Dua

9.9K 257 1
                                    

Dua

Bosan.

Vania merasakan sudah selama lebih dari satu jam berada di taman tanpa memasuki kelas. Bukan karena ia malas untuk mendengarkan guru yang mengajar namun ia sangat malas untuk mencari ruangan kelasnya. Lebih baik ia habiskan waktu nya di taman daripada ia harus mendapatkan tekanan dari teman sekelasnya ataupun guru karena sudah daritadi ia diam saja di taman tanpa tujuan.

Belum lagi kejadian tadi, ia tidak sengaja mengambil gambar kakak kelas itu. Ia benar-benar tidak tahu kalau lelaki itu tidak suka di foto. ANEH!! Itu yang dirasakan oleh Vania sangat mendengar alasan lelaki tadi. Bukankah biasa saja jika kita difoto? Mengapa ia sangat marah akibat ketidak sengajaanku. Akhir nya Vania melangkahkan kaki menuju perpustakaan untuk membaca sesuatu yang menurutnya adalah hal yang menarik untuk dilakukan daripada menunggu di taman. Apalagi sebentar lagi langit mendung dan akan turun hujan yang kemungkinan sangat deras.

Ia mencari ruang perpustakaan yang kini akan ia tuju. Bayangkan saja. Sekolah barunya sangatlah luas sekali. Ia harus mencari kemana ruang perpustakaan yang akan ia tuju. Saat sedang mencari ruang perpustakaan terdengar langkah kaki yang berada mengikuti dirinya. Ia terkejut ternyata sedari tadi ia dicari dan ia diminta untuk memasuki kelasnya.

"Kamu Vania? Gue Desya. Lo anak baru kan? Gue sekelas sama lo kok. Daritadi gue nyariin dimana lo berada eh taunya ada disini. Gue tadi sempet liat lo sama Kak Deo. Tadinya gue mau nyamperin lo tapi kayaknya lo lagi ada masalah ya sama kak Deo?" Jelas Desya panjang lebar.

"Makasih ya. Gara-gara gue lo jadi kerepotan deh. Oiya. Btw, kak Deo gak suka di foto ya? Tadi gue gak sengata foto dia tapi dia kayak marah gitu sama gue. Emang dia gak suka di foto ya? Cowok aneh banget!!" Gumam Vania seraya tertawa.

"Ssttt... Jangan pernah bermasalah sama kak Deo apalagi kalo lo sampai ribut sama dia. Dia memang aneh dan agak pendiam gitu deh. Satu lagi dia itu cowok populer disini apalagi pacarnya juga populer. Dan mereka sangat ditakuti di sekolah ini" lisan Desya yang membuat Vania takut.

"Pantesan aja sikapnya selalu saja mencari masalah. Lagian kalau dia populer seharusnya sikapnya lebih baik dengan orang lain. Bukaan seperti itu"ujar Vania sambil mengingat kejadian satu jam yang lalu.

"Makanya. Jangan pernah bermasalah sama mereka. Kalo mereka yang mencari masalah sama lo. Lo bilang aja sama gue. Oke? Satu lagi nih. Kayaknya lo suka ya sama kak Deo?" Tanya Desya dengan tatapan serius.

"Hmm.. Anu.. Eh itu.. Aduh .. Eh apaan sih lo. Mana mungkin gue naksir sama dia. Lagian sikapnya itu gak banget. Apalagi tadi gue sempet kena masalah sama dia gara-gara hal yang sepele. Udah mendingan sekarang kita ke kelas aja. Lagian lo udah capek kan daritadi nyariin gue keliling sekolah?" Ajak Vania dengan semangat karena baru pertama kalinya ia merasa nyaman dengan seseorang yang baru saja ia kenal. Vania sangat sulit sekali dalam beradaptasi.

"Yuk..." Jawab Desya dengan semangat.

Sesampainya dikelas, ia disambut oleh teman barunya. Sambutannya bermacam-macam. Ada yang senang, bingung bahkan ada yang menatap Vania dengan tatapan sinis. Vania menatap mereka dengan heran dan takut. Ia berusaha memperkenalkan dirinya dihadapan teman barunya. Vania berusaha menahan rasa takutnya jika nantinya ia akan di bully oleh teman sekelasnya. Apalagi gayanya vania yang sangat aneh jika untuk dilihat. Semuanya serba warna biru. Mulai dari ikat rambut, jamtangan, tas, bahkan sepatu nya pun berwarna biru. Sebenarnya Vania tidak tahu kalau sekolah ini melarang sepatu biru. Namun Vania tetap saja santai memakai sepatu berwarna biru.

"Hai semua... Perkenalkan saya Vania Oktaviani. Saya pindahan dari SMA Nusa Bangsa di Bandung. Senang bila kenal dengan kalian semua. Semoga saya bisa berkenal dan bersahabat dengan kalian" jelas Vania di depan kelas dengan senyuman manisnya.

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang