#22

253 16 7
                                    

Leo dan Voleta sudah jarang menghabiskan waktu berdua.

Kecuali tiap datang dan pulang ke sekolah bersama.

Voleta juga tak banyak menuntut dan mengeluh, Leo pun juga begitu.

Entah apa yang membuat Voleta yang cerewet setengah mati bisa menjadi cuek seperti ini.

Bobby sampai heran, karena sekarang Voleta lebih banyak waktu jalan berdua dengannya ketimbang dengan Leo, pacarnya.

Leo juga mulai sibuk dengan kegiatan ini itu, beberapa kegiatan di luar sekolah membuat dia harus beberapa kali meminta dispensasi untuk tidak mengikuti pelajaran di sekolah.

Voleta yang asyik menyuap siomay pesanannya di kantin sekolah, nyaris tersedak karena Bobby datang sambil menepuk kepalanya.

"Kalo gue keselek, lo bakal gue gentayangin!"

"Keselek siomay nggak bikin mati."

Voleta kesal. Hampir tersedak tadi.

"Jadi gue mau tanya sama elo."

"Tanya apa?"

"Kenapa lo sekarang kayak lagi musuhan sama Leo?"

"Musuhan gimana? Nggak tuh, lebay aja lo."

"Gue nggak polos-polos amat ya. Ya kali pacaran tapi papasan di koridor atau dimana gitu nggak tegur sapa?"

"Kalo tegur sapa, gue harus ngasih tahu elo gitu biar tahu?"

Bobby mendecih, "Ngaku aja kalo lagi ada masalah."

Voleta makin kesal, "Heh, kok ngotot sih!"

"Ehem, skip dulu ributnya."

Suara tadi membuat Bobby dan Voleta menoleh ke arah belakang.

Wonwoo berdiri menatap keduanya dengan malas, "Lo dipanggil wali kelas lo di ruang guru."

"Gue?" Voleta menunjuk dirinya sendiri.

Wonwoo berdecak, "Iyalah."

Voleta tertawa garing, "Ngegas amat sih."

"Yaudah cepat ke ruang guru." Desak Wonwoo.

"Iya. Eh Bob, cabut dulu gue."

Voleta berdiri dan berjalan menuju ruang guru.

Langkahnya terhenti ketika Wonwoo mengikutinya di belakang, "Mau ngapain?"

Wonwoo tidak menjawab, dia malah langsung menggandeng tangan Voleta dan menyeretnya ke arah lain.

"Eh, eh!"

Wonwoo terus menyeret Voleta sampai ke belakang sekolah.

Cekalan di lengan Voleta langsung dilepaskan.

"Katanya gue dipanggil guru, kenapa gue dibawa kesini?!"

Wonwoo tak menjawab. Ia malah menatap Voleta.

"Jelasin ke gue." Ucapnya.

"Apa yang harus gue jelasin?"

Wonwoo mengubah tatapan tajamnya menjadi sedikit sendu, "Jelasin ke gue, Vo. Elo nggak disakitin Leo kan?"

Voleta diam.

"Elo pacarnya Leo, kenapa dia malah jalan sama cewek lain?"

"Mungkin temannya."

Wonwoo tertawa kencang, "Just friend? Tapi harus gitu pakai pelukan segala?"

Suara Wonwoo menjadi rendah di ujung perkataannya.

Voleta menatap Wonwoo, "Gue nggak tahu."

Wonwoo tak lagi bertanya, ia masih tetap memusatkan pandangannya ke arah Voleta.

Gadis itu masih sesekali tertawa kecil. Hingga kepalanya tertunduk dan sebuah isakan terdengar dari bibirnya.

Wonwoo mengikis jarak mereka dan menarik tubuh Voleta untuk memeluknya.

"Gue nggak tahu." Cicit Voleta lirih di sela isakannya.

Wonwoo mengusap kepala belakang  Voleta.

Voleta memang sudah tahu jika hari ini akan terjadi.

Hari dimana ia tahu jika hatinya akan sakit.

Sudah berusaha untuk tidak peduli, selama bukan dirinya sendiri yang melihat faktanya.

Tapi ternyata ini lebih sakit, jauh lebih sakit daripada harus tahu saat orang yang sedang memeluknya ini pernah ia tampar karena mengaku berselingkuh.

"Kenapa lo diem aja?"

Voleta masih diam.

"Kenapa lo nggak tampar mukanya, kayak waktu itu lo nampar gue?"

Voleta menjauhkan tubuhnya dari Wonwoo.

Ia menatap Wonwoo, "Jangan ikut campur lagi sama urusan gue."

"Gue berhak ikut campur. Karena lo harus dapat orang yang jauh lebih baik dari gue, bukannya malah jatuh ke cowok yang bahkan lebih buruk dari gue."

Voleta tertawa, "Iya. Elo sama dia itu sama. Sama-sama buruknya. Dan kenapa gue harus kejebak diantara cowok-cowok buruk kayak kalian sih?"

Voleta mendongak sambil mengusap pipinya yang masih basah.

"Tapi gue nggak rela lo dapet cowok kayak dia."

"Kayak apa?"

Wonwoo mengepalkan kedua tangannya.

"Vo! Elo boleh benci sama gue, lo boleh jijik sama gue. Tapi lo jangan pernah lupa, kalo gue nggak akan rela lo disakitin lagi sama orang yang brengsek, kayak gue."

Wonwoo meninggalkan Voleta di tempat itu sendirian.

Ia kembali menunduk dan menangis.

CUEK ✖ J.LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang