendiri gerbang di depannya.

"Yes!" pekiknya tanpa suara.

Voleta mengendap-endap menyelinap ke dalam barisan kelasnya yang tidak jauh dari gerbang. Ia berhasil ikut berbaris paling belakang dan tersenyum lebar, "Untung bisa masuk."

"Untung ya?"

Suara barusan membuat beberapa siswa yang berbaris paling belakang menoleh ke arah Voleta. Ia pun ikut menoleh ke samping kirinya.

"Telat lagi?"

Voleta meringis, "E...eh Bu Deska. Hehehe."

"Maju ke depan." Bu Deska menarik lengan Voleta keluar dari barisan untuk jalan ke depan.

Voleta sama sekali tidak memasang wajah bersalah, ia malah menebar senyuman ke beberapa siswa yang menatapnya.

Termasuk ke Leo, yang menghela napasnya melihat Voleta yang sudah beberapa kali langganan telat ikut upacara hari senin.

Tapi begitu Voleta mendapati Bobby yang juga menatapnya, ia malah memasang wajah galak, "Nggak sudi gue punya temen kayak elo Bob." katanya.

"Bodo amat." balas Bobby.

Voleta disuruh berdiri di baris kelasnya yang  paling depan, "Besok kalo telat lagi, kamu akan Ibu hukum di depan tiang bendera, upacara sendiri." ancam Bu Deska.

"Kamu nih ya, pacarnya aja rajin, menang lomba sana-sini, kamunya malah jeblok gini. Bisa-bisanya kalian pacaran. Jomplang."

Voleta hanya tertawa, "Hehehe."

Bu Deska pergi, Voleta pun diam. Ia berpikir, beberapa orang memang heran kenapa bisa ia dan Leo berpacaran. Satu berlian, satu batu kali. Jomplang, nyungsep.

Entah berapa lama Voleta merenungi itu semua, sampai tak sadar kalau upacara sudah selesai.

Semuanya membubarkan diri ke kelas masing-masing. Voleta juga menuju kelasnya. Bahunya dicolek. Bobby nyengir lebar ke arahnya.

"Nggak kenal." Voleta lanjut jalan ke kelasnya.

"Yee baper amat sih Vo, lagi PMS? Makanya jangan telat melulu." Bobby sudah menyusul di sampingnya.

"Jahat lo, jadi kena hukum kan gue."

"Pacar lo aja udah ogah nolongin, apalagi gue?"

Voleta menjulurkan lidahnya. Ia berhenti ketika tangannya ditahan.

"Minum. Nanti drop."

Voleta menatap botol vitamin yang baru diberikan Leo, yang selalu dilakukan oleh pria itu sejak awal mereka ikut MOS dan di sana Voleta pingsan karena anemianya kambuh.

"Hehe, makasih."

"Hm."

Leo berjalan ke kelasnya meninggalkan Voleta yang masih tersenyum menatap kepergiannya.

"Kering gigi lo nyengir mulu." Bobby menarik Voleta untuk masuk ke kelas mereka.

Karena Voleta dan Leo bagaikan dua sisi mata uang, berlawanan namun saling melengkapi.

Keheranan bukan hanya pada Voleta saja, seisi sekolah bahkan sampai para guru pun masih tak habis pikir, Leo si bintang bisa menyatakan perasaannya ke Voleta si gadis yang suka telat dan langganan kena hukum ini itu.
















First update buat series baru 🎉

Kenapa pilih cast Leo VIXX?
- Dia bias gue setelah Kim Sunggyu Infinite. Cocok lah buat cerita ini, cuek-cuek gemas minta disayang gitu

CUEK ✖ J.LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang