Livya, Davin, dan Zaky segera pergi ke rumah sakit. Zaky yang menyupir, di jok belakang terdapat Livya dan Davin. Livya tidak henti-hentinya menangis, dia sangat takut.
"Udah Liv, jangan nangis lagi." ucap Davin sambil mengelus-ngelus rambut Livya.
Sesampainya di rumah sakit, mereka segera menanyakan dimana ruangan papahnya. Mereka pun langsung ke ruangannya yang berada di lantai satu. Pas sekali saat mereka sampai, dokter keluar dari ruangan.
"Gimana keadaannya, dok?" tanya Davin.
"Saudara Andre koma. Terjadi benturan yang keras di kepalanya, dan bisa saja dia terserang kanker otak. Namun, tim kami akan mengecek kembali apa betul terserang kanker atau tidak." kata Dokter.
Livya yang sudah berhenti menangis, sekarang dia menangis lagi.
"Gak mungkin papah terserang kanker!" ucap Livya di sela-sela tangisannya.
"Terimakasih atas informasinya, saya harap papah saya tidak terkena kanker." ucap Davin menahan tangisannya. Davin dari tadi terlihat tenang, tapi dalam hatinya dia sangat sedih dan menahan tangisnya.
"Tolong ya, Dok. Lalukan apa saja supaya saudara Andre tidak terkena kanker." ucap Davin lagi.
"Iya, saya akan usahakan." kata Dokter, lalu dokter tersebut meninggalkan mereka bertiga.
Zaky sudah membujuk Livya agar tenang dan tidak menangis terus, tapi sulit. Zaky pun sudah memberi kabar kepada sahabatnya.
"Liv, makan dulu." kata Zaky dengan nada lembut.
"Aku gak laper." ucap Livya.
"Tapi kamuㅡ"
"Gak mau, Zak!" Tolak Livya.
Akhirnya Livya tertidur di bahu Zaky. Zaky jadi sedih melihat Livya terus begini. Tiba-tiba ponsel Livya berdering, menandakan telepon masuk. Saat Zaky melihat Arkan yang menelpon, dia langsung mengangkatnya.
"Hallo? Liv, lo lagi ngapain?"
"Ini gue Zaky. Livya lagi tidur. Papahnya kecelakaan, sekarang di rawat di rumah sakit."
"Kok bisa? Terus gimana sekarang keadaannya?"
"Gue belum tau gimana bisa kecelakaan. Keadaannya sekarang koma."
"Ya udah, ntar gue kesana. SMS-in alamat rumah sakitnya."
"Oke."
"Jaga Livya ya, dia pasti nangis terus kan?"
"Iya gue pasti jagain."
"Gue tau dia gimana aja. Pas mamahnya meninggal juga dia nangis gak henti-henti."
"Gak nanya!"
"Gue ngasih tau."
"Udah tau."
Zaky langsung mematikan sambungannya.
Arkan banyak bacot kek cewek, njirr. Untung dia sahabat pacar gue, kalo bukan udah gue tampol kali. Batin Zaky.
**
Sudah tiga hari papahnya Livya koma. Itu membuat Livya makin sedih, kadang dia tidak mau makan. Tapi untungnya Davin selalu bisa membujuknya.
"Yang sabar ya, Liv." ucap Raisha.
"Lo juga harus banyak berdoa." Timpal Agnes.
"Iya, makasih ya kalian udah mau nemenin gue." ucap Livya sambil tersenyum tipis.
Ponsel Livya bergetar, menandakan pesan masuk.
Vy, gue pengen ketemu sama lo sore ini di LAQ cafè. Jam 4 aja.
Livya bingung, tumben Azmy mengajak ketemuan. Tapi, Livya juga rindu masa-masa dulu saat dia main bareng dengan Azmy.
Andai saja dulu tidak ada konflik, pasti sekarang Azmy ada di sini.Iya, Az.
Livya masih setia menunggu papahnya sadar. Setiap hari dia bolak-balik ke rumah sakit. Zaky juga selalu menemani Livya.
"Zak, Azmy ngajak ketemuan." ucap Livya memberitahu.
"Serius? Kapan?" tanya Zaky.
"Sekarang, makanya aku mau minta anter kamu. Boleh?" kata Livya.
"Bolehlah, masa sih enggak. Tapi aku takut Azmy ngapa-ngapain."
"Aku harap sih enggak, ya udah yuk!"
"Eh, Zaky! Livya!" Suara Arkan membuat Zaky dan Livya menoleh bersamaan.
"Mau kemana?" tanya Arkan.
"Azmy ngajak ketemuan." ucap Livya.
"Tapi... Eh gak jadi, ya udah sana. Hati-hati." kata Arkan.
"Iya, Ar. Kak Davin lagi ke kantin tadi, tunggu aja." ucap Livya.
"Kan Azmy ngajak ketemuan cuma sama aku. Jadi kamu tunggu ya." ucap Livya saat sudah sampai di Cafè.
"Tapiㅡ"
"Udah gak pa-pa. Kalo ada apa-apa aku tinggal manggil kamu atau SMS."
"Iya deh. Dia belom tau kalo pemilik Cafènya kamu?"
"Belum."
Livya masuk ke dalam Cafè dan mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan ini. Di tempat duduk pojok dekat kaca sudah ada Azmy. Livya pun segera menghampirinya.
Sekarang keduanya saling diam. Livya masih menunggu Azmy yang mulai berbicara, sedangkan
Azmy sedang memikirkan dari mana dia harus mulai berbicara. Azmy berniat mau meminta maaf kepada Livya. Azmy sudah tidak tahan terus-terusan begini."Liv?" sahut Azmy.
"Ya?" Jawab Livya.
"Hmm.. Gue mau minta maaf." ucap Azmy sambil menunduk malu.
"Minta maaf? Lo udah ngelakuin yang nggak-nggak di sekolah. Dari mulai fitnahlah, ejek gue, segala pokoknya. Dan sekarang lo minta maaf dengan gampangnya?" ucap Livya sambil tersenyum mengejek.
"Iya gue tau, gue udah jahat sama lo. Makanya sekarang gue serius mau minta maaf." ucap Azmy.
Livya berdecih. "Memaafkan itu gak gampang."
"Iya emang gak gampang. Gue bingung harus gimana lagi. Pokoknya gue minta maaf banget. Sekarang terserah lo aja mau maafin lo atau enggak." kata Azmy.
"Gue pikirin dulu." ucap Livya sambil berlalu meninggalkan Azmy sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
You And Me [Completed]
Teen FictionCover by @saturnusgrapihc Hidup ini kayak cuaca. Hari ini bisa hujan besok bisa cerah. Tapi, lo gak akan punya hujan selamanya, atau kemarau selamanya. Kita butuh pahit dan manis bersamaan, sebuah bentuk keseimbangan. -Remember When