Tiga

7.3K 239 2
                                    

Tiga

BRUK!!!

Sial, Vania membuat cowok itu terjatuh. Bahkan minuman yang ia bawa membasahi baju lelaki itu. Vania berusaha mengatasi ketakutannya. Apalagi ini kota Jakarta, pasti orang yang tinggal disini sangat egois atau mementingkan dirinya sendiri. Vania berusaha membereskan minuman yang tumpah di atas baju lelaki itu. Sayangnya, niat baiknya berubah menjadi petaka baginya. Lelaki itu bangun dan menghampiri Vania dengan tatapan penuh amarah. Vania sangat kenal dengan lelaki itu. Dia adalah Rafa yang sebangku dengannya tadi. Lelaki yang sangat dingin tetapi terkadang sikapnya sangat baik kepadanya.

"Rafa? Aduh maaf gue gak sengaja. Tadi gue gak liat kalo ada lo disini. Gue bener-bener gatau. Maaf" ujar Vania dengan sembari mengambilkan tissue untuk Rafa yang dibuatnya menjadi kotor.

"Udahhh ah!! Ngapain sih lo! Makanya kalo punya mata tuh dipake bukan cuman buat pajangan doang. Udah gak usah gue bisa sendiri kok. Makasih buat tumpahan es nya yaa ANAK BARU"sahut Rafa yang meninggalkan Vania dengan tatapan penuh amarah bahkan Rafa membuat Vania merasa bersalah akan tingkahnya.

"Gue minta maaf Rafa!!" Teriak Vania

Desya yang melihat Vania berusaha bersalah lalu menghampirinya dengan segera. Desya berusaha menenangkan Vania akan menangis. Ia melihat orang yang baru saja dimarahi oleh Rafa. Vania terlihat takut dengan kejadian yang menimpa nya karena ketidaksengajaan pula ia diomeli oleh seseorang.

"Udah, Van lo bangun. Jangan duduk di tengah jalan kayak gitu. Lagian dia orangnya memang baik kok. Cuman kadang aja dia kasar sama jutek ke orang yang baru ia kenal. Mendingan hari ini lo pesen apa aja yang lo mau. Gue yang bayar karena gue seneng bisa berteman sama lo."Sahut Desya yang berusaha membujuk Vania agar tidak memikirkan hal itu lagi.

"Eh.. Gak usah repot-repot, Sya. Gue bayar sendiri aja. Masa lo sih yang bayar. Seharusnya gue karena lo udah mau kenal dan berteman sama gue. Gue itu sebenernya sulit sekali beradaptasi dengan hal baru.

"Udah gak kenapa-kenapa juga kali,Van. Lagian gue juga seneng kok. Soalnya selama gue sekolah di SMA Nusa Bangsa gue gak ada teman. Soalnya mereka seperti ngejauhin gue gitu deh. Nah kan lo pertama kalinya tuh jadi temen gue. Mau kan?" Jelas Desya panjang lebar membuat Vania kebingungan tetapi kini vania akan selalu menemani Desya.

..'Tunggu!!! Apakah jika aku berteman dengan Desya, nasibku akan seperti dia? Aku tidak pernah membayangkan jika aku berada seperti didalam cerita novel yang selalu saja dibully oleh kakak kelas ataupun anggota populer lainnya. Semoga itu tidak terjadi. Aku tidak mau hidupku seperti cerita novel yang sangat membosankan'.. Batin Vania dalam hati.

"Hei Vaniaa.. Lo lagi mikirin apa sih? Bengong aja nanti kalau kesambet gimana? Yaudah lo pesen aja biar nanti gue yang bayar." Ajak Desya dengan tersenyum manis di depan vania.

Vania kemudian memesan minuman yang tadi tak sengaja ia tumpahkan. Selama mereka berada di cafe itu Vania selalu saja berbicara yang terkadang membuat Desya menjadi tertawa. Vania sangat senang bisa sedekat ini dengan teman barunya. Bahkan ini tidak pernah terpikir oleh Vania sebelumnya. Ia seperti sudah menemukan sahabat yang bisa saja membuat hari-harinya berwarna karena kesepian. Setelah berpuas makan dan minum, Desya mengantarkan Vania pulang kerumahnya.

"Gak mau masuk dulu, Sya. Kebetulan dirumah gue lagi sepi gak ada orang. Mau masuk?" Ajak Vania dengan semangat

"Gak usah deh, Van. Udah mau malem, gue balik aja lagian besok juga banyak PR. Jadi gue mau ngerjain PR sama Tugas aja. Makasih atas tawarannya ya, Van. Gue pergi dulu yaa. Dahhhh sampai jumpa besok"Balas Desya dengan mencium pipi kanan Vania yaitu sahabat barunya.

Vania melangkahkan kakinya kedalam kamar. Ia menaruh sembarang tas warna biru muda dengan hijau tosca. Sudah menjadi rutinitasnya sendirian berada di rumah. Bahkan mamanya saja tidak pernah menelpon untuk menanyakan kabar nya. Mama nya selalu saja sibuk dengan urusan kantornya sehingga ia selalu saja merasa kesepian.

Ia mengambil kameranya, ia melihat objek yang sudah ia foto selama tadi di sekolah. Mulai dari orang yang sedang berolahraga, sedang membersihkan taman bahkan yang lainnya. Kemudian ia melihat foto yang tidak sengaja ia ambil. Deo Pratama. Nama itu terngiang di benak Vania.

Bug!

Kini ia menjatuhkan tubuhnya ke kasur. Rasanya hari ini sangat melelahkan. Mulai dari telat ia harus membersihkan taman sekolah sampai benar-benar bersih. Belum lagi ia harus dimarahi oleh dua orang yang ia baru saja kenal. Namun, hari ini adalah pertama kalinya vania memiliki teman baru yang bisa langsung dekat dengannya. Suatu kebahagiann yang jarang sekali ia dapatkan ketika harus pindah sekolah dan bertemu dengan teman baru. Sudah sepuluh kali ia berpindah sekolah. Namun selalu saja ia tidak memiliki teman. Bahkan sampai ada yang bilang kalau Vania memiliki dunia sendiri dan orang yang aneh.

Ia melirik kearah jam biru muda bergambar doraemon. Dilihatnya sudah pukul 7 malam. Seperti biasa, ia selalu saja sendirian dirumah. Apalagi mamanya selalu pulang kerumah sudah larut malam. Ini yang membuat Vania merasa kesepian. Bahkan hanya untuk menelpon vania saja mamanya tidak bisa apalagi berkumpul bersama. Vania selalu saja membenci kesepian. Vania melangkahkan kakinya untuk bersiap kemeja makan. Ia sudah mandi dan menghampiri pembantunya yang terlihat sedang menyiapkan makanan untuk Vania. Bi Inah, sudah selama 10tahun ia bekerja dirumah Vania. Bi inah merawat Vania sejak ia kelas satu SD dan sekarang Vania sudah kelas Dua SMA. Setiap hari hanya Bi Inah lah yang perhatian terhadapnya. Selalu saja Bi Inah yang mengerti keluh kesah Vania.

"Mama belum pulang ya, Bi?" Tanya Vania dengan wajah yang sama seperti biasanya. Selalu menunggu kehadiran Mamanya di Meja makan untuk meluapkan rasa kerinduannya.

"Belum, Non. Kata nyonya tadi pulangnya seperti biasa." Ujar Bi Inah sambil mengambilkan piring untuk Vania.

"Seterusnya aja mama pulang malem terus. Kalo gitu mendingan gak usah punya anak sekalian. Kalo setiap hari selalu aja pergi dan apalagi mama gak pernah nanyain kabar aku." Sahut Vania dengan wajah yang tampak kesal dengan Mamanya.

"Non makan aja dulu. Nanti kalo Nyonya udah pulang, Nyonya akan ketemu Non kok. Apalagi Non anak satu-satunya. Pasti Nyonya sayang banget sama,Non" balas Bi Inah dengan membujuk Vania.

Tak lama kemudian, Mama nya pun pulang kerumah. Hari ini memang sangat lah aneh, Mama nya tidak biasanya pulang secepat ini. Padahal baru saja pukul delapan malam. Vania menghampiri mamanya dengan senang sembari memeluk. Ia tidak ingin melepaskan pelukkannya karena Mamanya sangat jarang sekali mau dipeluk apalagi di manjakan oleh Vania.

"Mama, Vania kangen kenapa sih mama selalu aja pulang malem. Apa mama gak kangen sama Vania?" Tanya Vania dengan wajah serius

"Mama sibuk sayang. Lagian kan mama kerja juga buat kamu. Mama kan gak bisa ninggalin kerjaan mama. Karena setiap hari mama selalu ada kerjaan. Maafin mama ya" ujar Mama Vania dengan merasa bersalah atas sikapnya selama ini.

"Iya, vania juga tau tapi kan apa gak bisa mama tinggalin kerjaan mama itu? Aku juga butuh perhatian dari mama" sahut Vania

"Iya mama tau. Maafin mama yaa. Oiya mama mau kenalin kamu sama seseorang. Mama mau tanya sama kamu. Kamu butuh seorang papa?" Tanya mamanya dengan serius

"Papa? Apa mama mau menikah lagi?" Singkat Vania

"Iya sayang. Mama akan kenalkan kamu sama seseorang. Mama sama dia sudah kenal setahun yang lalu. Kami rekan bisnis. Apakah kamu tidak marah jika mama menikah lagi?" Tanya kembali Mamanya. Vania kini hanya terdiam memikirkan sesuatu. Jika Mamanya menikah lagi bagaimana dengan Vania. Pasti perhatian mama akan terbagi dengan suami dan anaknya.

"Vania gaktau, Ma. Tapi kalau itu membuat mama bahagia dan membuat mama menjadi lebih perhatian sama aku. Aku setuju kok. Lagi pula aku juga butuh seorang teman dirumah. Ya sekalian aku gak kesepian lagi."Balas Vania dengan senyuman manisnyaa.

"Makasih ya, sayang. Mama janji akan selalu perhatian sama kamu. Besok mama akan mengajak teman dekat mama untuk datang makan malam disini. Satu lagi dia memiliki anak laki-laki. Awas ya kamu jangan jatuh cinta sama dia. Haha" ledek Mama nya yang membuat hati Vania merasa senang. Kerinduan yang selama ini ia rasakan hilang sudah. Mamanya ternyata memperhatikannya. Namun ia teringat Papa nya yang terlebih dulu meninggalkannya karena kecelakaan.

Papa, mama akan menikah lagi. Apakah mama tidak marah? Vania yakin mama akan bahagia. Jika mama bahagia papa juga akan bahagia kan? Aku kangen papa.... Batin Vania

Bagaimana dengan bagian tiga?
Bagus apa jelek? Vote dan comment yaa supaya biar gue tau gimana cerita yang gue bikin. Makasih

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang