Bab 22 : Perubahan

180 26 5
                                    

Valerie menepuk pundak Kenanga pelan. Menyapa gadis itu dengan semangat pagi. "Pagi, Na."

Kenanga diam. Tidak mengucapkan sepatah kata pun.

Valerie mengernyit, tidak biasanya sahabatnya mengacuhkannya seperti ini. "Eh, Na. Kemarin pas gue nge-line, kok gak dijawab?"

"Penting?" Kenanga bertanya ketus.

Valerie terdiam. Tidak tahu mengapa Kenanga bisa berubah seperti ini. "Na, lo lagi PMS, ya?"

"Val, udah deh. Gak usah nanya sama hal yang gak ada hubungannya sama sekali!"

Valerie mengerutkan kening. Merasa tak terima. "Lo kenapa jadi marah-marah gini, sih? Gue salah apa sama lo?"

"Salah apa, Val? Lo gak sadar?" Kenanga menatap Valerie dengan sorot mata kecewa berat.

Valerie menggeleng, "Enggak, kasih tahu gue letak salahnya dimana."

Kenanga berdengus. "Ah, gue kira lo cewek yang beda. Ternyata, gue salah. Gue salah persepsi."

"Maksud lo apa sih, Na?" Valerie menyentuh bahu Kenanga.

Gadis itu menepisnya dengan kasar. "Gue mau ke kelas. Jangan ganggu gue."

Kenanga berjalan terburu-buru ke depan. Meninggalkan Valerie sendirian yang mematung di belakang. Valerie meremas ujung roknya. Kenapa? Apa yang salah?

Valerie berjalan menuju kelas. Sepanjang koridor, ia terus berpikir mengenai perubahan sikap Kenanga. Mata Valerie menangkap sosok Adrian yang baru saja tiba di dalam kelas. Senyumnya mengembang ketika mendapati Adrian kembali. Rasa rindunya seperti terobati.

"Adri-."

Sebelum Valerie sempat menyapa pria tersebut, Adrian langsung berdiri. Tidak menatap wajah Valerie sama sekali. Ia pergi, pindah duduk di sebelah Faron, temannya yang tukang main games.

"Ron, gue duduknya sama lo, ya?" Adrian menyampirkan jaketnya di kursi, tersenyum jahil.

"Eh, bukannya lo duduk bareng cewek lo?" Faron menatapnya tak mengerti.

"Ha? Cewek yang mana? Gue gak inget punya cewek kayaknya. Haha," Adrian tertawa palsu. Kemudian duduk di samping Faron tanpa peduli Valerie mendengarkan ucapannya.

Mata Valerie berkaca-kaca. Ia membasahi bibirnya yang kering.

"Lo lagi berantem sama dia? Kasihan tau dia ngeliatin lu dari belakang," bisik Faron iba.

Adrian mengibaskan tangan. "Alah, paling akting doang. Yuk lah, kita war. Gue gabut nih."

Setetes air mata jatuh membasahi pipi Valerie. Gadis itu menggigit bibirnya keras. Sakit hati.

Akting katanya? Tidak punya pacar katanya?

"A-Adrian," Valerie memanggilnya pelan.

Tidak. Tetap saja Adrian tidak menoleh. Berpura-pura sibuk dengan Faron serta ponselnya.

Valerie kembali memanggil, dengan suara yang lebih keras, "Adrian..."

Adrian tetap tidak menoleh.

Valerie menarik satu tarikan napas. Air matanya jatuh lebih banyak. Salah apa dia? Kenapa semua orang yang dia sayang mendadak membencinya?

"Adrian!" Valerie memekik.

Faron menyikut lengan Adrian keras, "Yan, cewek lo..."

Adrian mendesah panjang. Menarik headset-nya dari daun telinga dan menatap Valerie tidak suka. "Mau lo apa?"

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang