06. [RAMA]

1.5K 84 2
                                        

Biasanya, setiap sore begini aku selalu datang ke rumah Fahri untuk sekedar bermain. Ah, lebih tepatnya sih dipaksa bermain. Aku pun mengiyakan saja, karena taman kompleks rumah Fahri itu bagus dan indah. Aku ingin sesekali melukiskannya dalam kanvasku. Fahri tidak mau menemaniku ke taman, katanya takut hitam. Padahal kan ini sore, bukan siang. 

Anak perempuan dengan rambut panjang yang dikepang sedang memegang boneka beruang kecil, dan anak laki-laki di sampingnya yang memasang tampang kesal. Ya, itulah objek-ku hari ini. Aku mengembangkan senyumans aat melukis mereka berdua. Seketika ingatanku berputar saat pertama kali bertemu dengan gadis itu. 

Sial! aku kembali memikirkannya. 

Sudah selesai, aku bangkit untuk mencuci tanganku yang terkena cat. Namun sepertinya Tuhan sudah mengabulkan doa-doa malamku agar aku bisa bertemu dengan dia.

"Kamu? Kamu di sini?" tanyaku dengan suara yang sedikit gembira.

Gadis itu malah menunduk dan seperti ingin kabur. Dengan cekatan aku segera mengamit pergelangan tangan gadis itu. 

"Tunggu," kataku menahan. 

Gadis itu mendongak dan menatap tepat di iris mataku. 

Sial! aku deg-deg-an. 

"A--apa?" tanyanya dengan suara yang gugup.

"Kamu curang!" kataku pura-pura cemberut. 

Gadis itu menautkan kedua alisnya bingung. "Curang?" gumamnya. "Curang ken-kenapa?" 

"Aku udah kasih tau nama aku, yaaa... walaupun kamu nggak inget, dan kamu sekarang harus kasih tau nama kamu." Jelasku berharap kalau gadis itu akan memberitahu namanya. 

Gadis itu lagi-lagi menunduk. Tunggu, aku mendengar gumamannya. 

"Melodi." 

PAINTED // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang