Tujuh

5.5K 195 0
                                    

Tujuh

Vania berusaha untuk menahan emosinya karena sindiran dari perempuan itu. Segitukah tampang vania yang seakan seperti orang gaptek. Jujur, Vania tidaklah gaptek terkadang ia malas untuk membuka ataupun memainkan akun sosial medianya. Ia takut jika banyak anak yang sedikit alay bahkan Vania sempat ditembak oleh orang yang tidak dikenal lewat facebook. Alasannya karena satu, vania terlalu malu mengakui dirinya cantik.

"Vaniaa.."Panggil seseorang yang suara sangat ia kenali.

"Eh Desya, lagi apa lo disini?"Tanya Vania yang menoleh dan mendapati Desya sedang memegang sebuah buku yang sama seperti perempuan tadi. Desya mengenakan kaos croptee dengan celana jeans selutut ditambah dengan sepatu santai serta tas yang dibawanya.

"Gue lagi dateng di toko buku. Katanya ada penulis sosmed yang lagi meetngreet. Eh tau gak? Orang nya itu siapa? Lo tau gak? Pasti kalo lo tau pasti kaget deh."Sahut Desya yang bersemangat.

"Emangnya siapa ya? Gue kenal gak des?"Tanya Vania dengan wajah yang membingungkan.

"Udah daripada lo bingung mikirin itu siapa mendingan lo ikut gue masuk terus beli bukunya lengkap dengan tanda tangannya. Yukk" ajak Desya dengan memaksa Vania dan langsung menarik Vania memasuki toko buku.

Vania memasuki toko buku itu. Didalamnya terdapat banyak buku dengan beberapa judul. Vania melangkahkan kakinya mengikuti Desya, namun matanya tertuju pada tumpukan buku yang berwarna sampul biru itu. Vania kemudian mendekati tumpukan buku itu dan mengambilnya satu untuk ia beli. Alasan ia memilih buku itu ia juga tidak tau kenapa. Kata hatinya berbicara kalau buku itu sangat bagus untuk di baca.

Buku yang diambil Vania itu bersampul biru yaitu warna kesukaannya. Gambar yang berada di sampulnya itu adalah pantai. Tempat favoritnya juga. Ia pun berjalan ke kasir untuk membayarnya. Ia tidak melihat Desya di dekat kasir. Mungkin Desya sedang memilih buku yang lain,pikir Vania.

"Hey, Vania. Udah beli buku nya? Lo tadi kemana sih,van? Gue padahal tadi mau nyuruh lo buat beli buku yang sama kayak gue. Ceritanya katanya bagus banget deh, Van dijamin T.O.P, B.G.T. "Seru Desya yang semakin membuat Vania tertawa. Pasalnya jika Desya berbicaara, ia tidak bisa berhenti karena topik apa saja bisa ia sampaikan dengan lucu.

"Gue gak minat sama buku lo itu apalagi sama penulisnya. Jadi gue udah beli buku sendiri deh. Maaf ya Desya, kayaknya gue minjem aja deh sama lo"kata Vania

"Yah.. Yaudah deh, lo anterin gue aja yuks minta tanda tangan lagi sama penulisnya. Itu disana"Ajak Desya yang kemudian Vania mengikutinya.

Vania berbaris sama seperti Desya, dilihatnya banyak sekali yang mengantri. Vania kemudian memainkan handphone-nya. Dilihatnya ada sebuah notif dari instagram yang banyak menyukai foto yang di-post-nya. Memang dalam hal fotografi, Vania juga mendapat banyak pujian meskipun ia merasa hasil gambarnya jelek. Ditambah lagi wajah Vania yang sangatlah cantik, jadi wajar banyak orang yang mengikutinya di instagram.

Antrian semakin lama semakin maju, kini dua orang lagi Vania akan menemui penulis yang dimaksud oleh orang-orang. Ia berusaha meyakinkan kalau itu Rafa teman sebangkunya atau bukan. Bayangkan saja, Rafa yang dikenalnya sangatlah diam dan sangat dingin sekali.

Vania memandangi penulis itu, dari tampangnya bagi Vania sangat mirip sekali dengan Rafa, bahkan cara ia menulis sama seperti Rafa. Memang, sesekali Vania memperhatikan Rafa ketika ia sedang menulis, mencatat, bahkan tertidur. Rafa sering kali membuat Vania salah fokus.

Deg!

Benar saja dugaan Vania, orang itu adalah Rafa. Teman sebangkunya, vania sempat terkejut dengan apa yang ia lihat. Bagaimana bisa seorang Rafa menjadi penulis yang identik dengan perasaan. Atau hanya Vania saja yang baru mengetahui dengan sikap Rafa yang sebenarnya?

Please, hold on [ selesai ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang