Lima Belas

4.6K 157 0
                                    

Lima Belas

Keesokkan harinya, Vania terbangun dari tidurnya. Ia melirik jam sudah menunjukkan kalau perlajaran pertama sudah dimulai. Ia bergegas bersiap-siap seadanya. Ia kemudian melajukan mobil yang dikemudikan oleh supirnya dengan terburu-buru. Vania tidak bolos karena ia tidak ingin menghabiskan waktunya sia-sia. Jadi prinsip Vania adalah lebih baik di hukum 30 menit daripada gabut 6 jam.

Vania melompati tembok belakang sekolah dengan lihai. Ia sudah melihat beberapa adegan di televisi. Adegannya pun sama dengannya yaitu terlambat datang kesekolah. Dengan melawan rasa takut nya dengan ketinggian, ia berhasil melompati tembok tersebut. Namun sayang, usahanya ketahuan oleh guru piket.

Brak!

Vania mendengar suara guru itu menggebrak mejanya. Ia sangat marah terhadap Vania. Bayangkan saya, Vania dengan berani nekat melompati tembok yang tinggi hanya untuk masuk kedalam kelasnya. Dan akhirnya ia pun dikenakan hukuman oleh guru piket atas perbuatannya.

"Sekarang kamu lari ke lapangan! 10kali putaran. Jangan mencoba untuk berhenti. Paham"Bentak guru itu agar membuat muridnya disiplin.

"I..iya pak."Jawab Vania.

"Sekarang lakukan.. Satu.. Dua.. Tiga"teriaknya.

Dari kejauhan Rafa memperhatikan Vania. Ia sengaja tidak masuk dalam pelajaran karena ia tau kalau Vania hari ini akan telat. Dan benar saja dugaannya, Vania telat datang kesekolah. Tak hanya itu, ia juga memotret Vania dengan menggunakan kameranya. Vania yang merasa dirinya diperhatikan oleh seseorang pun menegok dan tersenyum.

"Makanya jangan telat. Jadi kena hukuman kan? Semalem kayaknya tidur kemaleman ya?"Teriak Rafa yang berada dipinggir lapangan.

"Iya gue capek banget semalem"Ujar Vania yang sambil berlari.

"Mau gue ambilin minum? Lo dihukum sampe berapa kali lari, Van?"Tanya Rafa

"Sepuluh kali"lisannya yang masih saja berlari.

"What?"Sahut Rafa

"Iya masih banyak dan jauh banget. Makanya lo mendingan beliin gue minum. Okay. Masih delapan lagi Raf"ujar Vania

"Iya bentar gue beliin minum dulu"kata Rafa yang berlari menuju kantin sekolahnya.

Vania masih saja berlari. Saat ia sedang asik berlari, kak Deo dan teman-temannya melakukan pemanasan di lapangan. Vania lupa kalau hari ini Kak Deo dan teman-temannya ada jadwal latihan sebelum tanding. Alhasil, vania harus menahan rasa malunya berlari karena hukuman oleh guru piket.

"Tujuh lagi...."

"Enam lagi...."

"Lima lagi....."

"Empat lagi..."

"Tiga lagi...."

"Dua lagi... "

"Satu lagi... Ayo Vania lo pasti bisa"

Bug!

Kini Vania sudah merasakan lelah, tubuhnya tidak bisa lagi diajak berkomunikasi. Ia terjatuh disaat ia akan menyelesaikan hukumannya. Sudah hampir setengah jam Vania berlari. Ia juga tidak sempat untuk menyantap sarapan pagi seperti biasanya. Ia pun pingsan begitu saja dilapangan.

Rafa yang melihat Vania pingsan langsung berlari menuju nya. Ia menyaksikan Vania dibawa oleh Kak Deo ke UKS. Seketika Rafa tersenyum kecut karena tidak rela jika Vania bisa dekat dengan Deo. Bahkan ia tidak bisa menjaga Vania dengan baik. Ia berpikir tidak lebih jika dibandingkan Deo.

Vania masih saja pingsan. Sudah hampir jam pelajaran kedua, namun ia tetap saja betah dengan ketidaksadaran. Rafa pun memasuki UKS dan melihat Deo sedang bersama dengan Vania. Rafa berusaha untuk membuat Vania sadar. Ia mengambil minyak kayu putih untuk membangunkan Vania.

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang