Dua Puluh Enam

5K 144 2
                                    

Dua puluh enam

Vania masih saja mengejar cinta kak Deo. Ia tidak berputus asa dengan kejadian waktu itu. Vania masih membawakan bekal kepada kak Deo. Ia tidak bisa menghilangkan kebiasaannya. Ia hanya ingin Kak Deo tahu kalau ia tidak mudah menyerah ketika ingin mendapatkan sesuatu.

Vania duduk menghampiri kak Deo. Ia membawakan kak Deo makanan yang ia bawa dari rumah. Padahal itu satu-satu nya makanan yang ia bawa selain makanan ringan. Vania tersenyum dan memandang Kak Deo.

"Kak deo.. Ini ada ayam buat kakak"Kata Vania

"Gue udah makan"Bentaknya

"Yaudah buat nanti aja kak"

"Gue bilang engga ya engga. Susah banget sih di bilangin"Bentaknya lagi

"Kak, sampai kapan sih kakak selalu cuekin aku kayak gini? Kak kita tuh tunangan. Kakak bisa gak sih? Bersikap baik sedikit aja sama aku.? Aku yakin kakak masih punya sifat malaikat kan?"Jelas Vania

"Tunangan? Kata siapa? Mama gue? Kan gue udah bilang berapa kali sih. Gue sama lo itu cuman pura-pura."Bentak Kak Deo kembali

"Iya aku tahu.. Bahkan aku hafal kata-kata itu. Tapi seenggaknya kakak itu bersikap baik dan gak kasar sama aku"

"Terus mau lo apa? Mau gue manjain gitu? Hey inget gue bukan siapa-siapa lo! Ngerti!"

"Saya ngerti. Tetapi maafkan saya kak, saya jatuh cinta sama kakak. Jika kakak melarangnya itu tidak akan bisa. Dan aku sangat sayang sama kakak"Ujar Vania yang memeluk Kak Deo

"Apaan sih lo!"Bentak kak Deo yang mendorong Vania yang membuat Vania terjatuh.

Rafa yang berada disana langsung menolong Vania. Vania merasakan sakit di lututnya dengan segera Rafa membersihkan luka Vania dan memberikannya obat merah.

"Lo itu kenapa sih? Di bilangin masih aja ngeyel. Liatkan akibatnya jadi kayak gini?"Kata Rafa

"Maaf, abisnya gue kesel sama kak Deo. Emangnya gue kurang apa sih, perasaan engga deh."

"Lo itu cantik, Van. Mungkin dianya aja yang gak perduli sama lo. Tapi kalo gue pikirin sih lo sama aja kayak PHO deh"

"Rafa.. Apaansih lo. Orang gue disuruh sama nyokap nya. Lagian Deo sama Felly itu gak cocok"

"Kata siapa?"

"Kata gue lah."

"Andai gue punya kakak kayak lo. Jadi gue gak kesepian lagi deh dirumah. Lo mau gak punya ade kayak gue?"

"Mau gak ya? Enggak ah"

"Kenapa?"

"Abisnya lo bawel banget"Kata Rafa yang mencubit pipi Vania

"Yaudah gue gak bawel lagi deh"

"Tetep aja gamau"

"Kenapa?"

"Karena gue suka sama lo, Van. Lo mau gak jadi pacar gue?". Jelas Rafa..

Desya yang berniat untuk mengantarkan minuman kepada Rafa dan Vania menjatuhkan gelasnya hingga pecah. Vania yang mendengar gelas pecah pun mendekati Desya. Vania melihat Desya menangis. Ia merasa tidak enak melihat Desya seperti itu.

"Raf, Desya kenapa yaa?"Tanya Vania

"Gue juga gatau"Kata Rafa

"Raf, lo tadi serius?"

"Gue engga serius kok. Gue cuman becanda ahaha."

"Gue kira lo serius. Yaudah gue kejar Desya dulu ya"

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang