27. Keadaan Fina

16 5 0
                                    

"Kay" panggil Tama namun tak digubris oleh Kayla. Tama menghembuskan nafasnya pelan dan menatap Bima dan Angel, Tama mengisyaratkan keduanya untuk Keluar dari ruangan Kayla saat ini juga.

Bima dan Angel mengangguk dan berjalan keluar. Tama menatap Kayla yg sudah memejamkan matanya.

"Aku ketempat Fina dulu" ucap Tama dan seolah-olah ingin pergi. Tama membuka pintu dan menutupnya kembali, ini hanya sebuah pancingan agar Tama tau apa yg dilakukan Kayla selanjutnya.

Tama berlari dengan cepat untuk bersembunyi dibawah Crank Kayla. Dan Kayla sendiri mulai bangkit dari Baringannya. "Dia beneran pergi?" tanya Kayla dengan suara yg menahan tangis pada dirinya sendiri. Tama tersenyum ketika Kayla mengucapkan Kalimat tersebut.

"Hikss.. Hikss.. Terlalu bodoh untuk percaya sama kamu, Tam!" ucap Kayla yg mulai menangis, senyum yg tadinya terukir dibibir Tama perlahan mulai luntur mendengar ucapan Kayla.

Crank itu sedikit bergerak, entah apa yg dilakukan Kayla diatas Crank. "Harusnya semua ini gak perlu ada ditubuh gua, harusnya gua mati aja. Harusnya hikss.. Gua bisa ikhlasin Tama pergi dari kehidupan gua" ucap Kayla sedikit sesegukkan.

"Haha, bodoh! Bodoh! Bodoh!!" pekik Kayla membuat Tama cemas dibawah sini. "Gua gak butuh semua ini!" ucap Kayla mulai melepaskan selang oksigen dihidungnya dan membiarkan jatuh menjuntai didekat Tama.

Tama membulatkan matanya ketika  menatap selang oksigen menjuntai disamping Crank Kayla. Tama yg sudah cemas segera keluar dari persembunyiannya.

"Kayl!!" pekik Tama saat melihat Kayla ingin melepas infusnya. Kayla terkejut dan menatap Tama, Tama menepis tangan kanan Kanan Kayla agar menjauhi Tangan Kiri Kayla yg dipasang infus. "Apa-apaan ini!" ucap Tama menatap Tajam Kearah Kayla.

Kayla semakin menangis dengan kencang dan mendorong tubuh Tama. "Pergi! Aku kira kamu beneran sayang sama Aku! Nyatanya kamu mau temuin dia lagi" ucap Kayla dengan marah. Tama menghembuskan nafasnya dan sebisa mungkin untuk memeluk Kayla. "Cukup! Jangan kayak gini lagi" kata Tama saat sudah memeluk Kayla.

"Hikss.. Hikss.. Kamu jahat" ucap Kayla sembari memukul dada Tama. "Stt.. Udah jangan nangis lagi, aku ada disini" ucap Tama memperkuat pelukannya pada Kayla.

"Aku sayang sama kamu! Ingat itu baik-baik, masalah aku mau ketemu sama Fina. Aku mau ajak kamu, gak mungkin aku pergi sendirian. Dia sahabat kamu, Kay. Sejak kapan kamu jadi jahat kayak gini, gak mau ketemu sama dia" jelas Tama ketika Kayla hanya sesegukkan dipelukkannya.

"Ss.. Sakit" ucap Kayla, membuat Tama melepaskan pelukkannya dengan cepat. "Aa.. Apa yg sakit?" tanya Tama dengan cemas. Kayla menegakkan tubuhnya dan memegang lehernya.

Tama menghembuskan nafasnya kemudian mengulurkan tangannya untuk memijit kepala bagian bawah belakang Kayla seperti tadi. Tama menatap Kayla yg masih sesegukkan. "Udah jangan nangis lagi" ucap Tama kemudian melepas pijatannya dan memencet tombol merah didinding. "Bawa kursi roda, masker mulut, dan tolong cepat kemari" ucap Tama berbicara didepan tombol merah itu.

Tama kembali duduk didepan Kayla dan mengambil selang oksigen yg menjutai tadi kemudian memasangkannya kehidung Kayla. "Udah jangan nangis lagi, aku gak mungkin ninggalin kamu" ucap Tama diiringi bunyi pintu yg terbuka.

"Permisi" ucap Seorang suster. Tama tersenyum ramah kearah Suster itu. "Pasien boleh keluar sebentar, Sus?" tanya Tama, Suster itu melihat Kayla sambil tersenyum. "Saya cek dulu ya" ucap Suster dan kemudian mengecek segala hal yg menyangkut kondisi Kayla.

"Pasien boleh keluar, dan selang Oksigennya jangan lupa dibawa ya" ucap Suster itu. Tama mengangguk dan menatap Kayla yg masih sesegukkan. "Udah dong, jangan nangis lagi" ucap Tama menghapus air mata Kayla yg masih keluar. Kayla memeluk Tama dengan erat. "Jangan tinggalin aku" ucap Kayla dan Tama hanya mengangguk sembari mengelus punggung Kayla.

"Iya, aku janji gak bakalan ninggalin kamu. Ayo, kita harus lihat kondisi Fina" ucap Tama dan Kayla hanya mengangguk.

******
Bima dan Angel duduk didepan ruangan Fina dirawat, dimana orang yg mereka tunggu? Tak ada satupun tanda-tanda Ia akan muncul dihadapan mereka berdua.

Tak lama dari itu, bunyi sebuah Sepatu dan Kursi roda menggema dilorong ini. Sedikit horor memang, wajar saja jika Bima dan Angel sedikit ketakutan.

"Inget! Jangan nangis lagi, aku gak suka kamu nangis"

Bima dan Angel sedikit tersenyum ketika mendengar Suara Tama diujung Lorong. Tak lama dari itu orang yg mereka tunggu akhirnya muncul. "Akhirnya lo dateng juga" ucap Bima tersenyum senang.

Mata Angel teralih menatap Kayla yg diam dengan ekspresi datarnya. "Kok Kayla diajak? Kondisinya udah membaik?" tanya Angel.

Tama tersenyum kemudian menatap Kayla. "Udah gak papa, orang obatnya ada disini" balas Tama mengelus pipi Kayla dari belakang, sedangkan Kayla hanya tersenyum.

Angel sedikit terkekeh. "Maafin gua ya, harus bikin lo kemari" ucap Angel berjongkok didepan Kayla. "Gak papa kok, lagi pula ngeliat kondisi Fina. Fina tetep sahabat gua, ya.. Walaupun dia... Ahh lupain ajalah" kata Kayla sambil tersenyum.

Angel hanya tersenyum sambil mengangguk kemudian bangkit dari posisi jongkoknya. "Ayo, Tam" ajak Bima menatap Tama.

Tama menatap Kayla sebentar dan mengangguk. "Jagain Kayla sebentar ya" ucap Tama dan diangguki oleh Angel.

******
Viola terkikik geli ketika melihat semua temannya berkumpul diruang tengah sembari menonton film Tom And Jerry. "Anjirr, coba gua lincah kek tuh tikus ya?" ucap Alfi membuat semuanya menahan tawa.

Plakk

Pukulan itu berhasil mendarat dikepala Alfi dengan santainya. "Bangsat! Sakit tolol!" umpat Alfi menatap tajam kearah Abel yg menatapnya dengan polos. "Ardi yg mukul! Kenapa jadi gua?" kata Abel.

"Aiss ngaku aja ngapa sih!" balas Alfi membuat Abel menatapnya tajam. "Udah wihh, lorang ini berisik bener" ucap Yoga melerai keduanya.

"Ehh si Kay apa kabar ya?" tanya Viola sembari menatap televisi. Semuanya menatap Viola. "Kuy ke rumah sakit" ajak Rika membuat semuanya semangat.

******
Tama masuk kedalam Ruangan Fina. Yg terdengar hanyalah suara Alat detak jantung Fina. Bima yg sudah berjalan lebih dulu berdiri disamping Fina yg tergeletak dengan lemah. "Fin, disini ada Tama" bisik Bima tepat ditelinga Fina.

Tama menatap Tubuh Fina yg tidak merespon sama sekali. "Dia koma Bim?" tanya Tama dan Bima hanya mengangguk mengiyakan.

Tama terkejut kemudian mengulurkan tangannya untuk menggenggam tangan Fina. "Hai, selamat pagi menjelang siang" Sapa Tama dengan suara sedikit bergetar. Tak ada jawaban lagi dari Fina.

"Lucu ya, waktu Kayla sadar malah lo yg Kayak gini." lanjut Tama. Bima terdiam menatap wajah Fina yg pucat. "Kenapa lo kayak gini? Lo nyesel atas apa yg gua lakuin. Gua minta maaf, apa lo but..."

"Th..am"

Tama dan Bima saling bertatapan. "Fin" panggil Tama, Bima menatap wajah Fina dengan saksama. Bibir Fina bergerak-gerak seperti mengucapkan sesuatu.

"Deketin kuping lo kebibirnya" perintah Bima dan Tama langsung mengikuti perintah Bima. Tama mendekatkan telinganya ke Bibir Fina yg terhalang oleh selang oksigen.

"Ma.. af" kata Fina pelan. "Iya gua maafin kok Fin" jawab Tama. "Ka.. Kay" ucap Fina dengan susah payah. "Dia pasti maafin lo" jawab Tama masih dengan mendengarkan ucapan Fina.

"Dia ada diluar, mau gua panggilin" kata Tama namun Fina hanya diam. Bima menatap Tama tak percaya. "Kayla sakit dan lo mau bawa dia kesini. Jangan aneh-aneh" kata Bima.

"Dia pengen Kayla. Ada yg mau disampein ke dia" balas Tama kemudian nyelonong pergi begitu saja.

*****
Tbc!

Waiting! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang