Delapan Belas

3.8K 143 0
                                    

Delapan belas

Vania turun dari mobil. Ia melihat kanan dan kirinya namun semuanya gelap dan sepi. Bahkan ia juga tidak tahu dimana ia sekarang. Vania kemudian mengambil handphonenya dan sial. Batrenya lemah. Akhirnya ia berjalan menyusuri jalan raya itu.

Sempat terdengar seseorang mendekati Vania. Orang itu seakan mengincar Vania sejak ia turun dari mobil kak Deo. Semakin cepat Vania berjalan, orang itu semakin cepat pula mengikutinya. Hingga orang itu berada didepannya dan orang itu mengancam Vania dengan menggunakan sebuah pisau.

"Serahin barang-barang lo."Ancam nya yang membuat Vania ketakutan

"O..okey. Tapi pisaunya jauhin dulu"Kata Vania yang ketakutan

"Cepetan. Atau gue bunuh lo!"

"Ampun bang. Iyaa sebentar"

"Buruan!"...

"Tolong!!! Tolong!!! Tolong!!"Teriak Vania yang berlari menghindari preman itu.

"Hey tunggu. Jangan kabur lo"

Vania berusaha berlari mengejar preman itu, namun sayang langkah nya terhenti saat ia tersandung oleh batu. Ia terjatuh dan sepertinya kaki nya terkilir. Ia berusaha bangkit namun tidak bisa. Preman itu semakin mendekat dan ingin membunuhnya. Vania pun menutup mata karena takut.

Bug!

Sebuah pukulan keras itu menghantam wajah sang preman itu hingga ia tidak sadarkan diri. Vania masih saja menutup matanya. Lelaki itu membantu Vania yang masih menutup matanya untuk membuat Vania berdiri. Ia adalah Rafa.

"Hey, lo gak papa?"Tanya Rafa

"Iya makasih lo udah nolongin gue" singkat Vania

"Vania"Kata Rafa yang baru saja menyadari orang yang ditolongnya adalah Vania

"Eh. Raf. Aduh makasih banget lo udah mau nolongin gue. Gue gatau gimana jadinya kalo gak ada lo. Makasih banget ya, Van"Kata Vania yang memeluk Rafa

"Iya sama-sama"

"Lo kenapa bisa ada disini?"Tanya Vania

"Gue lagi lewat daerah sini terus ngelihat lo deh. Untung gue gak telat datengnya."Kata Rafa

"Makasih ya, Raf" balas Vania

"Lo kenapa bisa ada disini? Lo kenapa Van?" Tanya Rafa

"Ceritanya panjang."Singkat Vania.

"Ikut gue yuk."Ajak rafa

"Kemana?"

"Ikut aja deket kok dari sini." Vania pun mengangguk dan mengikuti Rafa dibelakangnya.

Rafa membawa Vania ke atas gedung. Ia sangat senang bisa memiliki waktu berduaan dengan Vania. Ia juga tidak marah lagi karena acaranya tadi sempat di ganggu oleh Desya. Rafa melihat senyum Vania merekah didepannya. Rafa kemudian menggandeng tangan Vania.

"Van. Lo kenapa tadi bisa kayak gitu?"Tanya Rafa

"Jadi gini. Dua hari yang lalu gue dikenalin sama kak Deo. Dan lo harus tau. Gue kayaknya disuruh deket deh sama kak Deo. Lagian kak Deo kan ganteng. Siapa sih yang gak mau sama dia."Kata Vania

"Deo? Deo itu? Yaampu terus?"Kata Rafa

"Ya kalo gue sih terima aja. Lagian bener apa kata lo. Gue suka sama kak Deo"Balas Vania

"Suka? Sama Deo?"Kata Rafa

"Iya. Tapi ya itu, gue tadi diturunin di jalanan karena ada si felly yang diajak sama Deo. Gue kesel tau sama dia. Tapi gue seneng banget hari ini. Sumpah gue seneng banget"

"Jangan terlalu seneng, Van. Gue gamau lo nantinya jatuh ke jurang yang paling dalam. Lagian kan, deo gak suka sama lo"

"Lo mah payah. Dengerin ya.. Suatu saat nanti lo akan tau bedanya rasa dicintai sama mencintai. Makanya suka sama cewek. Jadi cowok kok kaku banget"Kata Vania yang tertawa

"Gue suka sama cewek, van. Tapi dia gak suka sama gue kayaknya. Mungkin dia nyaman sama gue dan hanya menganggapnya teman" Kata Rafa lirih

"Widihh siapa tuh? Desya?"Tanya Vania tertawa

"Nanti lo juga tau, Van. Belum saatnya gue kenalin ke lo. Gue terlalu takut untuk mengatakannya"

"Lo ada cara gak buat bikin kak Deo jadi suka sama gue?" Tanya Vania

"Gue gatau, Van"

"Gimana kalau besok gue bawain dia makaanan. Iya gak? Menurut lo gimana?"

"Boleh tuh, tapi.. Lo yakin?"Tanya Rafa

"Iyalah, gue yakin banget. Pokoknya besok gue harus dateng pagi-pagi buat nyiapin bekel untuk kak Deo. Semoga dia mau terima."

"Kalo engga gimana?"

"Lo mah doainnya yang kayak gitu. Optimis lah." Kata Vania yang merangkul Rafa.

"Pulang yuk. Udah malem nanti mama lo nyariin" Kata Rafa

"Ayokk"

Rafa mengantarkan Vania pulang kerumah. Ia melihat mama Vania tengah cemas berada di depan pintu. Rafa mengantarkan Vania dan menjelaskan semuanya kepada mama Vania agar tidak terjadi salah paham.

"Permisi tante" kata Rafa

"Vania kamu kemana aja? Mama cemas nyariin kamu tau gak?" Kata Mama Vania

"Tadi aku sama rafa jalan-jalan, Ma"Kata Vania

"Kamu yang namanya Rafa?"Tanya Mama Vania

"Iya, Tante"

"Kamu tau kan ini jam berapa?"

"Maaf tante, tadi saya..."

"Ma, tadi Rafa udah nolongin aku dari penjambret. Dia udah nolongin aku. Mama jangan kayak gitu dong sama dia"Kata Vania

"Yasudah, maafin Tante ya. Makasih sudah mau nolongin Vania dan sudah mau mengantarkan Vania"Kata mama Vania

"Iya, sama-sama. Tante. Kalau gitu saya permisi dulu ya" Kata Rafa yang berpamitan kepada Mama Vania.

"Hati-hati, Raf" Teriak Vania..

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang