29

491 34 0
                                    

Dugaan Livya benar, itu mobil Zaky. Dia berjalan keluar, Livya melihat Zaky yang sedang menyenderkan tubuhnya ke mobil. Livya baru saja ingin menghampirinya, ada seorang cewek muncul dan memberikan minuman. Livya mengurungkan niatnya untuk menghampiri Zaky dan melihat apa yang mereka lakukan.

Mereka berdua sangat akrab, bahkan mereka tertawa bersama. Livya tidak tahan melihat mereka berdua, rasanya hati ini seperti di cabik-cabik atau mungkin lebih. Apa Zaky tidak menyadari Livya yang sedang memerhatikannya?

Livya buru-buru mengetik pesan kepada Zaky.

Zak, kamu lagi di mana?

Livya masih memerhatikan mereka berdua. Bahkan, sudah beberapa menit Livya mengirimkan pesan kepada Zaky tapi dia tidak membalasnya. Livya mengecek kembali ponselnya, dan...

"Shit!" umpat Livya.

"Pantes aja Zaky gak bales, pesannya gak ke kirim. Pulsa anda tidak mencukupi,... Ah, sialan!" Gumam Livya.

Livya segera memasukan ponselnya ke dalam saku. Ia berjalan ke arah Zaky.

"Eh, haiㅡ"

"Kamu malah mesra-mesraan sama dia?" ucap Livya sambil menahan emosinya.

"Kenapa dari kemarin kamu gak bales SMS dari aku?" Zaky malah balik tanya yang membuat Livya menggeram kesal.

"Kamu berani main di belakang aku?" Bentak Livya. "Kamu ngapain deket-deket pacar orang?" ucap Livya sambil menunjuk ke arah cewek tersebut.

Zaky malah tertawa, dan cewek tadi sedang menahan tawanya. "Livya, denger akuㅡ"

"Denger apa? Udah jelasㅡ"

Zaky menarik lengan Livya dan membawanya agak jauh dari keramaian orang. Dia memegang kedua bahu Livya dan berkata, "Livya, itu sepupu aku. Aku pernah cerita ke kamu, apa kamu lupa?"

Pipi Livya memanas, bingung menjawab apa. Dia sudah menduga yang tidak-tidak. Apalagi dia membentaknya di depan cewek itu. Sekarang dia sangat malu.

"Maaf," lirih Livya

Zaky tertawa pelan. "Makanya jangan dulu nuduh yang nggak-nggak. Tapi gak pa-pa, kamu marah artinya kamu cinta aku kan?"

"Tau ah," Livya meninggalkan Zaky dan pergi untuk meminta maaf kepada cewek tadi.

"Emm... Maaf tadi aku gak tau kalau kamu sepupunya Zaky." ucap Livya sambil menunduk.

"Gak papa kok, santai aja." kata cewek tersebut sambil tersenyum.

"Sekali lagi minta maaf." Setelah Livya mengucapkan itu, dia buru-buru pergi.

Memalukan, ini sangat memalukan. Bagaimana jika aku ketemu dia lagi? Ah, aku pasti akan gugup. Batin Livya.

"Kau darimana? Dan kenapa, kau terlihat sangat gelisah?" tanya Agnes.

"Emm, anu..." ucap Livya bingung.

"Kenapa?" tanya Raisha.

"Ah, sudahlah, aku pulang duluan." kata Livya, lalu berlari keluar.

"Kenapa dia? Kenapa dia mendadak berbicara pake 'aku'?" tanya Agnes.

"Entahlah," balas Raisha acuh.

"Ya sudah, biarkan dulu." kata Agnes.

Sesampainya di rumah, Livya buru-buru masuk ke dalam kamar. Livya masih risih, dan ia juga masih malu terhadap apa yang sudah ia lakukan tadi.

"Kenapa gue bisa ngelakuin hal itu?"

"Arghh!"

"Dek, kamu kenapa?" tanya Davin tiba-tiba.

"Ngagetin aja!" ucap Livya ketus.

"Kenapa sih? Kayak abis di kejar-kejar kecoa ya?" Davin malah menggoda Livya.

"Ish, ganggu aja! Sana pergi!" usir Livya.

Davin malah tertawa lepas. "Itu muka tolong kondisikan." ucap Davin di sela-sela tawanya.

"Hmm,"

"Kamu kenapa sih? Cerita dong!" kata Davin memaksa.

"Gak mau! Sana keluar!" ucap Livya sambil mendorong tubuh Davin keluar.

"Iya-iya," akhirnya Davin keluar dari kamar Livya.

Pukul 3 sore, Livya terbangun. Sudah biasa kalau dia tertidur di siang hari. Dia segera membersihkan tubuhnya. Setelah selesai, dia pergi ke bawah.

"Zaky?"

Livya terkejut saat melihat Zaky sedang mengobrol dengan kakaknya.

"Udah bangun, dek?" tanya Davin.

"Udah tau nanya, dasar bego!" ucap Livya ketus.

"Liv?" sahut Zaky.

"Apaan?" jawab Livya.

"Bentar, papah gak ada di rumah?" tanya Livya.

"Lagi ke luar kota." balas Davin.

"Gue gak mau jadi nyamuk, jadi gue mau main game aja." ucap Davin, lalu dia pergi ke arah kamarnya.

"Liv, kenapa kamu gak jawab pesan dari aku?" tanya Zaky.

"Maaf, aku masih bingung. Aku takut. Aku takut kamu kecewa sama aku. Kamu tau kan aku mau pindah ke luar negeri." ucap Livya.

"Aku gak peduli kamu mau pindah kemana pun, aku bakal nunggu kamu sampai kamu balik lagi. Kalau pun kamu gak balik lagi, aku akan nyusul kamu. Aku bener-bener sayang kamu, Liv."

"Makasih udah hadir di hidupku. Aku juga sayang sama kamu, akuㅡ" ucapan Livya terpotong karena Davin memanggilnya.

"Livya! Livya gawat!" ucap Davin panik.

"Kenapa, kak?" tanya Livya.

"Papah...."

"Papah kenapa?" tanya Livya panik.

"Papah kecelakaan, sekarang papah di rumah sakit." ucap Davin lemas.

Livya tidak bisa menahan air matanya. Air matanya keluar begitu deras, dia takut papahnya kenapa-kenapa.

"Tenang dulu, jangan panik. Mending kita sekarang kesana, dan berdoa." ucap Zaky dan di balas anggukan oleh Livya dan Davin.

You And Me [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang