Dua Puluh Tujuh

5.4K 170 0
                                    

Dua puluh tujuh

Keesokan harinya, Vania menggunakan tas pemberian dari Om Ervan. Sebenarnya Vania enggan menggunakan warna hitam yang sangat tidak ia sukai. Tapi bagaimanapun ia tetap menghargai Om Ervan sebagai papa nya nanti. Tas yang diberikan oleh Om Ervan berwarna hitam dengan bergambar sepatu yang berwarna biru.

"Untung aja masih ada warna birunya. Maafkan aku ya tas lamaku. Mungkin kamu sudah lelah dengan buku-buku itu. Haha sampai jumpaa.. Salam kenal dengan teman barumu"Kata Vania yang berbicara kepada tas lamanya.

Vania berjalan mencari mamanya. Namun ia hanya bertemu dengan Bi Inah yang tengah menyiram tanaman di halaman rumahnya. Vania pun menanyakan Mamanya kepada Bi Inah.

"Mama kemana bi?" Tanya Vania

"Udah jalan dari subuh, non"Jawabnya

"Pagi banget. Ada urusan apa?"

"Bisnis katanya. Sekalian mau ngurusin pernikahannya gitu deh"

"Yaudah, Vania berangkat dulu ya, Bi"

"Oh iya non, tumben pake warna hitam?"

"Iya ini hadiah dari om Ervan, heheh"

"Hati-hati ya, Non"

Sesampainya disekolah, Vania langsung berlari menuju kelas. Tanpa sengaja ia menabrak seseorang yaitu Kak Deo. Vania menabrak kakak kelasnya itu. Vania kemudian tersenyum dan memberikan kak Deo coklat dari om ervan semalam.

"Kak Deo.. Ini buat kakak. Maaf tadi sudah menabrak kakak"Kata Vania

"Gue gak butuh. Pegang aja sana "bentak kak Deo

"Kak, ini untuk kakak"Kata Vania

"Lo ngerti gak sih dia bilang apa!"Sahut Felly

"Lo masih gak kapok sama kejadian kemaren. Jangan deketin Deo lagi. Ngerti?"Tanya Felly

"Maaf kak"Kata Vania yang meninggalkan mereka berdua.

Bug!

Vania terjatuh. Kakinya disandung oleh seseorang. Orang itu pun berdiri di hadapan Vania. Vania menatap orang itu. Desya. Dia sengaja membuat Vania terjatuh. Bahkan ia sengaja mempermalukan Vania dihadapan semua orang.

"Desya?" Kata Vania

"Apa? Mau ngelawan gue?"Bentak Desya

"Des kok lo.."

"Itu belum seberapa dibandingkan rasa sakit dihati gue. Jangan merasa itu sakit deh. Belum ada apa-apanya"Bentak Desya lagi

"Des.. Gue minta maaf sama lo. Sampai kapan sih lo jauhin gue kayak gini"

"Entahlah, Van. Gue capek ngomong sama lo"

"Des.. Gue bener-bener gatau kalau Rafa orang yang lo maksud. Lagian lo boleh aja kok deketin Rafa"

"Gue males sama lo. Gue kesel. Lo udah ngerebut semuanya"Kata Desya

"Des, dengerin gue dulu."Teriak Vania yang melihat Desya sudah berlalu dari dirinya.

Vania kemudian pergi ke taman sekolah untuk menemui Rafa. Ia duduk di samping Rafa dengan pandangan kosong. Sempat keheningan terjadi diantara mereka berdua. Hingga Vania yang memulai pembicaraan duluan.

"Raf.."

"Va,.."

"Lo aja dulu"kata Rafa

"Okey, Raf lo kayaknya harus jauhin gue deh. Gue gamau nambah musuh atau nambah masalah. Terlalu banyak masalah dikehidupan gue"Kata Vania

"Van, gue gabisa jauh dari lo"Balas Rafa

"Lo bisa Raf. Bahkan sebelum gue hadir di kehidupan lo. Lo bisa bertahan kan? Lo bisa beradaptasikan?"

"Tapi.. Gue kali ini gabisa kehilangan sosok seperti saudara lagi"

"Gak bisa, Raf. Desya terlalu marah sama gue. Dia membenci gue."Kata Vania yang hendak pergi meninggalkannya.

"Van gue gabisa"Kata Rafa yang kemudian melihat tas yang digunakan Vania, Tas itu sama seperti yang papa belikan untuk saudara tiriku,pikir Rafa.

"Van.. Nyokap lo mau nikah lagi?"Tanya Rafa

"Kenapa jadi nanya nyokap gue? Aneh."Jawab Vania

"Sama orang yang bernama Ervan bukan?"Tanya nya lagi.

"Sumpah lo kepo in gue sampe ségitunya. Emangnya kenapa? Salah?" Tanya Vania

"Kita saudara Van. Kita akan jadi saudara Tiri"Singkat Rafa

"Maksudnya?"

"Tas itu dari Om ervan kan? Dan tas lo sama kayak tas gue. Nama papa gue Ervan"

"Apaan sih lo? Gue gak ngerti?"

"Kita saudara tiri Vania. Jadi lo gak perlu jauhi gue karena kita cuman saudara"

"Jadi lo?"

"Gue anaknya Om Ervan"

****

Sepulang sekolah Rafa langsung memasuki kamarnya. Ia tidak menyangka kalau akhir kisah dirinya dan Vania hanyalah sebatas kakak dan adik yang tidak mungkin saling mencintai ataupun saling menyayangi. Kini Rafa sadar kalau Vania tidak akanpernah menjadi miliknya.

Sementara itu, Vania sedang menunggu Kak Deo di bioskop karena mereka berdua disuruh oleh Tante Mia untuk jalan-jalan. Kak deo pun datang ke bioskop bersama Felly. Kemudian ia kaget melihat Felly.

"Kak deo ngajak Felly?"Tanya Vania

"Iya emangnya kenapa?"Jawabnya datar

"Gakpapa sih kak, tapi kan tiketnya cuman dua"kata Vania

"Heh! Siapa juga yang mau nonton bareng lo. Sini tiketnya."Felly yang merebut tiket yang sedari tadi Vania pegang

"Tapi kak..."

"Kalo mama gue nanya bilang aja -lo sama gue yang nonton, jangan bawa felly- ngerti?"

"Iya kak.."

Vania pulang dengan perasaan kecewa lagi. Tanpa sadar ia sudah tertidur lelap. Sementara itu, Deo bertemu dengan Aldi sepupu nya di Mall. Tanpa sengaja, Aldi memanggil Felly dengan sebutan kata sayang.

"Fel? Kamu kenal Aldi?" Tanya Deo

"Dia.. Dia..."Gugup felly

"Dia pacar gue, deo"singkat Aldi

"Pacar?"

"Iya. Dia pacar gue"

"Fel, jadi kamu selama ini selingkuh dari aku?"Tanya Deo

"Maafin aku, abisnya aku cemburu liat kamu selalu aja deket sama Vania"Jelas Felly

"Aku udah belain kamu dihadapan mama. Tapi apa? Aku kecewa sama kamu"Kata Deo yang meninggalkan Felly.

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang