Empat belas
Vania sudah siap. Ia mengenakan dress berwarna hijau tosca dengan jaket rompi sebagai pelengkap penampilannya. Tak lupa rambutnya ia gerai semakin membuatnya terlihat cantik. Ia sangat cantik dan menawan. Vania tersenyum melihat dirinya yang berada di cermin kamarnya.
"Vania selalu cantik dan menawan. Vania gitu loh. Harus update instagram dulu nih."Gumam Vania sendiri.
Tak lama kemudian. Mama Vania mengetuk pintu kamar Vania. Ia melihat anaknya terlihat sangat cantik. Tidak seperti biasanya yang selalu saja berantakan dan tidak memperhatikan penampilannya.
"Nah gitu dong anak mama. Kalo kayak gini kan sikap cewek nya keluar."Sahut Mama nya
"Iya dong. Namanya juga Vania. Vania kan selalu cantik"Balas Vania dengan tersenyum.
"Yaudah buruan. Mama udah ditunggu"Balas Mama
"Ma.. Vania gak yakin mau ikut. Vania males ketemu sama siapa tuh.. Temen mama itu loh. Vania kan gak kayak mama. Vania susah untuk di ajak adaptasi"Kata Vania yang menarik tangan mamanya.
"Udah. Ikut aja. Gak usah khawatir. Nanti kamu juga bisa adaptasi kok"Ujar Mamanya.
"Tapi ma..."
"Ssttt.. Udah tenang aja. Kan ada mama"kata Mama Vania.
"Yaudah terserah mama aja"
Vania dan mamanya pergi ke suatu cafe. Cafe yang bernuansa klasik lengkap dengan alunan piano yang menggema didalam cafe tersebut. Vania sangat suka bermain piano namun sejak kepergian Rio ia menjadi jarang sekali memainkan Piano. Bahkan ia takut menyentuh piano.
Vania melihat seorang wanita yang sedang duduk di meja bernomor 3 itu. Ia melihat mamanya memeluk erat wanita itu. Dan benar saja Vania merasa kurang beradaptasi dengan wanita itu. Vania menyalami wanita itu. Benar saja, dia teman lama mama, pikir Vania.
"Hai Vania.. Kamu sudah besar ya."Ujar Wanita itu.
"Eh iya.. Tante hehe"Balas Vania kikuk
"Panggil aja Tante Mia. Dulu tante sering kali ke rumah mama kamu. Waktu kamu masih kecil sekarang udah besar ya"Kata Tante Mia
"Ahh. Walah, Vania gak inget tante. Tante dulu tinggal di Bandung?"Tanya Vania
"Iya, bahkan rumah tante gak jauh dari rumah mama kamu." Katanya lagi.
"Iya bener Van. Dia sering banget ke rumah. Kamu masih kecil sih dulu" Kata Mama nya Vania.
"Van, Tante mau kenalin kamu sama anak tante. Dia ada disini kok. Tapi lagi ke toilet sebentar aja"kata Tante Mia.
"Kenalin? Ah iya boleh tante. Hehe "Balas Vania kikuk.
"Tunggu sebentar ya. Palingan sebentar lagi dateng"Kata Tante Mia.
Sementara itu, Vania hanya menatap piano yang berada di atas panggung itu. Sepertinya, ia sangat kangen sekali dengan bermain piano. Semenjak kejadian itu, ia tidak berani untuk memainkan piano. Vania hanya tersenyum ketika mengingat nama Rio. Cinta pertamanya yang pergi begitu tragis.
Tak lama kemudian, seorang cowok dengan tampilan menggunakan celana jeans panjang dengan jaket dan sepertinya sangat tampan jika dilihat dari gayanya. Vania berdiri dan berusaha untuk berkenalan dengan lelaki itu, namun lelaki itu tidak menanggapinya. Dan ia terkejut melihat lelaki itu adalah Deo. Kakak kelasnya yang ia sukai. Entah suka atau tidak yang jelas Vania sangat nyaman ketika didekatnya.
"Vaniaa Oktaviani"kata Vania yang tersenyum
"Gak usah pake senyum. Udah tau kan nama gue? Udah kenal kan?"Katanya singkat dan jutek.
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, hold on [ selesai ]
Teen Fiction"Suatu saat nanti kamu akan tahu bedanya DICINTAI sama MENCINTAI seseorang. Dan aku yakin kamu bisa rasakan itu disaat aku sudah pergi jauh dari kamu" -VANIA-