Part 2 : My Best Friend

31.1K 1.7K 20
                                    

Mulmed is Gareth, aslinya Matt Bomer adalah gay seperti Gareth. Sayang ya, padahal ganteng bangeet... hikz...

Happy Reading....

Garnetta Pov

Inilah aku, Garnetta entah aku harus merasa beruntung atau merasa malang dengan diriku sendiri? Aku selesai kuliah di usia 17 tahun karena kecerdasan ayahku yang menurun kepadaku. Tapi tidak dengan sikap egois dan diktatornya!

Saking cerdas, aku sekarang memliki dua sisi kehidupan. Sisi penurutku yang tampak manis di depan ayahku dan sisi liar yang aku tampilkan di belakang ayahku.

Aku merasa seperti memiliki berkepribadian ganda, tapi aku tak bisa memilih, mengambil salah satu sisi saja. Karena tanpa sisi penurut aku akan menyakiti orang yang aku cintai, mom..

Jika aku memilih sisi penurut, aku akan kehilangan jati diriku bahkan kehilangan hidupku. Karena hanya dengan mabuk dan hang out aku bisa berdiri tegar di keesokan harinya.

Gareth mengajakku clubing dan aku sangat nyaman bersamanya, kali ini dia mengajak kekasihnya Collins. Ada rasa bangga tersendiri clubing dengan pria setampan Gareth, semua mata wanita memandang!!

Tapi andai mereka tahu siapa Gareth sebenarnya, mungkin mereka akan patah hati dan muntah. Hahaha....

Aku mulai jijik dengan Gareth dan Collins yang sedang asik berpagutan penuh gairah, aku meminum wine-ku dengan cepat sekali tandas membuat Gareth tertawa mengejek.

"Cemburu huh?" godanya.

"Fuck you Gareth, aku mual tahu!!" ringgisku dan Gareth malah melanjutkan ciumannya.

"Oh My God!!" geramku pura-pura kesal sambil pergi meninggalkan mereka agar bisa lebih intim, tanpa gangguan.

Weks!!

Aku duduk di pojok ruangan, menikmati anggurku dengan hikmat. Aku tersenyum melihat Gareth berjoged dengan kekasihnya dilantai dansa.

Ah andai dia normal, mungkin aku akan menjadikan dia kekasihku. Aku terkekeh dengan pikiran nakalku yang entah datang dari mana.

"Sendirian huh?" tanya seseorang dengan suara berat dan aroma maskulin yang pernah aku cium sebelumnya. Aku menatap mata tajam pria itu.

"Mr. Fox.." ucapku sebal melihatnya berada di depanku.

Sean duduk di hadapanku tanpa permisi dan menuangkan wine ke gelasnya.

"Berkelas!" pujinya sambil mengacungkan gelas anggur itu dan meminumnya sampai tandas.

"Haus huh?" ejekku dan pria itu tertawa sinis.

"Yeah, sweet heart!" godanya dan tangannya mulai mencoba melecehkanku.

Aku bangkit dari dudukku namun sial, dia menarik tubuhku hingga aku menindih tubuhnya. Pandangan kami saling bertemu, detak jantungku berdegup begitu kencang.

"Shit!!" umpatku namun Sean memegang tengkukku dan menciumku dengan penuh gairah membuatku meronta, tenaganya begitu kuat sehingga aku begitu kesulitan untuk melepaskan ciumannya.

Aku mulai kehabisan oksigen, namun ciumannya begitu dalam dan menyesatkan.

Seseorang menarik tubuhnya membuatku bisa bernafas lega. Gareth menitipkanku kepada Collins yang dengan sigap memegang pundakku, dalam hitungan per sekian detik Gareth memukuli Sean tanpa ampun membuatku tersenyum puas.

Sean tampak kewalahan, wajahnya babak belur.

"Itu pelajaran buatmu, brengsek!!" ucapku ketus, Gareth segera membawaku pulang.

Gareth menatapku khawatir.

"Aku tak apa-apa!" cicitku agar Gareth sedikit lebih tenang.

"Sial, kenapa aku bisa lengah dalam menjagamu dari bajingan itu!" rutuknya.

Aku menatap Gareth dengan penuh haru, dia seperti kakakku, seorang kakak yang tak pernah aku miliki. Air mataku mengalir, Gareth langsung menghentikan mobil dan menatapku, tangannya menangkup wajahku dengan kedua telapak tangannya.

"Kau baik-baik saja? Apa yang sakit?" tanya Gareth lembut. Aku mememeluknya, menghirup dalam aroma tubuhnya yang harum.

"Terima kasih Gareth..." isakku.

"Aku sayang padamu, terima kasih sudah melindungiku..." tambahku lagi membuat Gareth melunak dan membalas pelukkanku.

Aku tak peduli kau gay atau apapun itu, bagiku kau adalah pelindungku. Gareth, sahabatku, kakakku sekaligus orang yang selalu ada dikala aku terpuruk....

Sean Pov

Aku mendengus kesal, sialan siapa pria yang melindungi jalang kecil itu? Aku tak pernah di hajar habis-habisan seperti ini seumur hidupku.

Aku mengerang sakit, Helena salah satu jalang di club itu mengobati lukaku dengan telaten.

"Kau tahu siapa pria brengsek yang menghajarku itu?"tanyaku pada Helena.

"Dia Gareth Finely, sahabatnya Garnetta." ucapnya

"Oh, Finely..." gumanku mengingatkan dia salah satu pemegang saham dalam proyek ayahku.

"Apa kau tertarik padanya?" tanya Helena.

"Sangat!!" ucapku penuh dendam dan wajah Diana tampak takut sekaligus jijik kepadaku.

"Kenapa?" tanyaku heran.

"Dia gay, apa kau akan merubah orientasi seksmu Fox?" tanya Helena.

Perutku terasa mual, sial aku benci berhubungan dengan kaum gay.

Aku lebih baik jadi bajingan sekalian daripada menjadi siluman tak jelas seperti kaum gay. Aku menengak vodka dalam sekali teguk.

"Akkh..." ringgisku ketika merasakan panasnya cairan laknat itu di tenggorokanku. Aku ingin balas dendam pada jalang dan gay itu. Tapi aku rasa itu hanya membuang waktuku saja.

Lagian memang aku yang salah sudah melecehkannya seperti itu. Dia anak kolega ayahku, anak sahabat ayahku. Tapi aku tak habis fikir kenapa wanita terhormat dan secerdas itu bermain di tempat seperti ini?

Dia cukup menarik, membuatku penasaran, liar sekaligus polos. Aku terkekeh, mungkin dia akan menjadi mainan menarikku kelak. Aku menutup mataku merasakan denyutan luka wajahku yang mulai terasa memanas dan perih.

Tbc

Sudah mulai akrab dengan ceritaku? Hehehe....
Thanks for reading
Jangan lupa vote dan komennya ya...

love u
muuah...

I Hate My Husband (End - Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang