Dua Puluh

4.3K 150 1
                                    

Dua puluh

Tak terasa Vania sudah pulang sekolah. Ia kemudian memasuki kamarnya dan menghempaskan tubuhnya. Ia memandangi foto Rio. Entah mengapa akhir-akhir ini pikirannya tertuju kepada Deo. Vania memandangi foto itu dan berbicara dengan foto itu. Ia ingin meluapkan semua emosinya.

"Rio.. Maaf aku sudah jarang cerita kepadamu. Aku terlalu sibuk dengan urusanku. Aku juga jarang mengucapkan selamat tidur untukmu."

"Rio.. Apa aku salah jika aku mencintai orang lain. Apakah nantinya kamu akan marah kepadaku. Kuharap jangan biarkan itu terjadi. Aku tidak bisa kau musuhi."

"Rio.. Mamaku menjodohkan ku dengan orang yang seperti kamu. Kamu ingat kan pertemuan pertama kita? Dulu kamu sangat dingin dan jutek terhadapku, tapi aku mampu membuatmu berubah meskipun keluargamu membenciku sekarang"

"Rio.. Aku rasa aku mulai menyukainya. Menyukai kakak kelasku. Apakah kau tau? Dia sangat dingin dan jutek. Bahkan tadi aku sempat membuatkannya makanan tapi dia buang sia-sia"

"Rio.. Apakah kamu tidak marah? Jangan bilang kau malah senang jika aku melupakanmu. Katakan mengapa itu semua? Aku tidak bisa melupakanmu. Tetapi aku takut jika nantinya aku akan mudah melupakanmu begitu saja"

"Rio.. Disekolahku ada lomba piano. Aku sudah lama sekali tidak bermain piano. Aku takut. Aku takut jika kejadian itu menimpaku lagi. Aku tidak mau itu terjadi"

"Rio.. Banyak yang bilang kepadaku kalau aku wanita yang aneh. Memangnya aku aneh? Aku hanya tidak memiliki banyak teman saja. Aku tidak aneh. Lagipula aku takut jika aku mempunyai banyak teman, banyak juga yang tidak suka kepadaku."

"Rio.. Dua hari lagi kamu ulang tahun ya? Aku senang sekali. Umurmu bertambah. Walau ragamu tidak ada disampingku. Aku tahu kamu pasti bisa melihat bahkan mendengarku"

"Rio.. Aku merindukanmu. Sangat merindukanmu. Apakah suatu saat nanti kita akan bertemu? Jika aku akan bertemu kamu. Yang aku inginkan hanya satu hal, jangan marah kepadaku jika rasa cintaku untukmu berkurang"

Tok tok tok

Suara pintu kamar Vania terdengar. Vania berusaha menghapus air matanya yang menetes. Ia pun bangkit dari kasurnya dan membukakan pintu itu. Bi Inah sedang berada di depan pintu.

"Ada apa, bi?" Tanya Vania

"Ada tamu, non. Namanya Deo"Kata Vania

"Kak Deo? Dia mau apa ?"

"Mau ketemu, non. Katanya penting. Dia berpesan kalau dia disuruh untuk membawa non jalan-jalan"

"Iya sebentar nanti Vania akan turun ke bawah"

Vania pun menuruni tangga dan melihat Deo sedang menunggu di ruang tamu. Vania juga sudah siap untuk berpergian bersama orang yang tadi pagi sudah membuatnya kecewa. Vania tersenyum kepadanya meskipun rasa sakit itu masih ada.

"Gue gak boleh keluar rumah sama mama. Gue cuman boleh keluar asalkan lo sama gue. Jadi gue minta tolong sama lo buat nemenin gue futsal. Mau kan?"Tanya Deo

"Memangnya kenapa? Kok harus aku kak?"Tanya Vania kembali.

"Jadi, Mama tau kalo gue masih berhubungan sama Felly. Jadi mama gue gak izinin gue kemana-mana kecuali sama lo."

"Yaudah terserah kakak"Balas Vania.

Vania dan Deo kemudian menuju lapangan sepak bola untuk menemani Kak Deo. Tak lupa ia membawa kamera kesayangannya. Vania juga sudah membeli air minum didepan pintu masuk. Vania duduk sembari memainkan handphone-nya. Ia pun mengambil kameranya dan memotret pemain dilapangan. Tak sengaja ia melihat seseorang. Seseorang yang ia rindukan. Rio.

Vania kemudian berlari mengejar Rio. Namun ia tidak mengetahui kemana perginya Rio lagi. Vania kemudian menunggu di depan pintu masuk. Dan usahanya berhasil. Ia bertemu dengan Rio. Ia bertemu dengan Rio.

"Rio.. "Sahut Vania yang langsung memeluknya

"Sorry.."Kata Rio

"Rio ini aku Vania. Vania oktaviani"Kata Vania

"Vania? Sorry kayaknya kita baru ketemu deh. Gue gak kenal sama lo"Kata Rio yang kemudian berlalu. Namun Vania tetap saja mengejarnya.

"Rio.. Ini aku Vania"Kata Vania yang tiba-tiba saja melihat seseorang turun dari mobil dan menggandeng Rio.Dia Icha, musuhnya sekaligus mantan sahabatnya.

"Icha?"Kata Vania

"Apakabar Vania? Lama ya kita gak bertemu?"Kata Icha

"Icha. Lo bahkan gak kasih tau gue kalo .. Rio masih hidup"Kata Vania

"Yaa.. Bahkan gue sama Rio udah tunangan. Jadi lo mau apa? Sampai kapanpun Rio akan membenci lo. Karena lo tau apa? Rio udah tau kalo lo sengaja membuatnya tertabrak"Kata Icha dengan tertawa sinis

"Rio kamu salah paham. Ini semua kecelakaan. Rio kamu inget sama aku kan?"Isak Vania

"Hei Vania.. Percuma. Dia gak inget sama lo. Dia udah membenci lo. Jadi lo mendingan mundur aja dan belajar buat melupakan Rio"Sahut Icha yang mendorong Vania hingga terjatuh.

Vania berusaha mengejar mobil itu. Namun ia tidak bisa, mobil itu berjalan sangat kencang. Kemudian ia kembali masuk untuk menemani Kak Deo kembali. Ia kemudian juga ingin membersihkan luka nya yang di dorong oleh Icha. Tiba-tiba saja seseorang berada disampingnya.

"Mau di bantuin ga?" Tanya seseorang itu

"Gak perlu. Makasih bantuannya"Jelas Vania

"Gue Aldi. Kapten futsal SMA Jaya." Katanya

"Vania.."Jawab Vania singkat

"Lo anak SMA Bakti?" Tanya nya lagi.

"Iya.."

"Nungguin siapa disini?"

"Deo"Jawab Vania singkat.

"Pacarnya Deo?"

"Bukan"

"Terus kenapa lo nungguin dia?"

"Karena dia membutuhkan gue. Gue cuman temannya bahkan gue cuman adik kelasnya"Jawab Vania.

Tak lama kemudian Deo datang menghampiri Vania. Ia yang sedari tadi memegang botol minuman namun selalu saja ditolak oleh Deo.

"Ini minumnya"Kata Vania

"Sorry.. Gue udah bawa minum sendiri. Dari Felly. Jadi lo gak usah repot-repot" Jelasnya datar

"Oh gitu. Yaudah"kata Vania

"Lutut lo kenapa?"Tanya Kak Deo

"Tadi jatuh kak"Jawab Vania

"Makanya jadi cewek jangan lemot, kebiasaan sih lemah!" Bentaknya yang kemudian berlari ke lapangan.

Aduh gue sendiri yang bikin nyesek lohh.. Gimana kalian? Absurd bgt yak? Ahaha

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang