Bab 14 : Valerie atau Shanin

188 39 4
                                    

"Kamu udah siap?"

Shanin menutup pintu mobil Allan lantas langsung mengenakan sabuk pengaman. Senyum merekah terpampang di wajahnya.

"Udah," katanya pelan.

Kepala Shanin menoleh ke belakang. Sama sekali tidak mendapati Adrian duduk disana. Matanya memicing sesaat, kemudian memperhatikan Allan yang sibuk menyetir.

"Adrian gak ikutan," kata Allan pada akhirnya. Tahu maksud Shanin yang celingak-celinguk sedaritadi.

Shanin mengerucutkan bibir kecewa, "Kemana?"

Allan mengangkat bahu pura-pura tidak tahu, "Hm, entah. Katanya ada urusan."

"By the way, kamu gak keberatan kalau aku tinggal di apartemen Papamu untuk sementara?" kata Shanin mengganti topik pembicaraan.

Allan tersenyum lantas menggeleng. Fyi, Shanin memutuskan untuk kembali ke Indonesia tanpa kedua orang tuanya yang turut hadir.

Orang tua Shanin sempat bingung dan tentunya khawatir. Pekerjaan tetap mereka di Australia tidak bisa ditinggal sementara anaknya merengek ingin pulang ke tanah air.

Jadilah, karena sang ayah memiliki adik yang kebetulan tinggal di Jakarta, maka Shanin akan ditempatkan di rumah tantenya, Tasya, untuk sementara waktu.

Memang dasar Shanin. Gadis itu masih merasa canggung dan agak terbebani bila tinggal serumah dengan kerabat jauhnya. Apalagi, ia hanya mengenal lewat foto keluarga besar.

Shanin juga tahu, bahwa tante Tasya punya seorang anak perempuan yang seumuran dengan Allan. Itu lah mengapa rasanya sangat canggung meski pun sama-sama perempuan. Maka dari itu, ia meminta izin untuk tinggal sementara waktu di apartemen orang tua Allan dan Adrian. Setidaknya, sampai ia benar-benar terbiasa dengan keadaan.

"Kenapa harus keberatan? Kamu boleh tinggal di apartemen Papaku selama yang kamu mau," tutur Allan jujur.

Shanin menggeleng, "Enggak mungkin. Mana mungkin aku numpang di apartemen papa kamu selama itu? Lagian, tante Tasya pasti nanyaiin aku."

Allan tertawa, "Tapi, 'kan Papa udah anggep kamu kayak anak perempuannya sendiri."

Shanin mengangkat sebelah alisnya, "Memangnya kamu mau nikahin aku?"

Allan balas dengan tersenyum tipis, "Emang kamu mau kalau aku lamar sekarang?"

Pipi Shanin memerah. Allan selalu berhasil membuatnya jatuh cinta berkali-kali bahkan setelah sekian lama. "Gak mau jawab ah."

Canda gurau mengisi perjalanan mereka menuju sekolah. Bahkan, macet yang membutuhkan beberapa menit itu tak terasa karena mereka asyik mengobrol satu sama lain.

🍒

Adrian masuk ke kelas dibarengi dengan Valerie yang menyusul dibelakangnya.

Seperti biasa, beberapa pasang mata melirik ke arah mereka. Tak terkecuali Sarah dan teman-temannya.

"Udah, gak usah dipikirin. Ada aku," kata Adrian meremas telapak tangan Valerie yang mendingin.

Yep, masih ingat perjanjian Adrian dan Valerie waktu di Dufan?

Karena Valerie yang kalah, maka Adrian bebas menanyakan apa pun, bebas menyuruh ini dan itu selama sebulan penuh.

Pertanyaan pertama kali yang Adrian ajukan pada Valerie adalah alasan Valerie menghindarinya dan menangis tanpa sebab waktu itu.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang