Dua puluh lima
Vania pulang kerumahnya. Ia diantarkan oleh Rafa. Entah mengapa secara kebetulan atau tidak, Rafa selalu ada disampingnya disaat ia membutuhkan. Rafa seperti malaikat tanpa sayap yang selalu ada disamping Vania.
"Makasih, Raf. Lo selalu ada disaat gue sedih. Lo selalu ada disaat gue terluka. Sebenernya lo itu siapa sih? Lo seakan seperti malaikat yang selalu nolongin gue. Gue gatau deh gimana jadinya tanpa lo. Makasih banyak ya, Raf"Kata Vania dengan tersenyum
"Sama-sama. Lagian gue seneng juga kok"Kata Rafa
"Sekali lagi, makasih ya, Raf"
"Mendingan sekarang lo isitirahat, ganti baju dan jangan lupa minum obat. Gue takut lo kena masuk angin. Satu lagi .. Lupain kejadian tadi. Anggap aja kejadian kayak tadi gak pernah terjadi."
"Iya gue tau kok. Raf.. Lo kenapa sih perhatian banget sama gue?"Kata Vania
"Karena gue sayang sama lo, Van. Lo yang bikin gue bertahan. Lo yang bikin gue jadi kuat karena untuk mendapatkan cinta lo itu gak semudah membalikan telapak tangan"
"Makasih lo udah mau sayang sama gue. Maaf gue gabisa membalas perasaan lo"
"Gakpapa. Cukup lo tersenyum aja itu udah membuat gue senang. Gue balik ya.. "
"Hati-hati ya Raf"
Vania disambut oleh Mamanya bersama Om Ervan. Vania sempat tersenyum melihat Om Ervan bersama mamanya karena mamanya sangat bahagia sekali jika bersama Om Ervan. Vania memasuki kamarnya dan memandang foto Rio.
"Rio.. Aku kira aku sulit melupakanmu. Ternyata secepat itukah aku melupakanmu. Aku sudah tau kalau akhirnya kita tidak akan bisa bersatu."
"Rio.. Banyak hal yang kau tidak ketahui. Aku merasa aku sudah tidak cinta lagi kepadamu. Karena aku menemukan seseorang seperti kamu jauh sebelum kamu kembali"
"Rio.. Lalu mengapa kamu kembali jika akhirnya kamu pergi lagi? Mengapa kamu kembali hanya untuk membangunkan luka di hatiku"
"Rio.. Maafkan aku.. Maafkan aku"
"Aku sadar aku mengecewakanmu."
****
Keesokan harinya, Vania sudah siap untuk berangkat pelantikan. Hari ini pelantikan pertamanya untuk menjadi anggota ekskul fotografi di sekolahnya. Rafa juga sudah menjemputnya pagi tadi. Ia dan Rafa berangkat menuju sekolah.
Sesampainya disekolah, ia melihat Kak Deo yang juga sibuk menyiapkan perlengkapan. Ada rasa kecewa dan marah jika mengingat kejadian semalam. Vania yang dipermalukan dipesta ulang tahun Felly.
"Udahlah, Van. Jangan dipikirin lagi. Kan gue udah bilang sama lo. Kalo kejadian itu anggap aja gak pernah terjadi. Jangan terlalu dipikirin lagi ya" Kata Rafa
"Gue enggak mikirin. Gue cuman kepikiran aja, Raf. "Kata Vania
"Udah, gakusah diambil pusing. Lagian nanti kita disana bakalan seneng-seneng kok. Lagian kan kayak liburan."
"Okedeh"
"Udah bawa kamera nya? Jangan ketinggalan. Kalo lo gak bawa kamera gimana bisa motret pemandangan yang indah?"Kata Rafa
"Tenang, sudah gue bawa semuanya. Hehe"
"Anak pintar"Puji Rafa yang mengacak-acak rambut Vania
"Ihh Rafa kan jadi berantakan"Sahut Vania.
Sementara itu, Rafa merasa bersalah. Ia merasa kasian dengan Vania karena kejadian semalam. Tak seharusnya Deo tidak melakukan itu semua dan membuat Vania malu. Kemudian kak Deo menghampiri Vania yang sedang bersama Rafa.
"Vania.."Sapa Kak Deo
"Iya kak?"Jawab Vania
"Lo ikut ekskul ini?"
"Iya. Emangnya kenapa?"
"Oh enggak kakak nanya aja."
"Yaudah kalo gitu, saya duluan ya kak"
Semua rombongan telah sampai di Puncak. Kini Vania tengah menyiapkan perlengkapannya untuk mengikuti acara pertama, yaitu mencari jejak. Vania pun satu kelompok dengan Rafa dan Desya. Setiap anggota harus selalu bersama dan tidak boleh berpisah.
"Raf, ke arah maana lagi nih?"Tanya Desya
"Kayaknya kesana deh"Ujar Rafa
"Bukan kayaknya kesana deh"ujar Vania
"Iya, kayaknya Vania bener deh"kata Rafa
"Kayaknya yang bener Rafa deh"
"Kita ikutin usulan Vania aja ya"Kata Rafa singkat
"Raf. Bisa gak sih gak Vania terus? Hargai gue dong. Kita ini tersesat. Dan karena Vania"gumam Desya
"Kita coba aja dulu"Ajak Rafa
"Terserah kalian deh. "Balas Desya.
Mereka pun terus saja berjalan. Hingga akhirnya menemukan pos yang sedang mereka cari. Tiba-tiba saja Desya terjatuh dan lututnya berdarah. Dengan terpaksa Rafa menggendong Desya hingga ke tenda.
"Kalian romantis tau"Sahut Vania
"Apaan sih lo, Van. Gak lucu"Balas Rafa
"Ciye yang marah. Ahaha kalian cocok deh pokoknya. Apalagi udah kenal lama yakan?"Balas Vania
"Van lo apaan sih?"
"Rafa lo itu sama Desya cocok. Gue ngedukung kalian kok. "
"Lo gimana sama kak Deo?"Tanya Desya
"Gatau. Kayaknya gue mau batalin aja perjodohan gue"kata Vania
"Nah gitu dong"Sambung Rafa
"Gue capek dibentak. Gue capek ngejar dia"
"Sabar ya, Van. Gue yakin kak Deo pasti bisa jatuh cinta sama lo. Tunggu waktunya aja"Kata Desya
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, hold on [ selesai ]
Teen Fiction"Suatu saat nanti kamu akan tahu bedanya DICINTAI sama MENCINTAI seseorang. Dan aku yakin kamu bisa rasakan itu disaat aku sudah pergi jauh dari kamu" -VANIA-