Bab 20 : Tikungan Tajam

156 28 5
                                    

"Udah ah, gak mau makan lagi," Shanin menggeleng perlahan. Merasa sudah kekenyangan.

Allan menghembuskan napas gusar. "Makan baru dua sendok loh kamu. Masa gak mau makan lagi?"

Shanin tetap menggeleng keras. Keputusannya telah bulat. "Kenyang, Yang. Perutnya mau muntah."

"Muntah? Beneran mau muntah?" Allan bangkit berdiri. Wajahnya khawatir setengah mati. "Kupanggil dokter, ya?"

Shanin terkekeh geli. Senyumnya terlihat lebar, memperlihatkan deretan giginya yang rapi dan putih.

Kening Allan mengerut. "Kamu kok ketawa, sih?"

"Abis gampang banget kena tipu, hehe," Shanin menjulurkan lidah. Merasa puas mempermainkan Allan.

Allan memberengut. Mencubit ujung hidung Shanin sampai memerah. "Nakal banget, ish!"

"Aduh, sakit!"

"Mangkanya, jangan nakal!"

Adrian membuka pintu kamar rawat Shanin. Membawa sebungkus nasi komplit lengkap dengan berbagai toping pesanan Allan. "Nih, makanan lo."

Adrian masih nampak mengenakan seragam sekolah. Padahal, waktu jam pelajaran sudah hampir usai.

"Lo bolos, Raf?" tanya Allan bingung.

"Berangkat juga belum, gimana mau bolos?"

"Lah gila! Ini udah jam berapa, dodol?!" bentak Allan kaget.

Adrian mengangkat bahu malas, "Ya emang kenapa? Lo sendiri gimana? Emangnya lo gak termasuk bolos sekarang?"

"Ya, 'kan gue minta izin ngejagaiin Shanin dua hari. Abis, dia gak bisa ditinggal," kata Allan membela diri.

"Alah, alesan lo basi banget. Udah, ah. Gue mau ke sekolah," Adrian menaruh bungkusan nasi komplit tersebut di atas meja.

"Nanggung, Raf. Setengah jam lagi sekolah udah bubar." Allan menggeleng-geleng kepala tak habis pikir.

"Ya udah, gampang. Gue jemput Valerie aja. Dah," Adrian berangsur pergi. Tidak peduli dengan tatapan aneh kedua orang di belakangnya tersebut.

"Valerie?" Shanin menaikkan sebelah alis, tak mengerti.

"Nanti aku jelasin. Abisin dulu makanannya. Yuk."

🍒


"Lo gak ada niatan buat nyari... Pengganti baru gitu?" tatapan Erick untuk Valerie dalam, membuat gadis itu sedikit salah tingkah.

"Maksudnya?" Valerie tak mengerti.

Erick tersenyum kemudian menggeleng, "Enggak jadi deh.Yuk, masuk kelas. Udah bel."

Laki-laki itu bangkit berdiri, lantas menarik pergelangan tangan Valerie tanpa rasa canggung sedikit pun. Seolah-olah mereka telah dekat dari dulu.

Valerie menatap perlakuan Erick dengan tak percaya. Menolak? Ingin rasanya. Tapi, entahlah. Pada saat itu, Valerie sama sekali tak dapat bergerak. I mean, tidak melawan sama sekali.

"Pulang sekolah, mau jalan-jalan gak sama gue?" tanya Erick di sela-sela mereka berjalan berdua. Dengan posisi saling berpegangan tangan. Bayangkan.

Koridor sekolah yang dikerumuni banyak siswa, tentunya tak berhenti mengamati Valerie dan Erick. Jelas saja. Saat ini, status Valerie adalah pacar Adrian. Cowok populer di sekolah dan media sosial. Dan Erick dikenal sosok laki-laki yang katanya benci perempuan.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang