Bab 19 : Pengganti Baru?

170 25 3
                                    

"Aku pulang, ya," Adrian mengacak pelan rambut Shanin.

Gadis itu mengerucut kesal, "Ih, Riri! Berantakan!"

Adrian terkekeh pelan kemudian menepuk bahu Allan yang duduk di sofa sambil membaca buku. "Gue balik, Lan. Jagain dia."

Allan menatap saudaranya itu dengan santai. "Lo mau balik sekarang? Naik apaan?"

Adrian mengangkat bahu. "Gampang lah. Yang penting lo jagaiin Shanin dulu. Mama sama Papa udah nungguin di rumah."

Allan mengangguk kemudian bangkit berdiri. Mengantar Adrian sampai ke pintu ke luar. Baru saja Adrian membukakan pintu, sudah terdapat dua orang tua bersama satu orang gadis yang Allan kenal dengan baik.

"Lia?" Allan menunjuk ke arah gadis berambut ikal di hadapannya.

Amalia berkedip beberapa kali. Tidak menyangka bertemu Allan di sini. "Loh, Lan? Lo ngapain?"

"Kalian saling kenal?" seorang lelaki paruh baya tersebut ikut mengangkat suara.

Allan terburu-buru mencium tangan kedua orang tua Amalia dengan sopan. Diikuti oleh Adrian di belakang. "Iya, Om, Tante. Nama saya Alexander Allano. Temen Lia."

"Saya Rafaell Adriano, Om, Tante."

Amalia mengerutkan dahi. Terkejut ternyata Allan mengenal Adrian. "Lo kenal sama Adrian, Lan? Dia si Adrian yang 'itu', 'kan?"

Allan tersenyum tipis. Sebaliknya, Adrian menerka-nerka maksud kata 'itu'. "Maksudnya apa nih?"

"Eh, enggak," jawab Amalia cepat. Tahu bahwa Adrian tersinggung pada kata-katanya.

Tante Meisya, ibu Amalia, menghampiri Shanin yang masih terbaring lemah di atas ranjang. "Shanin!"

Shanin tersenyum, berusaha untuk bangkit berdiri. Namun langsung dihentikan oleh Om Suhendra, ayah Amalia. Jadilah, Shanun dan kedua orang tua Amalia berbincang-bincang sesaat. Meninggalkan Allan dan Amalia yang mengobrol berdua di belakang. Eh, Adrian juga.

"Oh, jadi lo saudara Shanin?" Allan terlihat terkejut, "Seriusan?"

"Gue juga baru tau ada sepupu gue yang kenal sama lo," Amalia mengangkat bahu.

"Lan, gue balik, ya." Ucap Adrian kalem, menepuk pundak kakaknya layaknya teman.

"Oke, thanks ya." Allan mengacungkan jempol kemudian melambai ke arah Adrian yang melengos pergi.

Seperti biasa, Adrian dan Allan sepakat semua orang tidak mengetahui darah saudara di antara mereka. Cukup Shanin saja yang tahu. Alasannya? Ah, sulit untuk dijelaskan.

"Jadi, lo ketemu Shanin darimana?" tanya Amalia penasaran.

Mereka telah duduk di sofa kamar pasien. Berbincang-bincang layaknya teman akrab yang jarang bertemu.

Allan terkekeh pelan, "Gue temen Shanin dari kecil."

Amalia terlihat terkejut. Ada perasaan aneh dalam hatinya yang menganjal. "Ooh, gitu."

"Lo sendiri?" Allan mengangkat alis.

"Gue baru ketemu dia hari ini. Gue juga baru tahu nama sepupu gue dari lo. Haha. Lucu, ya."

Amalia menggaruk belakang rambutnya yang tak gatal, berusaha menetralkan perasaannya yang selalu gugup berada di dekat Allan. Iya. Amalia menyukai Allan, secara diam-diam.

"Gue harap, lo bakalan ngejaga Shanin kayak adik perempuan lo sendiri. Lo anak tunggal, 'kan?" Allan menebak.

Menjaga Shanin?

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang