Bab 27 : Romeo dan Juliet

191 24 4
                                    

Di ruang kamar rumah sakit ini, tancapan infus membantu pernapasan Shanin berjalan lancar. Meski pun gadis itu belum membuka mata, deru napas teratur terasa. Terlihat jelas dari ayunan perutnya yang terlihat damai.

Allan langsung melesat dan datang ke rumah sakit seusai pulang dari sekolah. Lelaki itu sama sekali tak sempat mengganti pakaiannya, karena Allan berjanji akan menjaga Shanin sampai malam, setidaknya sampai kedua orang tua Shanin tiba di Jakarta.

Wajah tampan Allan terlihat kusut dan memucat. Kantung mata yang sempat menghitam dan membesar juga terlihat nyata. Sayu matanya begitu dalam, terlihat frustasi. Ia mengantuk, namun tak dapat tidur.

"Hai, Cantik," Allan tersenyum lembut. Tangannya meraih telapak tangan Shanin yang dihiasi selang infus. Diciumnya tangan yang mengurus itu, memberi kekuatan.

Dingin.

Satu kata yang dapat mendeskripsikan tubuh gadis itu saat ini.

"Aku bawa bunga mawar nih. Kamu pasti suka," Allan menaruh sebuket bunga mawar tersebut di atas nakas.

Shanin, aku kangen, batin Allan pilu.

Allan mengelus rambut gadis itu dengan sayang. Bertahun-tahun menjalin hubungan tanpa rasa ini membuat Allan mengerti, bahwa cinta tak dapat dipaksakan.

Sekeras apa pun dia belajar untuk membuka hati, tetap saja akan terasa sulit bila dijalani dengan setengah hati.

Ya. Allan tahu dia brengsek.

Dia bersedia berpacaran dengan Shanin demi Adrian. Konyol memang. Awalnya dia juga tidak mau, karena dia tidak suka pacaran. Lebih tepatnya, belum siap pacaran. Ia juga hanya menganggap Shanin sebatas teman. Tidak lebih.

Namun, adanya suatu keuntungan dari adiknya yang menyebalkan itu membuat Allan akhirnya mau melakukan apa pun. Keuntungan apa?

Perhatian sang Mama.

Iya, Allan sangat-sangat ingin dapat perhatian Mama.

Karena selama ini, Allan selalu merasa "cuma" Adrian yang diperhatikan.

Entahlah, mungkin ini hanya perasaannya. Namun Adrian selalu mendapatkan kasih sayang Mamanya. Ia adalah kebanggan sang Papa, namun Adrian adalah pangeran Mama.

Allan juga mau...

Alaln juga mau menjadi pangerannya Mama.

Adik kecilnya itu berjanji akan memberikan apa saja yang Allan butuhkan dan ingin ketahui tentang Mama. Adrian juga berjanji akan membantu Mama memperhatikan Allan. Sebesar Mama memperhatikan Adrian.

"Gantian dong, gua juga mau main sama Mama." Allan kecil berseru kesal.

Adrian mengacungkan jempol, "Tapi lo harus lakuin seauatu."

"Apa?"

"Shanin tadi jatoh. Lo obatin sana."

"Ngapa gua? Elu aja sana."

"Shanin maunya sama lo."

"Tapi, 'kan..."

"Allan, jam 5 sore nanti Mama bakalan pulang, gue bakalan kasih tempat biar Mama bisa deket sama lo. Ehehe."

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang