Aku menemukannya.
Ya, aku menemukan jawaban dari setiap kegelisahan yang melandaku. Aku membuka sebuah buku yang aku yakini adalah diary kecilku. Aku membacanya lembar demi lembar sampai akhirnya aku menemukan nama seseorang yang mungkin tidak asing, tapi aku tidak bisa mengingatnya dengan jelas.
Rama.
Airama Pamungkas.Kenapa aku selalu menulis namanya di sini? Aku bahkan tahu di mana tempat favoritnya melukis. Apa aku harus pergi menemuinya dan meminta penjelasan?
Tanpa pikir panjang lagi aku mengganti pakaian dan langsung pergi ke taman itu. Semoga saja Rama ada di sana.
Aku turun dari taksi dan sedikit berlari kecil. Mataku menelanjangi taman ini sampai akhirnya aku melihat seseorang yang sedang duduk melukis menghela napasnya pasrah. Aku mendekat, namun dari arah belakang. Sampai akhirnya aku terkejut melihat apa yang ia lukis.
Ya, itu memang abstrak, tapi... itu sangat indah. Aku bisa merasakan kalau ia itu pasti sedang gelisah. Sampai ia melukis asal dan malah membuatnya menjadi sangat bagus.
"Kenapa berhenti?"
Aku bisa melihat ia menegang di tempat. Ia menoleh secara perlahan. Aku bisa baca dari matanya kalau ia sangat terkejut.
"Kenapa nggak diteruskan aja? Itu indah," kataku lagi.
"Indah untuk dihina sudah pasti," jawabnya datar tanpa ekspresi apa pun.
Aku memgeryit. "Indah untuk dipuji. Aku nggak mungkin bohong. Itu memang lukisan yang indah,"
Dia hanya diam tidak membalas ucapanku. Sampai akhirnya aku mengulurkan tanganku.
"Hai. Aku Melodi Anandita."
Tak kusangka ia menjabat tanganku.
"Hai. Aku Airama Pamungkas."
Aku tersenyum, "Senang berkenalan sama kamu Rama,"
Dan ia hanya balik tersenyum.

KAMU SEDANG MEMBACA
PAINTED // [SELESAI]
Short StoryBagi Rama, Melodi adalah gadis terpolos yang pernah ia temui. Dia itu introvert, dan dia itu punya julukannya sendiri. Katanya, Melodi itu bagaikan kanvas putih yang masih suci. Bagi Melodi, Rama adalah laki-laki ter-ramah yang pernah ia temui. Hid...