2 - Gara-gara Fina

35 16 0
                                    

Sudah cukup! Amarah Tama tidak bisa dibendung lagi. Tama melempar es batu beserta lap dan baskom kecil itu kearah Kayla lebih tepatnya pintu didepan Kayla.

Brakk!!

Kayla menghentikkan langkahnya dan terkejut melihat baskom berisi es batu dan lap itu hancur dan berantakan didepan matanya sedangkan semuanya yg ada dibasecamp hanya terkejut dan menatap Kayla dan Tama bergantian.

Tama bangkit dari duduknya dan menghampiri Kayla. "Kalo lo nurut. Gua gak bakal bawa lo kasar"ucap Tama kemudian menarik tangan Kayla.

"Lepas, Tam"ucap Kayla memukuli tangan Tama yg mencekal tangannya cukup kuat. "Duduk"ucap Tama mendudukkan Kayla kasar disofa.

"Vi, mana es batunya"tanya Tama menatap Kayla yg hanya menunduk. Viola berdiri dan memberikkan baskom berisi es batu yg dilapisi oleh lap ke Tama.

Tama mengambil lap itu dan menyibakkan rambut Kayla yg menutupi wajahnya. "Kalo lo nurut gua gak bakalan bikin lo takut kayak gini"ucap Tama pelan. Kayla hanya diam dengan wajah datarnya.

Tama menempelkan lap itu kepipi Kayla dan detik itu juga Kayla meringis entah karna sakit atau dinginnya es batu.

Tama meniup-niup pipi Kayla sambil terus mengompres pipinya. "Lain kali jangan susul gua"ucap Tama yg masih fokus mengompres pipi Kayla.

Kayla menahan tangan Tama dan menatapnya. "Gua bisa sendiri, sekarang lo yg duduk" ucap Kayla mengambil lap ditangan Tama.

Tama tersenyum dan menurut saja. Ia tau bahwa Kayla tidak akan bisa marah kepadanya. Kayla menempelkan kain itu ke bagian luka Tama. "ini luka. Gua liat terakhir kali seminggu yg lalu dan sekarang lukanya ada lagi! Kapan lo bakal berenti?"ucap Kayla mengulang pertanyaannya lagi dan membuat Tama mendengus kesal.

"Obatin aja ngapa? Jangan buat kita berantem lagi deh"ucap Tama melembut. Kayla tersenyum dan menekan kecil luka disudut bibir Tama sehingga sang pemilik luka mengerang tertahan.

"Sakit bego!"umpat Tama menatap Kayla tajam. Kayla hanya terkekeh dan masih tetap membersihkan luka Tama.

Dilain sisi Viola hanya terdiam sambil menatap Yoga yg membersihkan lukanya sendiri. Viola juga ikut meringis saat melihat Yoga meringis menahan sakitnya.

Yoga menatap Viola jengkel. "Bantuin kek"ucap Yoga ketus. Viola hanya mengangkat alisnya sebelah. "salahnya. Gua tadi mau bantu, lo malah bilang gak usah"ucap Viola sambil menggeser duduknya mendekat ke Yoga.

Viola mengambil lap ditangan Yoga dan mulai mengompresnya. "kapan sih tawurannya selesai?"tanya Viola menatap luka dipelipis Yoga.

"Lo tanya arggg.. pelan ngapa!"ucap Yoga yg baru saja ingin menjawab tapi Viola entah sengaja atau tidak malah menekan lukanya.

"Aduhh-aduhh maaf gua gak sengaja" jawab Viola sambil meniup-meniup luka dipelipis Yoga. Yoga hanya berdecih. "bilang aja lo grogi kan deket gua"kata Yoga dengan pedenya dan Viola yg geram menekan luka itu dengan kencang. "argg! Sakit bego, lo niat gak sih bantuin gua shh.."umpat Yoga sambil menatap Viola jengkel.

Viola hanya menatap datar Yoga. "Gak tau diri"ucap Vola pelan namun masih didengar oleh Yoga. Yoga yg mendengarnya hanya diam dan menatap Viola jengkel.

"Udah"ucap Viola selesai mengompres luka Yoga. Yoga mengangguk dan menatap Kayla dan Tama. "lo tadi nanya kan kapan tawurannya bakal selesai"ucap Yoga meletakkan baskom itu kebawah kursi.

Viola menoleh kearah Yoga. "bakal selesai kalo Tama dan Kayla pacaran" jawab Yoga diiringi kekehaannya. Viola tidak bereaksi dan Yoga yg menyadari nya menoleh menatap Viola. "Gak lucu!" ucap Viola kemudian bangkit dan Yoga hanya tertawa.

Waiting! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang