Dua puluh satu
Jam tiga sore.
Vania masih saja berada di lapangan itu. Ia menunggu Kak Deo yang selesai bermain sepak bola. Vania sesekali juga memotret Kak Deo. Ia juga melihat Aldi yang masih berada didekatnya. Vania juga sesekali tersenyum kepada Aldi.
"Udah lama kenal sama Deo?"Tanya nya
"Baru aja kok."
"Gue sepupu nya deo"
"Ohh.. Kayaknya lo lebih friendly ya daripada Deo. Yang jutek abis"Kata Vania yang tertawa.
"Lo itu lucu ya?"Kata Aldi kembali
"Lucu? Lucu kenapa?"
"Lucu aja."
"Lo sepupu nya deo? Kok gue baru tau ya?"
"Kan kita baru aja kenal"Kata nya
"Oiya ya. Hehe.."
"Suka sama fotografi?"Tanya Aldi.
"Iyaa. Suka banget"balas Vania
"Eh kayaknya udah sore gue kesana dulu ya. Hehe"Kata Vania yang kemudian pergi.
"Vaniaa"teriak Aldi.
"Apa?"Kata Vania sesaat
"No handphone lo berapa?" Tanya nya kembali.
"Kalo kita ketemu lagi. Gue akan kasih no. Gue" sambung Vania.
Sementara itu, Deo menunggu Vania yang sedari tadi tidak terlihat di parkiran. Deo sangat malas jika menunggu ia membenci menunggu. Tapi bagaimanapun ia tidak mau jika Vania hilang dan ia akan mencari gadis itu hingga ketemu. Itu lebih merepotkan dirinya.
Vania berlari menghampiri kak Deo yang tengah menatapnya sinis. Ia khawatir jika Kak Deo kembali marah terhadapnya.
"Lama banget sih! Pacaran? Lihat dong jam berapa? Gue juga ada janji sama cewek gue. Udah telat gue"Kata Deo yang memarahi Vania
"Maaf kak, tadi Vania ke toilet sebentar"Jawab Vania dengan lirih.
"Kebiasaan banget sih lo! Selalu aja ngaret. Bikin badmood aja. Yaudah buruan masuk"Kata Kak Deo.
"Iya kak, maafkan Vania sekali lagi"Lirih Vania.
Vania memasuki mobil Kak Deo. Ia sudah terbiasa dengan wangi parfum yang tercium didalam mobil ini. Kemudian Vania memandang jalan raya yang mulai ramai karena hari sudah mulai sore. Tak sengaja Vania melihat Rafa yang berada disampingnya. Saat lampu merah. Vania pun membuka jendela kaca mobil Kak Deo untuk menyapa Rafa.
"Rafaaaa!!!"Panggil Vania dari dalam sana.
"Eh, Van. Lagi ngapain disitu? Jalan-jalan?" Tanya Rafa kembali
"Iyaa gue cuman nemenin Kak Deo aja kok. Lo mau kemana?"Tanya Vania
"Mau ke tempat biasa. Yang waktu itu gue ajak lo."Jawab Rafa dengan rasa kecewa karena melihat Vania satu mobil dengan kak Deo.
"Gue mau ikut dong."Seru Vania.
"Yakin? Itu kak Deo gimana?"
"Pasti diizinin deh. Ya kan? Kak vania ikut sama Rafa ya kak?" Tanyanya kepada Kak Deo
"Terserah lo. Gue gak perduli"Jawab Kak Deo singkat.
"Yaudah."Kata Vania yang turun dari mobil lalu menaiki motor Rafa.
****
Sesampainya diatas gedung itu, Vania langsung menghirup udara disore hari. Ia kemudian duduk dan sambil menyerahkan kameranya kepada Rafa. Ia tersenyum kepada Rafa dan meminta Rafa untuk memotretnya.
"Rafaa.. Udaranya enak yaa"Kata Vania
"Enak apaan? Ini tuh udara gak bagus. Udah sore. Udaranya juga udah tercemar"Kata Rafa
"Biarin deh. Ahaha foto in gue Raf disana" Kata Vania.
"Satu.."
"Dua.."
"Tiga.."
Rafa melihat keanehan dari dalam diri Vania. Sepertinya Vania kurang sehat hari ini. Dan cairan pekat berwarna merah keluar dari dalam hidungnya. Rafa yang menyadari itu segera berlari ke arah Vania.
"Van? Lo sakit?"Tanya Rafa
"Hah?! Enggak kok. Gue cuman mimisan aja kayaknya hehe."Kata Vania yang menghapus darah dari hidungnya
"Yakin?"
"Iya gue gakpapa Rafa Hardiansyah."
"Yaudah, kalo lo pusing atau apa biar gue anterin lo kerumah sakit"
"Raf, apa lo pernah ngerasain jatuh cinta? Dan bagaimana kalo orang yang lo cinta itu lupa sama lo. Bahkan dia membenci lo?"Tanya Vania
"Maksudnya?" Tanya Rafa yang bingung dengan Vania.
"Ini Rio.. Dia pacar gue dulu.."Kata Vania yang menyerahkan foto-fotonya kepada Rafa.
"Gue sama dia dulu bahagia banget. Sampai kecelakaan itu yang membuat gue jadi merasa bersalah. Dia ketabrak mobil karena gue. Dan bodohnya gue bukannya nolongin dia. Gue cuman nangisin dia. Karena gue panik.. Bahkan gue sama keluarganya saling membenci, terutama mamanya. Dan mama nya bilang kalo rio udah meninggal, Raf"ujar Vania
"Dan tadi siang gue ketemu sama dia. Dia masih hidup, Raf tapi.. Dia lupa sama gue, bahkan dia gak kenalin gue. Lo bisa kan bayangin jadi gue?"Isak Vania
"Tenang, van. Pasti Rio orang yang beruntung banget kan? Dia bisa membuat lo jatuh hati. Lagian lo jangan terlalu nyalahin diri lo sendiri"Kata Rafa
"Terlambat, Raf. Gue gak bisa terima ini semua. Gue sayang sama dia."Kata Vania
"Tapi seharusnya lo nyadar gue kalo banyak yang sayang sama lo"Bentak Rafa
"Gue gatau lagi,Raf."Kata Vania
"Masih banyak yang mau lihat lo tersenyum. Salah satu nya gue, Van"Singkat Rafa
"Andai waktu bisa dirubah, gue pengen ke masa lalu. Gue pengen bikin kejadian itu gak terjadi"Kata Vania
"Ya tapi lo gak bisa kan?"
"Iya, gue gak bisa"Kata Vania dengan lirih.
"Makasih, Raf. Lo emang kayak kakak buat gue. Lo selalu ngertiin gue"Kata Vania
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, hold on [ selesai ]
Teen Fiction"Suatu saat nanti kamu akan tahu bedanya DICINTAI sama MENCINTAI seseorang. Dan aku yakin kamu bisa rasakan itu disaat aku sudah pergi jauh dari kamu" -VANIA-