#15

261 26 0
                                    

Acara yang sudah dipersiapkan dengan matang, berlangsung meriah. Sukses malahan.

Selesai pada jam 7 malam tadi, sekarang semua panitia yang sudah turut andil dalam acara tersebut berkumpul untuk sesi evaluasi.

"Terimakasih banyak atas kerjasama luar biasa dari seluruh tim bagian."

Leo mengakhirinya dengan berjabat tangan dengan semua panitia.

Meski lelah, namun ekspresi bahagia tetap tercetak jelas di wajah mereka.

Tak terkecuali, Voleta.

Gadis itu sejak pagi sudah datang bersama Leo.

Dengan rengekan dan beberapa janji yang berhasil membuat Leo luluh.

'janji deh aku cuma duduk manis, liatin kalian kerja. ga bakal gangguin."

Ya, itu salah satu dari sekian banyak janji janji Voleta yang membuatnya dibolehkan datang oleh Leo.

Dan memang benar jika Voleta hanya duduk manis. Menjaga ransel punya Leo sambil memakan makanan ringan yang ia sudah siapkan.

Ada ruangan kecil di dalam ruang OSIS yang sering dipakai istirahat untuk anak-anak yang lembur dengan tugas atau proposal kegiatan, disana terdapat kasur lipat dan kursi panjang yang bisa dipakai tidur.

Ketika Leo masuk ke ruangan tersebut, Voleta benar-benar pulas tertidur disana sejak sore tadi.

"Lo cek gih, kayaknya daritadi nggak pindah posisi. Pingsan takutnya." Kata Riri, sekretaris OSIS yang sedang merapikan berkas-berkas di ujung ruangan.

"Emang begitu." Sahut Leo.

"Tadi sih dia nanya obat sakit perut terus gue balik kesini malah tidur. Makanya lo cek buruan!" Omel Riri.

Leo mendekati kasur yang ditiduri Voleta. Mengamati wajah gadis itu dari dekat.

Memang terlihat agak pucat, terutama di bagian bibirnya.

"Vo." Leo mengusap pelan pipinya.

Sedikit hangat.

"Gimana? Sakit benaran?" Riri melongok dari pintu.

Leo masih mencoba membangunkan Voleta.

"Pulang yuk." Leo kini mengusap kepala Voleta.

Terdengar erangan kecil dari mulut Voleta. Matanya masih terpejam.

"S...sakit."

"Apa yang sakit?"

Voleta membuka matanya. Ia mendapati Leo duduk di sebelah kirinya.

Leo melihat Voleta meremas kaos bagian perutnya.

"Sakit?"

Voleta mengangguk.

"Pulang ya. Nanti mampir ke apotik atau klinik."

Voleta menggeleng, "Langsung pulang aja."

Leo mengaangguk. Ia membantu Voleta bangun dan keluar dari ruangan.

"Pucet banget, Vo. Nggak apa-apa?" Riri menghampiri Voleta yang dipapah Leo.

Voleta mengangguk pelan.

"Bilang sama yang lain, gue balik duluan." Pesan Leo pada Riri.

"Oke. Hati-hati."

Voleta melambaikan tangan pada Riri.


-




Setelah masuk ke dalam mobil, Leo memasangkan seatbelt Voleta sambil menatap lekat wajahnya.

Voleta juga balas menatapnya.

Hingga terdengar isakan dari bibir Voleta.

"Perutnya sakit, Yo." Voleta menutup wajahnya dengan kedua tangan.

Leo menariknya ke dalam pelukan, "Ke klinik ya? Atau rumah sakit?"

Voleta menggeleng di bahu Leo.

"Kalo nggak mau, jangan ngeluh atau nangis lagi. Oke?"

Voleta menarik dirinya menjauh. Menatap Leo sambil bibirnya yang pucat mencebik.

"Ya udah ayo pulang."

Leo tertawa pelan sebelum menjalankan mobilnya.












CUEK ✖ J.LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang