23. Ketentuan Besok

13 8 1
                                    

Tama berjalan gontai dikoridor rumah sakit menuju ruang inap Kayla. "Maaf, Kay" lirih Tama sembari berdiri didepan pintu ruang inap Kayla.

Krekk

"Tama" ucap seorang Pria Paruhbaya dengan setelan kantor. "Tama pingin liat Kayla, Om" kata Tama sembari tersenyum tipis.

Papa Kayla tersenyum dan menepuk pundak kiri atas Tama. "Titip Kayla dulu ya. Om mau ke kantor lagi, Tante juga ada didalam lagi istirahat"ucap Papa Kayla.

Tama mengangguk kemudian masuk kedalam ruangan Kayla sedangkan Papa Kayla pergi keluar.

Hanya satu yg ia dengar dari ruangan ini. Alat pendeteksi jantung Kayla, sedangkan sang empunya hanya diam terbaring di Crank rumah sakit.

"Selamat siang, Kay" sapa Tama yg duduk dikursi samping Crank. "Gak bosen apa tidur mulu?" Tanya Tama, namun tak ada jawaban.

"I Miss You, kay. Really" ucap Tama menggenggam tangan Kayla. "Kamu cantik ya" ucap Tama sembari mengelus pipi chuby Kayla. "Andai aku sadar dan peka sama perasaan kamu dari dulu. Yg namanya Waiting gak akan pernah kamu lakuin" ucap Tama dengan mata berbinar.

"Apa kamu gak kangen aku?" Tanya Tama lagi, namun tetap tak ada jawaban dari Kayla.

Ceklek

Tama menoleh kesumber suara. Seorang Dokter dan dua perawat dibelakangnya berjalan mendekati Crank Kayla.

"Selamat siang" sapa Dokter itu. Tama hanya diam tanpa ekspresi. "Kapan ia akan sadar, Dok?" Tanya Tama masih dengan menatap wajah pucat pasi milik Kayla.

"Keadaan pasien baik-baik saja, namun untuk masalah sadar kami tidak tahu kapan ia akan sadar mengingat sudah hampir 24 jam pasien belum juga sadar" jelas Dokter Haris.

Tama menghembuskan nafasnya kasar. "Kamu boleh marah, tapi jangan hukum aku dengan cara kayak gini,  Kay" ucap Tama masih dengan mata berkaca-kaca.

Dokter Haris dan kedua perawat itu menatap Tama iba. "Kita lihat besok. Jika dia belum sadar kita akan mencabut semua alat bantu ini untuk mengetahui apa dia masih bernafas atau tidak" ucap Dokter haris memegang pundak Tama.

Tama mengulurkan tangannya menyentuh kepala Kayla. "Kamu harus bangun Kay, besok" ucap Tama.

******

Fina terbaring dengan lemah diatas kasur kamarnya. "Fin?" Panggil seseorang membuka pintu kamarnya.

"Gua pengen ketemu Kayla, Jel" pinta Fina dengan lemah. Angel berjalan mendekati Fina dan duduk ditepi ranjangnya.

"Gua gak bisa ngajak lo kerumah sakit,  Fin" tolak Angel dengan halus.

Fina menghembuskan nafasnya kecewa. "Tama dan yg lainnya pasti hancur banget waktu ngeliat Kayla kayak gitu" ucap Fina.

Angel mengalihkan tatapannya. "Gua gak tau masalah itu, Fin"balas Angel.

Angel menyentuh tangan Fina. "Jangan terlalu dipikirin, sekarang lo harus makan" ucap Angel dengan senyumannya.

"Gua gak mau makan, gua mau ketempat Kayla, Jel" tolak Fina dan Angel menatapnya dengan tajam. "Lo dari semalem belum makan, Fin. Jadi, tolong lah untuk makan" kata Angel sedikit kesal.

Fina menggeleng cepat. Angel berdecak kesal. "Terserah!" Ucap Angel yg bangkit dari duduknya dan berjalan keluar meninggalkan Fina.

"Maaf"lirih Fina.

******

Angel menutup pintu kamar Fina dan menatap Pria didepannya sambil menggeleng.

Pria itu menarik tubuh Angel dan memeluknya. "Jangan paksa dia lagi, Jel. Nanti kalo dia laper dia bakal makan sendiri" ucap Pria itu.

Waiting! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang