Bab 29 : Gloomy Day

182 21 4
                                    

Aku menunggu batas waktu runtuh, jarak terhapus, dunia menggerutu. Agar mereka semua tahu, bahwa tak ada lagi yang dapat menghalagiku mencintaimu.- Rafaell Adriano.

•••


Kenanga mengetuk pintu rumah Valerie perlahan. Wajahnya sangat pucat sekarang. Hidung dan matanya membengkak dan berair. Sangat terlihat habis menangis.

Sudah lebih dari seminggu Valerie dan Kenanga tidak saling menghubungi. Larat, Valerie selalu berusaha menghubunginya, namun Kenanga selalu menolak untuk bicara.

Gadis itu butuh waktu. Setidaknya, sampai keadaan batin dan pikirannya benar-benar pulih.

Setelah dipikir-pikir, Kenanga akan mengaku semuanya pada Valerie. Bahwa ia adalah mantan Erick. Dan ia harus memberitahu dengan pasti bahwa Erick bukan pria yang baik. Orang gila itu harus dijauhi.

Cukup lama Kenanga berdiri di depan pintu kediaman Valerie. Tidak ada orang yang membukakan pintu.

Seharusnya, jam segini sudah jadwalnya pulang sekolah, namun mengapa Valerie belum tiba di rumah?

Gadis itu meronggoh tas selempangnya, mencari benda persegi panjang untuk menghubungi Valerie.

Baru saja ponsel ditempelkan di telinga, bunyi motor terdengar dari dekat. Tampaklah sepasang kekasih yang ia kenal baik, Adrian dan Valerie.

Oh, jadi mereka udah baikan, batin Kenanga lega.

Dilihatnya Adrian yang mengatakan sesuatu pada Valerie sambil berbisik-bisik. Kenanga tidak tahu jelas, karena jarak antara dirinya dan mereka cukup jauh. Sementara Valerie hanya merespon dengan pukulan dan jeweran khasnya, sampai-sampai Adrian mengaduh kesakitan.

Cukup lama ia memperhatikan adegan hangat itu, sampai kedua orang itu menyadari kehadirannya.

"Kenanga?" Suara Valerie menggema.

Cukup lama ia tidak mendengar suara sang sahabat, rasanya rindu sekali. "Hei, Val."

Valerie buru-buru menghampirinya. Seolah-olah takut lagi Kenanga akan menolak untuk bicara. "Na, lo kemana aja selama ini?"

"Kangen gue, ya?" sebelah alis Kenanga terangkat, menggoda.

Jelas saja, Adeian tentunya bingung dengan jalan pikir Kenanga. Tiba-tiba ia marah tanpa sebab, dan lagi datang dengan maksud tujuan.

Valerie memeluk Kenanga erat. "Maafin gue, Na."

"Seharusnya gue yang bilang itu. Lo gak salah apa-apa, Val," ucap Kenanga menyesal.

Adrian berdiri di samping Valerie, memisahkan tangan kekasihnya dengan Kenanga, "Gue bingung sama motif perbuatan lo ini, Na. Sebenarnya, lo di tim siapa, sih?"

Valerie mengerutkan dahi bingung. "Tim apa maksudnya?"

Kenanga menatap Adrian sedikit takut, seharusnya ia tahu resiko perbuatannya yang plin-plan ini. "Maka dari itu, gue mau ngejelasin semuanya sama kalian berdua."

"Sekarang aja," kata Adrian cepat.

Baru saja Kenanga akan membuka mulutnya, ponsel Adrian berdering nyaring. Lelaki itu mulai meronggoh ponselnya dan tanpa melihat nama kontak terlebih dahulu.

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang