Bab 13 : Ada Hati yang Harus Dijaga

185 37 5
                                    


"Adrian?"

Adrian menoleh ke belakang. Menatap sosok gadis cantik dengan tubuh mungil. Matanya yang bulat bak boneka tersenyum membentuk bulan sabit terbalik. Wajahnya yang imut dan manis tersenyum lebar. Beberapa kali dirinya melirik kearah Allan, "Itu Adrian?"

Adrian mematung. Tubuhnya benar-benar sulit untuk digerakkan. Perasaan rindu membuncah dalam hatinya. Shanin semakin cantik. Wajahnya juga tidak pernah berubah. Hanya saja, kelihatan lebih dewasa sekarang. Shanin...

"Iya, itu Adrian," ujar Allan sambil tersenyum.

Shanin meninggalkan kopernya di dekat Allan. Sepasang kakinya berlari kearah Adrian.

Shanin, tahukah kamu? Hati bekunya mau meledak sekarang.

Kedua tangan Shanin memeluk Adrian hangat. Suaranya serak seakan-akan ingin menangis.

"Adrian, kangen..." bisik Shanin serak. Isakan tangisnya terdengar berbisik, namun tertangkap jelas olehnya.

Adrian hanya diam dan diam. Tubuhnya tidak bisa bergerak. Seolah-olah seluruh syaraf dalam tubuhnya telah mati rasa. Seakan-akan Shanin telah mengambil kendali semua kehidupan Adrian. Hidupnya yang kelam.

Shanin menghapus air mata harunya sejenak. Kepalanya mendongak menatap Adrian yang jauh lebih tinggi darinya, "Kamu tambah ganteng, ya. Juga, tambah tinggi. Hehe."

Adrian tersenyum tipis. Menyampirkan poni Shanin dengan kikuk. Rasanya sudah lama sekali tidak menyentuh dan mengelus wajah ini. Dari dekat, Shanin tambah cantik.

"Kamu juga cantik," kata Adrian.

"Do you miss me?"

Sangat.

"Hm," kata Adrian singkat. Berusaha sewajar mungkin.

Diliriknya Allan yang masih sabar menunggu dibelakang. Shanin, apa kamu masih menyukai Allan?

"Kok cuma 'hm', sih? Kamu gak serius, ya?" Shanin merengut.

Wajahnya terlihat semakin lucu. Minta dicubit.

"Memangnya aku harus gimana biar kelihatan serius?" tanya Adrian lembut. Suaranya semakin berat.

"Hm, entah," Shanin melepas pelukannya. Perasaan kehilangan menjalar ditubuhnya. Sesingkat itu kah pelukan mereka?

Shanin berlari kecil kearah Allan kembali lantas menggandeng lengannya dengan erat. Senyum terukir diwajahnya.

"Aku mampir sebentar tadi cuma mau nengok kamu, Ririan. Hehe."

'Ririan' panggilan manis Shanin untuknya ketika kecil.

"Besok aku bakalan berangkat sekolah bareng kalian. Gak papa, kan?" tanya Shanin sambil tersenyum manis.

Allan mengangguk, mengacak-acak rambut Shanin gemas, "Udah kemaleman. Kamu jet lag gak? Yuk, aku anter pulang sekarang."

"Enggak, 'kan beda waktu Indonesia sama Australi cuma tiga jam doang," kata Shanin. Mulutnya terbuka lebar. Menguap lebar ala ciri khasnya.

"Duh, kasihan udah ngantuk. Pulang yuk, aku anterin," Allan merangkul pundak Shanin dengan lembut yang hanya sebatas lengan atasnya.

Adrian salah. Shanin masih menyukai Allan. Terlihat dari caranya menatap Allan dengan cara yang sama sejak enam tahun yang telah berlalu.

"Bye, Ririan! Nanti, di sekolah jangan jauh-jauh dari aku, ya!" mata sebelah kiri Shanin berkedip, senyum manis di perlihatkannya.

Tangan kanan Adrian terangkat kikuk. Kembali, tubuh mungil itu masuk ke dalam mobil.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang