45. [RAMA]

739 43 0
                                    

Senyumku dari rumah tidak bisa kutahan. Sepanjang perjalanan menuju taman aku terus tersenyum. Tidak peduli dengan orang-orang yang mengejek aku dalam hatinya. Yang penting hari ini aku akan membuat Melo mengingat semuanya. Ya, semua kenangan kita.

Aku duduk di tempat biasa. Aku menaruh kanvasku dan duduk menunggu Melo. Aku melirik jam di tangan kiriku. Harusnya Melo sudah datang, karena ini sudah lewat 20 menit.

Aku mengetukan kakiku ke tanah. Melihat sekeliling. Sampai akhirnya ada yang berteriak memanggil namaku.

"RAMA!"

Aku bangkit dan melihat bidadariku sedang kesusahan membawa kanvasnya. Aku langsung berlari menghampirinya.

"Sini aku ban---"

Belum sempat menyelesaikan ucapanku, Melo malah memelukku erat. Sekali lagi. Me-me-luk diriku!

"Melo, kamu kenapa?" Aku benar-benar merasa gugup. Astaga, Melo kenapa sih!

"Rama... aku ingat... aku udah ingat semuanya Ram," ucap Melo sendu. Ah, pasti saat ini ia sedang menangis. Aku bisa merasakan punggungku basah terkena air matanya.

Aku mengusap pundaknya. Hatiku lega saat ia bilang ia mengingat aku. Benar-benar lega.

"Aku ikut senang,"

Melo melepas pelukannya. Ia menghapus air matanya. Lalu tersenyum manis padaku. "Maaf ya Rama. Aku baru mengingatmu,"

Aku terkekeh. "Nggak papa Melo, yang penting kamu sudah ingat kan? Ayok, melukis,"

Melo mengangguk riang dan segera membawa barang-barangnya. Aku menahan tangannya.

"Jangan nangis lagi ya Mel, janji sama aku ini yang terakhir kalinya,"

Melo terlihat kaget lalu tak lama ia mengangguk setuju.

PAINTED // [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang