Enam

5.5K 178 0
                                    

Enam

Suara musik bergema di kamar Vania. Ia sedang mendengarkan lagu Favoritnya. Sengaja ia membesarkan suara musik itu karena ia sedang bosan dengan kesehariannya yang membosankan. Ia memeluk boneka kesayangannya. Boneka beruang berwarna pink itu. Sebenarnya ia tidak suka dengan warna pink, namun seseorang yang mengisi hatinya pernah memberikan boneka itu. Ia teringat dengan seseorang itu, seseorang yang kini jauh pergi meninggalkannya yang sempat membuat hatinya hancur merasakan sakit yang semakin dalam.

Masih terlukis jelas namanya di hati Vania. Namun sampai kapanpun ia tidak kembali dan bersama lagi dengan Vania. Sungguh sangat menyedihkan! Kenangan itu masih Vania rasakan. Ketika lelaki itu menyatakan perasaannya saat api unggun di perkemahan. Namun sayang, Vania sudah jatuh hati kepadanya. Ia harus merelakan kehilangan sahabatnya yang sangat ia sayangi. Vania tidak tahu jika sahabatnya sangat menyukai orang yang mencintainya juga. Vania benar-benar merasa bersalah sampai sekarang. Kata-kata itu masih bergema di pikiran Vania.

"LO UDAH REBUT RIO DARI GUE!!! BAHKAN LO UDAH NGEHANCURIN PERSAHABATAN KITA, VANIA. SADAR GAK SIH? GUE UDAH LAMA SUKA SAMA DIA TAPI APA? LO MALAH MEREBUT DIA DARI GUE. ANGGAP AJA KITA GAK PERNAH SALING KENAL LAGI, VAN. SAMPAI DISINI AJA. GUE KIRA LO SAHABAT TERBAIK GUE, TAPI LO ITU PENUSUK, VAN. PEREBUT HARAPAN SESEORANG. DIA UDAH KASIH GUE KEBAHAGIAAN. DAN CUMA DALAM SATU HARI AJA, LO HANCURIN GUE, VAN. GUE BENCI SAMA LO, VANIA."Kata Icha, sahabatnya dulu yang mungkin sudah melupakannya dan sangat membenci dirinya. Ia tidak tahu kesalahpahaman itu menjadi penghancur persahabatan mereka.

Tidak hanya itu saja, kebersamaan Vania dengan Rio tidak berlangsung lama. Ketika Vania mulai merasakan kebahagiaan dengan dunianya sendiri. Ia harus menerima kepergian Rio karena kecelakaan. Tekanan yang membuaf dirinya semakin hampir gila karena ia sangat disalahkan oleh keluarga dari Rio. Terakhir, ia melihat Icha seakan menyudutkan Vania di hadapan mama nya Rio. Vania seakan merasa bersalah sampai sekarang.

"KAMU PEMBUNUH, KAMU PEMBUNUH VANIA. KAMU TELAH MEMBUNUH RIO. KAMU SUDAH MENBUNUH ANAKKU. ANAKKU SAMPAI SEPERTI INI. LIHAT APA YANG TELAH KAU LAKUKAN. LIHAT SEKARANG!!! SAYA MINTA KAMU JANGAN ADA DI HADAPAN SAYA LAGI. KAMU PERGI DARI RUMAH SAYA VANIA. PERGI!!!!"kata Mama Rio yang merasa anaknya pergi secepat ini karena kesalahan Vania.

Vania kemudian menatap foto kenangan dirinya bersama Rio. Sudah setahun semenjak kepergiannya masih membekas didalam ingatan Vania. Rio sangat suka sekali dengan fotografi sama seperti Vania. Namun objek favoritenya bukan pemandangan atau hal-hal yang unik. Objeknya adalah Vania. Rio selalu memotret Vania kapanpun. Saat Vania sedang tertawa, saat Vania menangis karena kejahilannya, saat Vania sedang marah, bahkan saat Vania tertidur di kursinya. Vania masih menyimpan foto itu dengan rapi. Ia tidak ingin melepaskan Rio meskipun itu semua telah terjadi. Bagaimanapun, bagi Vania. Rio adalah cinta pertamanya. Sesuatu yang sangat Vania perjuangkan. Namun cinta pertamanya hilang karena kecelakaan yang begitu tragis. Bahkan keluarganya masih menyalahkan Vania hingga saat ini.

"Rio, gue kangen sama lo. Sampai kapan sih lo selalu ada di pikiran gue. Saat gue melihat foto kenangan kita, gue selalu merasa bersalah. Seharusnya lo itu gak perlu nyamperin gue. Seharusnya lo tetap ada dirumah, dan seharusnya gue gak maksa lo buat dateng di acara gue. Gue nyesel, Rio. Apa mungkin disana lo malah membenci gue? Gue harap lo bisa maafin gue ya. Gue sayang sama lo dan sampai kapapun gak ada yang bisa buat gantiin posisi lo dihati gue"gumam Vania.

*****

Malam hari pun tiba, Vania berniat untuk membeli beberapa buku novel serta film yang sangat ia tunggu-tunggu. Ia bersama Pak Mamat menuju ke Toko Buku yang dekat dengan rumahnya. Sesampainya disana, ia melihat beberapa orang sedang menggerubungi seorang pria. Vania yang merasa penasaran langsung mendekati kerumunan orang tersebut dan melihatnya,

"Rafaa?"gumam Vania ketika melihat Rafa sedang duduk dan menandatangani beberapa buku yang disodorkan oleh orang tersebut. Vania pun bingung mengapa Rafa sampai memiliki fans seperti itu? Apakah dia seorang artis.?

Vania kemudian berjalan menjauhi kerumunan orang tersebut dan menanyakan kepada seseorang yang baru saja menerima tandatangan dari Rafa. Vania menanyakan tentang Rafa yang tidak ia ketahui.

"Eh maaf, itu ada apa ya? Kayaknya rame banget deh. Hehe"Sapa Vania dengan tertawa seakan memulai pembicaraan yang membuatnya asik.

"Itu ada Rafa Hardiansyah, dia kan penulis serta fotografer yang sangat terkenal di sosmed. Masa lo gaktau dia sih? Aneh banget. Lo gak punya twitter ya?" tanya gadis itu seakan tidak merasa bersalah dengan pertanyaan yang konyol itu.

'Emangnya muka gue kayak orang yang gak punya twitter apa? Gue sih semua aplikasi punya. Mulai dari facebook,twitter,askfm,bahkan yang lagi nge-trend sekarang yaitu secret. Ya emang sih gue gak punya waktu buat mainin itu semua. Ya tapikan seenggaknya gue gak gaptek amat.' batin Vania didalam hatinya.

"Penulis? Coba mana gue lihat buku terbitannya? Gak yakin gue dia penulis. Sini coba lihat bukunya"gumam Vania yanh berusaha mengambil buku yang dipegang oleh perempuan itu.

"Ihh ngapain lo pake mau ngambil buku gue segala. Beli aja sana didalem, lagian lo mau ngambil buku gue buat lo ambilkan tanda tangannya? Ngaku aja deh."sahut perempuan itu lagi yang membuat mata Vania hampir saja melotot.

"Ih enggak sumpah gue cuman mau lihat doang bukunya"balas Vania kembali

"Gue gak percaya sama lo. Atau gue teriak nih., Tolong...hmppppp"teriak Perempuan itu

"Eh apaan sih lo. Yaudah gue gak ada niat buat ngambil buku lo yang gak berguna itu. Gue cuman mau lihat doang. Dasar. Cabe-cabean goceng."sahut Vania..

Tiba-tiba saja seseorang menepuk punggung Vania yang membuatnya terkejut. Vania memalingkan wajahnya dan dilihatnya adalah...

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang