Enam belas
Bel pulang sekolah pun berbunyi. Vania berjalan menyusuri lorong sekolah. Ia melihat beberapa siswa sedang mengerubungi mading sekolah. Vania yang penasaran pun melihat apa yang sedang banyak mencari perhatian itu.
Vania mulai menerobos beberapa murid yang banyak sekali. Dilihatnya sebuah brosur berwarna hitam dengan tulisan berwarna pink itu. Sebuah pementasan piano yang akan diselenggarakan bulan depan. Vania tersenyum melihat lembaran itu. Ia ingin sekali mengikutinya. Namun, apa daya ia tidak bisa karena masih ada rasa takut di dalam hatinya.
"Vania.."Panggil Rafa yang sudah ada di belakangnya.
"Eh iya. Raf. Ada apa?"Tanya Vania
"Ikut gue yuk. Lo hari ini gak ada acara penting kan?"Tanya Rafa
"Iya. Enggak ada kayaknya. Mau kemana emangnya?"
"Ikut gue aja udahh"
"Kemana, Raf?"Tanya Vania
"Ikut aja. Lo bakalan seneng deh nanti. Ayokk"Ajak Rafa yang menggandeng tangan Vania.
Rafa menggandeng Vania hingga di parkiran sekolah, tak lama kemudian Desya datang dan menghampiri Vania dan Rafa. Desya sebenarnya ingin mengajak Vania ke toko buku, namun Rafa sudah mengajak Vania terlebih dahulu. Apa boleh buat, Desya harus menahan rasa kesalnya kepada Vania yang terlihat sedari tadi digandeng erat oleh Rafa.
"Rafaaa.. Vaniaa" teriak Desya yang kemudian berlari menghampiri mereka berdua.
"Haii Desyaa."Balas Vania
"Van, mau kemana sama Rafa? Sibuk ya?"Kata Desya
"Tau nih sih Rafa. Katanya mau ajak gue ke suatu tempat. Misterius banget ya ahaha"Ujar Vania
"Gue denger ya, Van"Sahut Rafa
"Mau kemana Raf?"Tanya Desya
"Mau jalan-jalan aja sama Vania. Dia kan belum tau tempat bagus yang ada di Jakarta kan?"Balasnya singkat
"Yahh, Van. Padahal gue mau ajak lo nyari buku buat tugas bahasa indonesia. Lo sibuk ya sama Rafa?"Tanya Desya yang sedikit kecewa.
"Gimana kalo lo gabung sama kita aja."Ajak Vania
"Van? Kita naik motor. Mana bisa? Lagian gimana caranya coba? Gue mau ah. Nanti yang ada kita jatoh dari motor"Kata Rafa
"Hahaha gue dijemput sama sopir kok, Raf. Gue nanti sama Vania naik mobil aja. Lo yang sendirian aja naik motor. Gimana Van?"Tanya Desya kembali.
"Boleh tuh. Tapi gak papa kan Raf? Ayolahh "bujuk Vania
"Yaudah terserah kalian aja."Kata Rafa singkat yang tidak ingin acaranya diganggu oleh Desya.
Terpaksa Rafa menerima kehadiran Desya, ia ikut bersama Rafa dan Vania. Sebenarnya Rafa sudah menyiapkan suatu tempat untuk dirinya bersama Vania. Namun, vania sudah terlanjur mengajak Desya bahkan ia tidak tega jika menolak permintaan dari Vania. Ia terlalu takut membuat Vania kecewa.
Selama tiga puluh menit, Rafa mengendarai motornya. Ia juga sesekali menegok kebelakang untuk melihat vania yang berada di dalam mobil Desya. Rafa khawatir jika rencana nya gagal begitu saja. Namun acaranya tidak gagal. Hanya saja ada seseorang yang mengganggunya dengan Vania.
Rafa sudah sampai ditempat tujuannya. Ia kemudian turun dari motornya dan menghampiri Vania. Belum sampai disana, Desya langsung memeluk Rafa. Sontak Rafa kaget ada apa dengan Desya. Ia langsung melepaskan pelukan Desya.
"Sorry, Raf"Kata Desya
"Iyaa.. Nope"Kata Rafa yang sedikit kaku.
"Bagus banget, Raf. Gue baru tau di Jakarta ada tempat kayak gini. Ya walaupun gak seindah kota Bandung"Balas Vania yang tersenyum memandangi sekitarnya.
"Ini balasan gue karena kemarin lo udah mau bantuin gue buat nyelesaikan hukuman gue"Kata Rafa singkat.
"Ayo, Raf. Gue fotoin lo disana sama Desya"Teriak Vania yang mengambil kameranya.
"Apa?"Kata Rafa yang tidak mengerti dengan maksud Vania.
"Gue fotoin lo. Buruan. Desya ikutan disamping Rafa aja"Ajak Vania dengan semangat dan Desya hanya mengangguk saja.
"Van? Gue.."Ujar Rafa
"Satu.."
"Dua..."
"Tiga... Yeahhh" Kata Vania yang kemudian tersenyum melihat hasil jepretannya itu.
Rafa merasa risih dengan kehadiran Desya. Apalagi Vania sempat memaksanya untuk memaksa dirinya untuk berfoto dengan Desya. Tidak hanya itu, Vania seakan mendekatkan dirinya dengan Desya. Itu yang membuat Rafa semakin bingung menghadapi sikap Vania yang terkadang aneh.
"Bagus gak Van?"Tanya Desya
"Keren banget loh. Apalagi spotnya itu keren" Kata Vania yang semangat
"Sekali lagi deh Van"kata Desya yang tersenyum kegirangan.
"Raf, kok lo diem aja. Kenapa? Gak biasanya kan lo diem kayak gitu. Tadi perasaan semangat banget kesini"Kata Vania yang menatap Rafa.
"Gue tiba-tiba unmood"Balas Rafa singkat.
"Kenapa kok gitu, Raf?"Kata Vania
"Males gue. Mendingan gue balik aja deh"Kata Rafa dengan mengambil kunci motor yang ada di kantongnya.
"Lo mau pulang? Kok gitu sih, Raf"Kata Vania kembali.
"Iya, Raf. Masa udah mau pulang? Kan kita baru nyampe."Kata Desya
"Iya gue lupa kalau hari ini ada acara mendadak. Gue balik duluan ya"Kata Rafa yang meninggalkan Vania dan Desya.
"Yah Raf gue terus balik sama siapa?"Tanya Vania
"Gatau"balas Rafa singkat.
Vania menatap Rafa yang berlalu saja didepannya. Ia meninggalkan Vania dan Desya. Vania sangat sedih dengan sikap Rafa yang menjadi seperti dulu, menjadi Rafa yang dingin dan jutek kepadanya. Vania memikirkan apa kesalahan yang membuat Rafa semarah itu. Padahalkan Vania tidak melakukan apa-apa yang bisa membuat Rafa marah seperti itu.
"Van lo balik sama gue aja"kata Desya
"Yaudah deh. Lagian sih Rafa itu aneh banget sih. Gue juga heran sama dia kenapa"Kata Vania
"Hhehe Rafa emang kayak gitu. Dari dulu sikapnya susah banget ditebak"Kata Desya
"Oh gitu. Hehe"Kata Vania
"Yaudah masuk ke mobil gue aja yuk. Kita ngobrol disana sekalian nganter lo pulang kerumah"Kata Desya
"Yaudah. Ayokk"Balas Vania.
Vania dan Desya memasuki mobil sedan berwarna putih itu. Sepanjang perjalanan, ada candaan, tertawa, dan keceriaan dan terdengar asik. Namun tiba-tiba saja Desya berhenti tertawa jika mengingat kejadian itu, kejadian saat Rafa tidak menerima cintanya. Bahkan sudah berkali-kali ia menembak Rafa namun tidak juga di terima.
"Rafa itu baik, lucu tapi kadang-kadang nyeselin banget. Lo tau kan sikapnya itu kayak gimana? Susah banget buat ditebak"kata Desya
"Bener banget tuh gue juga setuju sama lo"Ujar Vania
"Tapi waktu smp gue sering merhatiin dia. Dia itu kayaknya gak kayak sekarang. Dia dulu suka banget ngelakuin hal aneh disekolah"Jelas Desya
"Hal aneh?"
"Iya, dia dulu sempet dipanggil BK karena bawa boneka hantu kesekolah dan membuat guru takut. Hanya karena dia belum belajar buat ulangan"Kata Desya
"Serius lo?"
"Iya dan karena ulahya itu dia kena BK. Dia itu kayak pahlawan deh kalo di kelas. Ahaha kejahilaannya itu yang bikin kangen"Kata Desya
"Ahaha lucu banget deh pasti"Kata Vania
"Tapi cuman lo yang bisa bikin Rafa kembali kayak dulu, Van"Singkat Desya
"Haha jangan ngaco deh"singkat Vania
KAMU SEDANG MEMBACA
Please, hold on [ selesai ]
Teen Fiction"Suatu saat nanti kamu akan tahu bedanya DICINTAI sama MENCINTAI seseorang. Dan aku yakin kamu bisa rasakan itu disaat aku sudah pergi jauh dari kamu" -VANIA-