#35

140 15 3
                                    

Bobby duduk menghadap Voleta. Tadi malam gadis itu mengirim chat singkat yang intinya meminta Bobby untuk menemaninya seharian.

"Elo nggak tidur ya Vo?"

Voleta masih diam kemudian punggung tangannya ditepuk pelan oleh Bobby, "Eh, kenapa Bob?"

Bobby paham. Pasti ada yang tidak beres dengam Voleta.

"Cerita aja. Gue bakal dengarin." pinta Bobby dengan nada penuh pengertian.

Voleta balik menatap Bobby. Pria itu juga masih belum bosan menatapnya.

 Pria itu juga masih belum bosan menatapnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Voleta menghela napasnya, "Bob."

Bobby hanya mengangguk kecil.

"Tadi malam gue nelpon Leo. Gue tanya lagi dimana dan gue dengar ada suara cewek disana. Dan Leo langsung matiin telepon gue."

Bobby bingung harus memberi reaksi apa atas cerita Voleta barusan.

"Bukannya Leo lagi sibuk banget ya? Jarang gue liat dia di sekolahan."

Voleta mengangguk, "Tadi malam itu kontekan kita sejak seminggu nggak kontekan, Bob."

"Seminggu nggak kontekan?" Bobby melotot tidak percaya.

Voleta mengangguk mengiyakan sebagai jawaban.

"Trus dia nggak kontek elo lagi?" Tanya Bobby. Dan Voleta menggeleng.

Hening cukup lama, Bobby sebenarnya ingin bertanya suara siapa yang bersama Leo tadi malam.

Karena ia sudah menaruh nama satu-satunya siapa orangnya.

"Gue juga nggak yakin sama yang gue denger semalm, tapi cewek itu manggil nama Leo."

"Lo kenal suaranya?" Bobby hati-hati bertanya.

Voleta meringis kecil, "Apa ini namanya kita lagi nuduh dia ya Bob?"

"Bukan nuduh. Kalo elo dengar sendiri, berarti emang lagi sama Leo juga itu cewek."

"Suaranya mirip kayak Eunji sih."

Tebakan Bobby benar kalau begitu.

"Vo."

Voleta menatap Bobby, "Apa?"

"Pacaran sama gue aja deh, gue nggak bakal nyakitin elo."

Voleta menarik rambut depan Bobby hingga pemiliknya teriak heboh.

"Becanda, Vo!" Bobby mencoba melepaskan jari Voleta dari rambutnya.

Voleta akhirnya melepaskan jarinya hingga membuat Bobby mengucap syukur secara berlebihan, "Makasih Ya Tuhan! Telah menyelamatkan hamba dari kebotakan di masa SMA."

"Lebay banget Bobby! Lo bukan teman gue!" Voleta tertawa.

Bobby juga ikut tertawa. Tertawanya Voleta memang nular.

"Gitu dong. Kan makin cantik."

"Sekian lama jadi teman, baru kali ini elo bilang gue cantik. Baru nyadar ya elo?" Voleta memainkan ujung rambutnya.

"Iya baru sadar, karena ketutup sama kebucinan elo. Makanya jangan bucin-bucin amat jadi orang."

"Bob, tapi serius! Kenapa Leo bisa sama Eunji tadi malam? Ngontek gue nggak bisa, tapi ketemu Eunji bisa!"

Bobby memijat pangkal hidungnya, "Eunji tuh siapanya Leo sih? Teman? Sepupu? Adik tiri?"

"Mana gue tahu! Mantannya kali." Jawaban Voleta membuat Bobby menunjuk hidung Voleta.

"Apaan sih Bob!"

"Elo nggak kepikiran begitu dari awal?"

"Kepikiran apa?"

"Mereka mantan."

Voleta menggigit bibirnya, "Justru Eunji pernah ngomong sama gue, kalo gue yang jadi perusak hubungan mereka."

"Lah?" Bobby berkedip beberapa kali.

"Emang gitu ya Bob?"

"Gitu apaan?"

"Gue yang jadi perusak hubungan mereka berdua."

"Lo udah pernah nanya ke Leo?"

"Nanyain Eunji itu siapa?"

"Iya elo tanya ke Leo, takutnya cuma akal-akalan Eunji doang."

"Leo nggak bilang kalo mantan cuma pernah bilang Eunji itu masa lalu."

"Sinting ribet banget."

"Trus gue harus gimana?"

"Elo nanya kayak gitu ke Leo, bukan ke gue."

"Maksudnya?"

Bobby menatap Voleta penuh keseriusan, "Suruh Leo pilih, elo atau si Eunji."

"Kalo Leo pilih Eunji gimana?"

"Ya udah elo pacaran aja sama gue."

Voleta ingin menjambak rambut Bobby lagi tapi ponselnya berbunyi. Ada panggilan masuk.

"Jawab" suruh Bobby.

Voleta menggeleng, "Malas."

"Sini gue yang ngomong."

Bobby menggeser ikon hijau dan menekan ikon loudspeaker.

"Halo."

"Iya." Voleta menjawab setelah dipelototi Bobby.

"Kamu dimana?"

"Lagi di luar."

"Shareloc, aku jemput kesitu."

"Mau ngapain, Yo?"

"Kita perlu ngomongin yang tadi malam, Vo."

"Emang tadi malam ada apa?"

Bobby menyentil kening Voleta.

"Aduh!"

"Vo!"

"Iya, Yo."

"Kamu kenapa? Cepat shareloc!"

"Iya aku shareloc, hati hati di jalan."

Panggilan berakhir. Voleta masih mengusap keningnya yang terasa panas.

"Lama-lama bisa bego gue jadi teman lo kalo disentil mulu, geser otak gue nanti."

"Lagian elo sok nggak butuh penjelasan."

"Kan gue lagi malas ketemu dia."

"Kalo malas ketemu, jangan curhat mulu."

"Elo nggak suka jadi tempat curhat gue Bob?"

Bobby mengusap wajahnya, "Nggak gitu Voleta!"

"Udah cepatan lo shareloc ke Leo. Gue mau ngumpet dulu, trus gue cabut kalo dia udah datang."

"Trus gue pulang sama siapa?"

"Ya sama Leo aduh bolot banget teman gue ini." Bobby mengacak rambut Voleta.

CUEK ✖ J.LeoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang