Bab 36 : Rantai Berkarat (3/3)

241 20 2
                                    

"Kak Allan?"

Kenanga memicingkan matanya untuk beberapa kali. Itu Alexander Allano, bukan? Cowok populer seantero sekolah? Sedang apa dia disini? Kenanga bersembunyi dibalik pohon beringin, memperhatikan sisi lain Allan yang terlihat rapuh dan kosong saat ini.

"Kak Allan nangis?" Kenanga tertegun.

Gadis itu melangkah beberapa tempat. Menghampiri lelaki itu dengan segenap keberanian yang ia kumpulkan. "Hai," sapanya, pada akhirnya.

Allan terdiam beberapa detik. Dengan terburu-buru menghapus air matanya, kemudian mendongak. Menatap kedua manik mata gadis cantik yang tampaknya familiar. "Lo siapa?"

Kenanga tersenyum lalu ikut berjongkok. "Maaf seandainya aku ganggu Kakak. Namaku Kenanga. Mungkin kita pernah bertemu sebelumnya?" Kenanga menjulurkan tangan kanannya ke arah Allan. Tersenyum semanis mungkin. Tidak terlihat munafik sama sekali. Justru ia benar-benar ingin menghibur laki-laki berambut coklat didepannya ini.

Allan menyambut tangan Kenanga satu detik lalu melepaskannya kembali. "Oke, sekarang gue udah tahu nama lo. Kenanga, 'kan? Sekarang, lo boleh pergi dari sini."

Gadis itu terkesiap, mengerutkan kening. Allan mengusirnya? Tapi, kenapa? Biasanya yang ia dengar adalah Allan seorang laki-laki yang ceria. Menebar senyum. Ramah. Tidak pernah marah. Tapi, apa ini? Kenapa dia bersikap seperti bukan Allan yang orang-orang kenal pada umumnya?

"Ngapa lo bengong? Sana!"

Kenanga semakin takut. Gadis itu bangkit berdiri lalu cepat-cepat menjauh dari Allan. Gadis itu menghela napas sejenak, merasa prihatin dengan keadaan Allan sekarang. Kenanga memicingkan matanya, memperhatikan nama nisan yang terpampang jelas disana.

"S-Shanin...?


  *


"Darimana aja lo, Lan? Sore banget pulang. Ada rapat OSIS?" Adrian yang tengah memakan satu box ice cram sambil mengangkat sebelah kaki itu bertanya.

Allan  melempar kunci mobilnya ke sembarang arah. "Enggak."

"Ke pemakaman Shanin lagi?" tebak Adrian tepat sasaran.

Allan terdiam di tempat lantas menggeleng, "Bukan urusan lo."

Adrian mendesah kecil, "Sampe kapan sih Lan lo mau terus-terusan murung begini? Udah hampir setengah tahun sejak kepergian dia, lo belum ikhlasin juga?"

Allan tidak menjawab. Ia hanya terus naik ke lantai atas, ditempat kamarnya berada. Sambil mengunci pintu, Allan melempar tas punggungnya ke sembarang arah. Beberapa detik kemudian melemparkan diri diatas kasur sembari memejamkan mata. Rasanya sakit sekali.

Allan mengambil ear phone-nya yang tersimpan di dalam saku celana kemudian menempelkannya pada kedua lubang telinganya. Allan membuka file folder miliknya. Ada rekaman suara Shanin di dalam sana. Entah sudah berapa ratus kali ia mendengar suara Shanin sebelum gadis itu meninggal. Ya, Allan hanya mendengarkan audio ini apabila ia merindukan Shanin.

Setiap hari. Ya, ia merindukan gadis itu setiap hari.  Terkadang, Allan akan menangis sendu apabila terlalu terhanyut dengan kata-kata Shanin. Allan  memejamkan keua kelopak matanya. Kini ia kembali mendengar kata-kata Shanin kembali.

"Aku mungkin gak bisa menjanjikan apa pun sama kamu, Lan. Aku minta maaf kalau selama berusaha mencintai aku, kamu jadi gak bahagia sama sekali. Aku minta maaf karena aku, kamu jadi sulit mengerti apa itu rasa bahagia. Aku ngerti, aku emang egois. Aku ngerti, rasanya mencintai orang dengan paksa itu menyakitkan.

Andai kamu tahu, aku mencintai kamu itu tulus. Tanpa kamu balas pun, aku tetap mencintai kamu. Sedalam-dalamnya lubuk hatiku. Ada rasa bahagia ketika menemukan kamu tetap tersenyum ke arahku, dengan jenis tatapan yang sama. Sama seperti awal-awal kita mengukir kenangan bersama.

Aku harap kamu bahagia. Bersama gadis mana pun yang kamu inginkan. Tdak terikat lagi perasaan, komitmen, rasa kasihan, atau balas budi padaku. Kebahagiaanku cuma satu, yaitu, pengen kamu bahagia. Dengan caramu sendiri. Dengan jenis kebahagiaan yang gak akan bisa kamu ukur pakai nilai apa pun.

Jangan khawatirin kondisi aku disini, Lan. Aku janji sama kamu. Bahwa disini pun aku akan selalu ada untuk kamu, menemani kamu.  Aku baik-baik aja kok. Jangan khawatir.

Dan...

Terima kasih udah jadi laki-laki pertama yang aku cintai, cinta pertama, pacar pertama, dan terakhir yang mengisi hari-hariku. Di tahun-tahun berikutnya, hiduplah dengan sebaik mungkin. Bersama orang-orang yang menyayangi dan mencintai kamu.

I love you..."

Air mata Allan kembali mengalir untuk kesekian kalinya. Rasa sesak yang menghujam dadanya ini tidak bisa dihilangkan. Lebih tepatnya, rasa bersalah. Andai ia bisa mencintai Shanin lebih cepat. Memberikan gadis itu cinta tulus yang belum pernah ia berikan kepada siapa pun. Andai ia bisa memberikan segala sesuatu untuknya sebelum gadis itu pergi selama-lamanya.

Seandainya...


*


Kenanga baru saja selesai mandi. Gadis itu menyisir rambutnya yang sudah setengah kering. Diputarnya melodi piano klasik kesukaannya. Sambil bersenandung pelan, Kenanga mengerjakan PR yang belum sempat ia selesaikan. Sebelum terlarut, suara deringan telepon menyadarkannya dari lamunan. Ia meraih ponselnya yang tergeletak diatas meja.

Valerie.

"Halo, Val?" katanya sambil mengaktifkan speaker pada ponselnya.

"Na, lagi ngapain?"

"Biasa, ngerjain PR. Kenapa?"

"Sabtu jalan yuk, ke Dufan. Udah lama, 'kan?"

Kenanga menghela napas, "Males, ah. Yang ada gue jadi nyamuk lagi. Capek tau."

Terdengar suara tawa di ujung sana yang membuat Kenanga makin sebal. "Kali ini, kita double date."

"Double date gigi lo gendut! Lo kira gue ada pacar?"

"Nah, itu dia. Adrian mau ajak Allan, Na. Gak papa, kan?"

Kenanga mengerutkan kening, "Kak Allan? Emang Adrian-Allan saling kenal?"

"Eum, yah, mereka temen deket."

"..."

"Na?"

Mengingat kejadian tempo hari, Kenanga menjadi penasaran dengan sosok Alexander Allano. Yang kini sudah menjadi introvert dan pasif di sekolah. Tidak selalu terlibat dalam organisasi. Rasa kepo dalam dirinya kini mulai muncul. Sepertinya, Kenanga harus menyelidiki lebih lanjut.

"Oke, gue ikut."


To Be Continue.

Jangan lupa tinggalkan vote dan komen temen-temen! Loveee ya:)

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 12, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang