Memaafkan itu memang mudah, tapi melupakan kekecewaan itu yang sulit. Azmy sadar, perlakuannya kepada Livya sangat kejam. Azmy sedikit lega karena udah meminta maaf kepada Livya, walau masih belum di maafkan. Pasti Livya butuh waktu berfikir.
Azmy masih duduk di cafè sambil menikmati minumannya. Dia melihat cowok yang tidak asing baginya. Azki. Ya benar, itu Azki yang sedang mengobrol dengan temannya, mungkin.
Azmya : Az, lo lagi di cafè kan?
Azkiya : Iya, kok tau?
Azmya : Gue deket kaca
Azki mencari keberadaan Azmy, dan akhirnya ketemu. Azki langsung menghampiri Azmy.
"Hai, Azmy." Sapa Azki sambil tersenyum.
"Juga, Az." Balas Azmy sambil tersenyum juga.
"Sendirian?"
"Tadi enggak kok. Gue udah minta maaf ke Livya."
"Terus? Di maafin gak?"
"Belum. Gue kejam banget ya, Ki."
"Yang namanya manusia pasti melakukan kesalahan. Baik disengaja atau enggak. Lo juga udah minta maaf, sekarang lo ambil hikmahnya aja."
"Iya Ki, makasih."
"Jangan panggil Ki, serasa manggil aki-aki."
"Gak pa-pa, lo emang aki-aki."
"Tapi suka kan?"
"Bukan selera gue."
Mereka berdua mengobrol lama sambil bercanda. Inilah yang di sukai Azmy kepada Azki. Azki bisa buat suasana jadi senang lagi. Setiap di dekatnya, hatinya berdegup kencang. Azmy baru merasakan yang namanya jatuh cinta.
Setiap lo sedih atau terluka, gak tau kenapa gue selalu pengen ngelindungi lo. Lo ada masalah, gue selalu bantu. Sepertinya gue jatuh cinta sama lo, Azmya. Batin Azki.
**
Hari ini, Farrel sangat senang. Ibunya udah sembuh dan bisa pulang. Papahnya juga udah baik seperti semula. Sekarang mereka bertiga sedang kumpul di ruang keluarga.
"Farrel kangen banget suasana ini."
"Sama papah juga, Rel."
"Mamah pengen kamu sekolah yang bener ya, Rel. Jangan nakal lagi."
"Iya, mah. Farrel gak bakal nakal lagi."
"Ajak juga temen-temen kamu buat gak nakal lagi."
"Zaky udah insaf duluan, Mah."
"Bagus dong."
"Iyalah, yang bikin Zaky berubah tuh Livya yang sekarang pacarnya."
"Kamu kapan punya pacar? Papah nunggu nih."
"Apaan sih, Pah."
Mereka bertiga saling bercerita. Farrel menceritakan kejadian-kejadiannya di sekolah. Mamahnya yang katanya sangat ingin punya anak lagi. Papahnya yang menceritakan bagaimana saat dulu dengan mamahnya berpacaran.
Gue seneng banget, akhirnya gue sama keluarga bisa balik lagi. Batin Farrel.
**
Livya sebenarnya ingin memaafkan Azmy, tapi lukanya masih membekas di dalam hati. Livya masih kecewa dengan apa yang dilakukan Azmy. Tapi, Livya juga rindu masa-masa dimana mereka berdua sering hangout.
"Gimana aja?" tanya Zaky.
"Dia minta maaf. Tapi aku masih belum bisa memaafkannya." ucap Livya.
"Gimana kalau kita ke kedai es cream?" tawar Zaky.
"Mau, Zak." ucap Livya girang.
"Nah gitu dong senyum, jangan cemberut mulu." kata Zaky sambil mencubit pipi Livya.
"Pipi gue bisa-bisa lebar gara-gara lo." ucap Livya sambil terkekeh pelan.
Butuh beberapa menit, mereka sampai di kedai es cream. Seperti biasa, Zaky memesan rasa Cokelat dan Livya rasa Vanilla. Setelah selesai, mereka langsung kembali ke rumah sakit.
"Mending kamu pulang, udah malem." kata Livya.
"Aku mau tetap di sini." Zaky tersenyum.
"Pulang dulu, di sini kan ada Kak Davin, terus temen-temen aku mau kesini." Livya terus memaksa Zaky pulang. Kasian Zaky dari kemarin menemaninya.
"Gak."
"Pulang Zaky. Nanti kalo kamu sakit, mamah kamu khawatir." ucap Livya sambil mencubit hidung mancung Zaky.
Zaky tersenyum. "Iya udah deh kalo kamu maksa. Aku pulang dulu ya, sayang."
"Hati-hati. Jangan kebut-kebutan!"
"Siap, Ay." ucap Zaky sambil tersenyum jahil.
Waktu menunjukan pukul 8 malam. Teman-temannya baru saja datang. Sedangkan Davin sedang membeli makanan untuk Livya.
"Liv, papah lo masih koma?" tanya Agnes.
"Iya, Nes."
"Tadi gue lihat Azmy sama cowok anak IPS, tapi gak tau namanya lupa lagi." kata Raisha.
"Tadi Azmy minta maaf sama gue. Tapi gue masih belum maafin dia." ucap Livya.
"Dia insaf nih ceritanya?" ucap Raisha sambil tertawa.
Agnes terkekeh pelan. "Enak aja tuh si Azmy minta maaf. Dasar gak tau diri."
"Udahlah, jangan ngomongin dia. Gue pasti maafin, tapi gak tau kapan." Livya menghembuskan napasnya.
"Zaky gak nemenin?" tanya Raisha.
"Gue suruh pulang dia, kasian dari kemarin." Livya senyum-senyum, jadi teringat kejadian di kedai es cream tadi. Zaky menjailinya.
"Lo kenapa senyum-senyum, Liv? Masih waras kan?" Agnes bertanya-tanya. Bingung, mengapa Livya senyum-senyum.
"Ah? Emm... Gak apa-apa. Gue masih waras!" Livya hampir memukul Agnes.
"Nih, makan dulu. Pokoknya harus abis ya." Davin tiba-tiba datang membawa sekantong makanan.
"Iya, Kak. Kakak udah makan?" tanya Livya.
"Udah kok," ujarnya.
Livya segera memakannya. Setelah habis, dia pergi ke toilet untuk mencuci tangan. Saat Livya balik lagi, dia di kejutkan oleh seorang dokter yang memberitahukan bahwa papahnya sudah sadar.
"Akhirnya papah sadar, Kak." kata Livya sambil memeluk Davin. Sedangkan Agnes dan Raisha ikut merasa senang.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Completed]
Teen FictionCover by @saturnusgrapihc Hidup ini kayak cuaca. Hari ini bisa hujan besok bisa cerah. Tapi, lo gak akan punya hujan selamanya, atau kemarau selamanya. Kita butuh pahit dan manis bersamaan, sebuah bentuk keseimbangan. -Remember When