Bab 11 : Sehari Bersamamu

238 33 12
                                    

Adrian mematikan komputernya dengan sekali sentakan kemudian bangkit berdiri dari kursinya.

Cepat-cepat laki-laki itu menggosok gigi dan mencuci muka. Mana mungkin Adrian keluar kamar dengan napas bau dan wajah kucel berantakan? Dih.

Adrian bercermin sesaat, memastikan ketampannya tidak luntur. Wajahnya dibuat pura-pura lemas padahal dia sendiri yakin bahwa dia sehat sepenuhnya.

Adrian turun dari anak tangga kemudian mendapati Valerie melirik isi rumah Adrian yang terbilang mewah dan mahal.

Gadis itu terlihat ternganga menatap perabotan rumah tangga Adrian yang serba bermerek dan berwarna emas.

Adrian berdehem pelan, menyadarkan Valerie yang masih sibuk melirik-lirik rumahnya.

"Ehem."

Valerie menoleh cepat, menghentikan aksinya, "Adrian?"

Adrian keluar dengan piyama abu-abu yang agak lusuh. Wajahnya lelah namun tetap terlihat tampan. Rambutnya dibiar acak-acakan alami. Entah mengapa, Valerie tambah suka melihat Adrian... Seperti ini.

"Lo gak papa, kan?" tanya Valerie memastikan.

Adrian berjalan pelan menuju Valerie kemudian duduk diatas sofa. Disamping Valerie, "Ehm."

Valerie melirik Adrian sekilas. Tiba-tiba rasanya marah, "Gara-gara lo, sih!"

Adrian terbelalak kaget, "Kok marahin gue, Val?"

"Ya abisnya! Udah dibilangin jas hujannya buat lo aja yang pake, gue mah anak jalanan udah biasa main hujan-hujanan, gak gampang sakit," gerutu Valerie sambil memonyongkan bibir. "Akibatnya apa sekarang? Jadinya lo yang sakit, kan?"

Adrian memicingkan mata lantas tersenyum penuh arti, "Jadi, lo khawatir nih ceritanya sama gue?"

Valerie terdiam. Kehabisan kata-kata. Semburat merah terlihat bersemu diwajahnya. Cepat-cepat Valerie membuang muka, "Enggak."

Adrian tersenyum lebar, "Kalau pun iya, gak papa kok, Val. Gue seneng."

Valerie melirik. Menatap Adrian dengan sinis, "Lo seneng bikin orang khawatir?"

Adrian tersenyum, "Nah kan. Jadi, sekarang lo ngaku kalau lo khawatir sama gue?"

Valerie berpikir sedetik kemudian menyesali kata-katanya. Jatuhnya terlihat kelepasan, "A-apaan sih?"

Adrian tertawa lepas. Baru kali ini Valerie melihat tawa itu secara langsung dan nyata. Membuat hati gadis itu berlipat ganda berdetak lebih kencang. Adrian terlihat sangat tampan. Ketika tertawa selepas itu sekali pun.

"Den, ini teh jahenya diminum dulu," Mbok Roro mengantar segelas nampan berisi teh jahe hangat serta segelas es jeruk.

"Yah, Mbok. Minumnya entaran aja," kilah Adrian malas. Setiap sakit, pasti Mama maksa buat minum ramuan pahit ini.

Valerie menatap teh jahe itu kemudian berujar, "Eh, jangan dibawa lagi Mbok. Sini biar saya aja yang bujuk Adrian."

Adrian melirik Valerie tidak suka, "Apaan sih, Val? Entaran aja minumnya."

Valerie memandang teh jahe buatan Mbok Roro penuh minat, menghiraukan rengekan Adrian, "Mbok, emang ini fungsinya buat apa?"

"Kata Mamanya Aden sih bisa bikin anget badan, Non. Terus, panas badannya Den Adrian bisa cepet turun," jelas Mbok Roro singkat.

Valerie mangut-mangut mengerti lantas menatap pria disampingnya ini penuh arti, "Drian, minum."

"Iya, nanti."

Beautiful InsideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang