#21

262 25 3
                                    

Sejak pagi sampai siang ini hujan belum berhenti, masih cukup deras.

Sebagian orang lebih memilih menahan diri untuk keluar rumah.

Tapi tidak untuk dua orang yang kini sedang duduk saling berhadapan.

"Aku senang ternyata kamu mau datang ke sini."

"Apa yang mau kamu omongin?"

"Ngobrol-ngobrol ringan aja dulu ya, lagian juga masih hujan di luar."

Eunji tersenyum tipis ketika Leo memandang ke arah lain.

"Kamu pacaran sama cewek yang waktu itu?"

"Iya."

"Sejak kapan?"

Leo menghela napasnya, "Setelah aku terpuruk dan dia bantuin aku buat keluar dari masa-masa sulit itu."

Jawaban Leo membuat Eunji menggigit bibir dalamnya.

"Kalo aku balik lagi dan ambil apa yang harusnya jadi milik aku, nggak apa-apa dong?"

Leo menatap Eunji, "Maksud kamu apa?"

Eunji hanya balas menatap Leo.

"Jangan pernah usik Voleta."

Eunji berusaha menggenggam tangan Leo namun ditepis oleh pemiliknya.

"Aku balik ke sini buat kamu. Buat kita."

Leo segera menarik tangannya, "Aku pulang." Ia juga langsung berdiri dari kursinya.

"Kamu biarin aku sendirian disini?"

Leo menatap Eunji, "Iya."

"Kamu tega?"

"Iya."

Eunji tertawa, "Nggak apa-apa. Kayak begini aja, aku masih cinta sama kamu kok."

Leo tak ingin lama-lama disana, ia segera pergi.

Eunji melihat Leo keluar dari pintu kafe dan menerobos hujan dengan masa bodoh.

"Aku nggak pernah main-main sama apa yang udah aku ucapin."

Eunji menatap layar ponselnya yang sedang menampilkan postingan foto dari akun sosial media milik Leo.

Foto Leo dan juga Voleta yang sama-sama tersenyum ke arah kamera.

"Lo nggak pantas buat Leo."

Tatapannya kini mengarah hanya ke Voleta.

-----

Voleta mengecek ponselnya. Berharap Leo menghubunginya.

Tapi nihil, hanya ada beberapa pesan yang berasal dari grup kelasnya.

Ia berusaha melupakan masalah tadi malam.

Tapi ia juga tidak bisa bohong kalau bisa melupakan begitu saja.

"Siapa ya kira-kira yang tadi malam ngechat?"

Ponsel berbunyi, sebuah notifikasi pesan masuk.

Bobby:
Anterin beli tiket End Games lah

Voleta mendengus begitu tahu siapa yang mengirimnya pesan.

Chatime hazelnut milk
chocolate yg large

Bobby:
Ashiyaaaap
Gue jemput 20 menit lagi

Dan berakhirlah Voleta duduk di samping Bobby.

"Film belum tayang, udah beli tiketnya aja lo."

"Biar nggak kehabisan."

"Ya pokoknya gue juga harus dapet 1 tiket."

Bobby mengerem, "Katanya Chatime doang!"

Voleta memukuli lengan Bobby karena kepalanya hampir terbentur dashboard.

"Jidat gue kalo benjol, daya jual gue turun nih!"

"Sok sok-an daya jual. Lo bukan jomblo. Siapa yang minat?" Ledek Bobby.

"Gue aduin Leo, ampun ampunan lo nanti."

Bobby tak lagi menyahuti.

"Kok diam?"

"Vo, gue mau nanya deh."

"Nanya apaan?"

"Misalnya nih, misalnya ya. Teman gue---"

"Iya apa?"

"Eh nggak jadi deh. Gue mau nanya yang lain aja."

"Kenapa teman lo?"

"Kayaknya dia dibohongi sama pacarnya."

Voleta menegok ke arah Bobby, "Kok bisa? Ada buktinya?"

Bobby menelan ludahnya beberapa kali, "Ya gitu. Teman gue sih kayaknya belum tahu, cuma ya ada beberapa orang yang liat kalo pacarnya tuh sering jalan sama yang lain."

Voleta memainkan kukunya.

"Hm gimana ya?"

Bobby sesekali melirik Voleta sambil terus menyetir, "Gimana?"

"Ya harusnya temen lo cari bukti dulu. Benar atau nggaknya. Itu aja sih. Kalo udah ketahuan, ya itu urusan dia ke pacarnya."

"Kalo misalnya elo ada di posisi temen gue ini, elo bakal lakuin apa Vo?"

"Kok gue sih!?"

"Ya masa gue? Gue jomblo nih." Bobby kesal.

Voleta tertawa kaku. Seolah tahu, siapa yang sedang diceritakan oleh Bobby.

"Kalo gue ada di posisi teman lo, gue bakalan kasih pilihan ke cowok gue."

Bobby hanya mendengarkan tanpa ia sadari jari-jarinya mencengkram kemudi mobilnya.

"Pilih gue atau selingkuhannya." Lanjut Voleta.

Voleta menghela napasnya sebelum melanjutkan, "Mereka akan lebih memilih yang kedua daripada yang pertama. Karena kalo dia cinta sama yang pertama, kenapa sampai bisa ada yang kedua?"

Mobil mereka berhenti di lampu merah. Tepat setelah Voleta mengeluarkan pendapatnya.

Bobby menatap lurus ke depan. Sesekali ia melirik ke arah Voleta dari ekor matanya. Gadis itu menatap ke samping.

"Vo."

Voleta menoleh ke arah Bobby, "Hm."

Bobby menatap Voleta. Mereka kenal dan bersahabat sudah cukup lama. Bobby akan jadi orang pertama yang berdiri di depan Voleta jika ada yang ingin menghancurkan gadis itu.

Dia juga tak akan segan untuk menghajar Leo, jika benar kalau pria itu sampai membuat Voleta hancur.

"Kenapa sih ngeliatin gue? Gue cakep? Emang!"

Bobby mendorong telunjuknya ke kening Voleta sambil tertawa, "PD gila ya lo."

Voleta mengaduh sambil terus memukuli Bobby hingga keduanya lupa kalau sejak tadi mereka sedang membahas orang yang sama.

CUEK ✖ J.LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang