26. apakah harus bahagia?

12 7 0
                                    

Kejadian tadi mampu membuat semuanya kembali panik lagi. Terutama Tama yg menyesali kelakuannya dan saat ini Ia yg setia duduk disamping Crank Kayla, Infus dan selang oksigen telah terpasang lagi ditubuh Kayla.

Mama Ami menatap wajah Putrinya yg terlihat mulai membaik dan tak sepucat tadi maupun dua hari yg lalu. "Tante mau pulang dulu ya. Jagain Kayla, tante mau ngambil baju buat dia" ucap Mama Ami.

Tama tersenyum mengangguk kemudian menatap tangannya yg digenggam kuat oleh Kayla. "Saya juga gak bakal bisa gerak, Tan" balas Tama sembari terkekeh.

Mama Ami tertawa pelan. "Jangan lalukan kesalahan lagi ya, Tam" ucap Mama Ami. Tama hanya mengangguk antusias.

"Nanti ada Om yg bakal kesini" ucap Mamah Ami kemudian pergi meninggalkan Tama dan Kayla. Tama kembali menatap wajah Kayla dan matanya teralih untuk menatap Luka dikeningnya dan lebam dipipinya.

Tama memejamkan matanya dan menundukkan kepalanya menahan rasa sakit dihati nya ketika menatap Luka-luka itu. "Ta.. Tama" ucap Kayla pelan dan lemah.

Tama mengangkat kepalanya dan menghapus air matanya yg berada diujung pelupuk mata. Tama menatap Kayla sambil tersenyum. "Ada apa? Apa yg sakit?" tanya Tama penuh perhatian.

Kayla menatap Tama sendu dan melepaskan tangannya yg menggenggam tangan Tama. "Tangan aku keram" jawabnya lemas. Tama terkekeh kemudian memijit tangan yg pernah menggenggam tangannya tadi.

"Makan ya abis ini" ucap Tama tapi Kayla menggeleng dengan lemah. "Kenapa gak mau?" tanya Tama masih dengan memijit tangan Kayla. "Gak laper" balas Kayla membuat Tama menghembuskan nafasnya.

"Kalo kamu gak mau makan, aku pergi lagi" ucap Tama dan seakan ingin bangkit tapi Kayla hanya menatapnya dengan lemah. Seluruh badannya mendadak sangat lemas ketika ia memaksakan diri untuk mengejar Tama tadi.

"Jangan paksa aku untuk ngejar kamu lagi, aku lemes banget"ucapan Kayla berhasil membuat Tubuh Tama menegang. Walaupun terdengar seperti berbicara tanpa suara tapi telinganya sanggup untuk mendengar suara itu. Rasanya begitu Sakit ketika Kayla mengucapkan satu kalimat tadi.

******

Bima dan Angel duduk dibangku kantin rumah sakit. "Kamu gak makan, Jel?" tanya Bima menyeruput jus jeruknya. Angel menggeleng malas dan menghembuskan nafasnya. "Aku khawatir sama Fina, mana Mama lagi gak ada dirumah" ucap Angel.

Bima teralih untuk menatap Wajah Angel, tangannya terulur untuk menyentuh pipi Angel. "Abis ini kita keruangan dia, dengan satu syarat lo harus makan dulu" ucap Bima dan diangguki oleh Angel.

Bima menatap wajah Angel yg bak namanya, seperti malaikat. Entah kenapa setiap kali menatap wajah Angel dengan lekat, mampu membuat hatinya berdetak lebih kencang.

"Jel?"

Angel mendongakkan kepalanya menatap Bima didepannya. "Kenapa?" tanya Angel. Bima tersenyum kemudian menggeleng. "Gak papa" kata Bima. Angel memberengut kesal kemudian memakan nasi goreng yg ia pesan tadi.

******

Dokter Was mengecek kondisi Fina yg semakin menurun. Berbagai macam peralatan medis belum terpasang ditubuhnya mengingat belum ada keputusan dari pihak Keluarganya. Suster keth pun menatap wajah Fina kasihan. "Jantungnya bagaimana?" tanya Dokter Was.

Suster keth menatap papan yg digunakan untuk mengecek keadaan pasien. "Menurun, dok" jawab Suster Keth. Dokter Was menatap Suster Keth tak percaya kemudian mengambil papan yg dipegang oleh Suster Keth. "Anda sudah menghubungi Angel?" tanya Dokter Was dan diangguki oleh Suster Keth.

"Ta.. Maa.." lirih Fina disaat tubuhnya terbaring lemah. Dokter Was menatap Suster Keth. "Saya tahu apa yg dia inginkan. Tolong panggilkan Bima atau Angel sekarang juga" ucap Dokter Was dan Suster Keth langsung mengikuti instruksi dari atasannya itu.

Waiting! [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang