Bab 15 : Cemburu

196 33 4
                                    

"Kenalin, nama saya Shanindya Angelina. Kalian bisa manggil Shanin. Pindahan dari Australia. Salam kenal," kata Shanin kikuk pada teman satu kelasnya.

"Half bule, ya?" tanya Fito cengengesan.

"Enggak, asli Indonesia. Sempet pindah ke Australia untuk urusan keluarga," jawab Shanin cepat.

"Shanin, boleh nanya gak?" tanya Adi, senyam-senyum menggoda.

"Ya?"

"Bagi nomor telepon dong. Sekalian, lo punya pacar? Kalo free, mau dong daftar jadi calon," kata Adi santai hingga mengakibatkan keributan di kelas.

"Modus biasa aja dong!"

"Elah, jangan mau sama kerak batagor, Nin!"

"Jangan mau dih sama tutup minyak kayu putih!"

"Muke kek kresek, gak usah modus!"

Shanin mengulum senyum, hendak tertawa. Rasa geli di perutnya membuncah.

"Duh, senyumnya bikin hati adem," Vincent bersiul.

"Gak kuat abang ngeliat senyum adek."

"Sudah, sudah!" sergah Bu Fera pada akhirnya. "Kenapa pada ribut begini, sih? Shanin, kamu bisa duduk di sebelah Bima."

Shanin mengangguk lantas berjalan mendekat kearah siswa bernama Bima.

"Aseeek, Bim!" teriak Roy keras

"Anjir, demi apa pun beruntung banget!"

"Bim, ceban lah! Tukeran tempat duduk sama gue!"

"Duh, sebelahan sama yang mulus-mulus enak bet ya."

Murid-murid cowok semakin rusuh melihat Shanin yang duduk di sebelah Bima. Bima yang notabene pendiam tidak berkomentar apa pun. Membiarkan mereka berkoar-koar.

"Apaan sih, biasa aja kali. Cantikan juga gue," celetuk Dea sambil memainkan ujung rambutnya yang ikal.

Shanin melirik ke samping. Namun, tidak mengeluarkan sepatah kata pun.

Fino berakting layaknya ingin muntah, "Muka tebel gegera make up aja ngesoknya selangit."

"Maksud lo siapa?"

"Lo, cabe keriting."

"Fino! Dea! Sekali lagi ribut, saya nikahkan kalian sekarang juga!" bentak Bu Fera galak.

Sontak satu kelas tertawa. Ada yang bersiul-siul, naik ke atas meja, joget dumay, sampai nyanyi-nyanyi dangdut.

Bimo menghela napas, terlihat kesal pada lingkungan sekitar. Sesekali, dia membaca buku matematika ditangannya sejenak, berusaha berkonsentrasi. Seharusnya Fino sebagai ketua kelas bersikap dewasa dan tegas, bukan bersikap pecicilan dan cengengesan seperti tadi.

"Sudah, sudah! Buka buku paket kalian halaman 15. Kerjakan soal-soal disana dari nomor satu sampai sepuluh. Gak pake lama! Ibu ke kantor sebentar," katanya sambil berlalu meninggalkan kelas.

"Anjas, belum juga diajarin udah main nyelonong aja. Dikira gue dewa apa?" Baron membeo kesal.

"Tau, tuh. Dasar gendut," decih Vanes gemas.

"Dosa woi ngomongin guru daribelakang," Atep ceramah.

"Kek lo gak pernah aja, Tep."

Shanin melirik buku paket Bima sehingga tubuhnya harus miring ke samping.

"Kenapa lo?" tanya Bima jutek.

Shanin menarik tubuhnya menjauh dari Bima. Lalu menggeleng perlahan, "Enggak, cuma mau lihat buku paket."

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang