Bab 32 : Rahasia Besar (3)

120 15 2
                                    

Jadi sekarang,
kuberikan hati dan jiwa
ini padamu.
Namun aku masih
bertanya-tanya.
Apa kamu bersedia menjaganya?
Setidaknya, kumohon.
Jadilah separuh jiwaku.

-Rafaell Adriano-

Aku rasa, aku mulai gila.

Setidaknya sejak aku kenal kamu.

Pertemuan tidak terduga itu membuatku mulai berpikir, bahwa betapa beruntungnya aku.

Tahu kamu.

Mengenal kamu.

Dan akhirnya... memiliki kamu.

Tak akan pernah kulepaskan kamu lagi, karena aku mengerti sekarang. Betapa pentingnya kamu dalam hidupku.

Kutekankan aku sungguh bahagia bersama kamu sekarang. Walau mungkin ada banyak bekas luka lama yang sering kuciptakan. Yang pada akhirnya, membuat kamu menangis sedih. Lagi-lagi karena aku.

Awalnya, aku hanya menganggap kamu sebagai 'pelarian'.

Iya.

Aku benar-benar minta maaf. Setidaknya, maafkan diriku yang dulu. Sekarang, aku mencintai kamu. Lebih dari diriku sendiri.

Kamu berhak dicintai, karena kamu wanita baik-baik. Ada sesuatu dari dalam diriku yang ingin terus menjaga kamu, tidak ingin lagi membuat kamu terluka.

Hebatnya aku punya gadis seperti kamu. Yang selalu ada untukku. Kapan pun dan dimana pun aku butuh.

Aku yang dulu hanya ingin memanfaatkan kamu agar aku tak dihukum oleh sekolah. Ah, tidak. Lebih tepatnya, supaya ayahku yang notabene pemegang yayasan tidak mengetahui sikap nakalku selama ini.

Sejak aku lihat wajahmu yang terkejut, aku mulai menyusun rencana. Ah, kayaknya ini cewek gampang dimainin.

Begitu pikirku dulu.

Eh, malah terbalik. Sekarang kamu yang jago. Jago sekali mengombang-ambingkan perasaanku sampai kacau begini.

Sekarang, mungkin adalah waktu yang tepat. Untukku mengungkapkan segalanya padamu, aku ingin kamu jadi satu-satunya wanita pertama yang kuceritakan.

Berjanjilah untuk tetap percaya padaku.

Tetaplah jadi milikku.

Jangan pernah tinggalkan aku.

Karena sekarang, aku bersumpah. Aku akan membuka semuanya padamu. Semuanya. Tentang segala sesuatu yang ingin kau ketahui. Yang selama ini selalu kututup-tutupi.

"Kamu beneran mau tahu?" Kutatap manik mata cantik itu.

"Iya, aku mau."

"Kamu gak bakalan ngerasa apa gitu sama aku?"

"Apa gitu gimana?" Ia kembali bertanya dengan nada polos. Membuatku semakin gemas.

Kucubit ujung hidungnya pelan. "Kamu bakalan tetep jadi Valerie yang kukenal, 'kan?"

"Kalo kamu cerita bisa bikin aku berubah jadi Kylie Janner sih aku mau banget," tuturnya dengan nada girang.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang