Bab 35 : Rantai Berkarat (2/3)

124 17 0
                                    

"Never say goodbye
Because saying goodbye
Means going away
And going aways
Means forgetting."

-Peter Pan.

"Val, apa lo ngerasa bahagia?"

Sebutir pertanyaan kelu itu keluar dari mulutnya.

Pertanyaan yang membuat lidahku tidak sanggup mengatakan apa pun saat ini. Aku mencintai Adrian. Aku menyayanginya. Tentu aku merasa bahagia. Namun, mengapa aku merasa sulit mengatakan pada mereka bahwa aku bahagia? Setidaknya, seperti itu lah keinginanku untuk mengatakannya.

"Gue rasa lo gak," Erick menatapku dalam.

Cukup lama kami termenung bersama di sebuah cafè saat ini. Duduk dan hanya mengobrol hal-hal kecil yang menghabiskan waktu dan tenaga.

"Gue tahu lo merasa kalo Adrian bukan lah orang yang tepat. Terbukti sekarang, 'kan? Dia cuma ngerusak hidup lo doang, Val!"

Aku menggeleng keras, "Lo salah. Gue nggak pernah ngerasa kek gitu."

"Haha, oh ya? Terus kenapa pas gue tanya lo bahagia atau enggak, lo gak mau jawab?"

Aku tidak menjawab kembali.

Erick mendesah keras. Ia mengusap wajahnya dengan kasar. "Val, apa lo gak pernah sadar ada orang yang selalu nunggu lo disini?"

Kuangkat kepalaku. Kutatap wajahnya. Apa maksudnya?

Ia menarik tanganku ke dalam dekapannya. Kemudian, mengenggamnya dalam. Matanya bertemu dengan mataku seolah ingin berbicara lebih lanjut.

"Val, gue sayang lo. Gue pengen lo selalu ada di kehidupan gue. Lo mau, 'kan jadi pacar gue?"

Sebelum aku sempat mencerna kata-kata Erick, seseorang dari belakang menghantam punggungnya dengan keras. Meja dan makanan kami berhamburan di depan. Mataku terbelalak kaget. Tanganku otomatis mendekapkan mulutku. Aku terlalu shock untuk mengatakan apa pun.

"Bajingan lo, Setan!"

Adrian.

Tiba-tiba saja ia sudah ada didepan dengan Kenanga disampingnya.

Adrian menarik kerah baju Erick kemudian meninju wajahnya hingga hidung dan bibirnya berdarah banyak.

"Lo makin didiemin, makin ngelunjak! Lo mau rebut cewek gue, hah?! Maksud lo apa?!" Adrian terus memukul wajah Erick sampai babak belur.

Aku tak dapat melakukan apa pun. Kecuali terdiam di pojok ruangan. Beruntung karyawan-karyawan cafè tersebut langsung menghampiri kekacauan yang ada.

Wajah Erick benar-benar rusak sekarang.

"Lo sendiri tidur sama cewek gue, Anjing! Lo bisa mikir gak perasaan cewek lo gimana?" Suara Erick menggema di seluruh ruangan.

"Mulut lo dijaga, ya! Gue gak pernah ngapa-ngapain Kenanga! Kita berdua dijebak dan gue tau dalang semua ini pasti lo!"

Erick tertawa menyeringai, "Gue? Gue aja daritadi main sama Valerie. Haha. Lo? Kenapa gak dilanjutin kemarin? Gak enak ya udah bekasan orang lain?"

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang