Bab 7 : Valerie Mau Berubah

256 42 16
                                    


Sepanjang perjalanan, tidak ada yang mengangkat suara diantara Valerie mau pun Adrian. Keduanya membisu. Hanya terdengar suara mesin motor dan gesekan antara roda dan aspal yang beradu.

Sesekali Adrian mengangkat suara hanya untuk menanyakan letak rumah Valerie. Gadis itu juga hanya menjawab seperlunya. Tidak ada obrolan spesial selama di perjalanan.

Valerie sedikit khawatir. Adrian terlihat marah. Apa Adrian cemburu? Mana mungkin. Mereka tidak benar-benar jadian, menurutnya. Valerie merasa Adrian hanya kesal karena di kekang. Itu saja.

"Stop di gang itu aja," ucap Valerie sambil menepuk bahu Adrian pelan.

Adrian melirik Valerie sekilas melalui kaca spion motornya kemudian bertanya, "Ini rumahnya?"

Valerie menggeleng, "Bukan. Tapi, gue tinggal jalan kaki aja."

Adrian melirik jam tangannya. Sudah pukul 06.45 sore, "Aku anter sampe rumah aja."

Valerie menggeleng keras. "Nggak. Nggak usah repot-repot. Udah, gue turun aja disana."

Adrian menepikan motornya, memberi jalan pengendara lain untuk lewat. Lantas dia juga mematikan mesin motornya. Letak gang yang dituju dengan motor Adrian masih agak jauh. "Val, lo bisa gak sekali-kali ngedengerin apa kata gue?"

Valerie terdiam membisu. Baru kali ini Adrian berujar "lo-gue" lagi padanya.

"Daritadi gue mumet. Mumet mikirin letak kesalahan gue dimana. Gue nggak tau dimana letak kesalahan gue, iya, anggep aja gue brengsek. Tapi gue bukan cenayang yang ngerti semua jalan pikiran orang," Adrian menghembuskan napas gusar, "kalau gue ada salah sama lo, ya udah. Gue minta maaf. Maafin gue karena gue kelewat egois. Maafin gue karena selalu seenaknya sama lo. Gue gak akan kayak gitu lagi. Lo puas sekarang?"

Valerie cuma diam. Tidak tahu mau menjawab apa. Kalau dipikir-pikir, ini bukan salah Adrian. Ini salah fans-fansnya. Tapi, entah kenapa Valerie tidak bisa berhenti untuk menyalahkan cowok itu. Tanpa alasan jelas.

"Ya udah, gue ngalah. Gue bakalan ngejauh dari lo sejauh-jauhnya. Gue gak bakalan ganggu lo lagi, gue nggak bakalan ada lagi. Gue minta maaf. Yang jelas, biarin gue anter lo pulang dulu. Boleh, 'kan?"

Valerie hendak membuka mulutnya namun sulit. Ada perasaan kehilangan ketika Adrian berujar seperti itu. Sebenarnya, Valerie ini mau apa? Sebentar-sebentar dia ingin Adrian menghilang, sebentar-sebentar dia ingin Adrian tetap disini bersamanya.

Namanya juga cewek.

"Iya," akhirnya Valerie membuka suara.

Mesin motor Adrian kembali dinyalakan. Kemudian laki-laki itu mengantar Valerie sampai ke depan rumahnya. Ralat, bahkan sampai Valerie benar-benar masuk ke dalam rumah.

Setelah melihat Valerie masuk ke dalam rumah, Adrian pergi. Menghilang bersama motornya. Ada perasaan tak menentu di hati Valerie saat ini. Iya, Valerie memang baru mengenal Adrian selama dua hari. Namun, hatinya sudah dibuat kalut seperti ini.

"Sayang, kok pulangnya telat?" wanita paruh baya berparas cantik menatap anak semata wayangnya yang memperhatikan jendela dengan tatapan kosong.

Valerie tersentak, "A-ada pelajaran tambahan di sekolah, Ma."

Maaf, Valerie harus bohong, Ma. Dan alasannya bodoh sekali.

"Pelajaran tambahan apa? Kamu baru MOS dua hari ini," Mama kelihatan tidak percaya.

"Iya, Ma. Lupa, ya? Sekolah Valerie kan emang da best. Hehe." Valerie nyengir kuda sambil berusaha melarikan diri dari pertanyaan-pertanyaan sakti Mamanya.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang