Happy Reading....
Kesehatan Garnetta menurun, dia terpukul dengan kematian Marina. Sean tampak khawatir dan lelah karena Sean sering merasa mual dan pusing.
"Nettaa..." bisik Sean lembut mencoba membujuk istrinya untuk makan.
"Aku tak lapar Sean..." gumannya.
"Tapi bayimu Netta.. Anak kita... "ucap Sean.
" Apa kau mencintaiku?" tanya Garnetta sambil menatap kedua mata suaminya.
"Tentu saja sayang.. Aku sangat mencintaimu..."
"Andai kita tak memiliki keturunan, kau akan menerima aku apa adanya?" tanya Garnetta.
"Kau kan sedang hamil..." ucap Sean bingung."
"Aku ingin menggugurkan kandunganku, aku takut!" ucap Garnetta panik.
"Kau akan baik-baik saja, begitupun bayi kita."
"Bagaimana jika kami mati ketika aku melahirkan?"
"Lebih baik kita kehilangan bayi ini daripada kita terpisah..." ucap Garnetta sedih membuat Sean terpukul.
"Aku tak tahu Garnetta, kau selalu memberikanku pilihan yang sulit..." ucap Sean sambil menyimpan makanannya. Sean berdiri lalu pergi meninggalkan istrinya di dalam kamarnya.
Garnetta bingung, apa yang harus dia lakukan? Dia tahu Sean sangat mengharapkan keturunan. Apa Garnetta membiarkan bayi ini hidup saja? Mungkin kalian akan mengira Garnetta egois, tapi sebenarnya Garnetta takut jika dia melahirkan bayi dan dirinya takkan selamat. Apa itu bukan hal yang sia sia? Tapi mungkin Tuhan akan berencana lain, Garnetta menghela nafas. Daripada dirinya pusing memikirkan apa yang belum terjadi, dan malah jadi stres, lebih baik dia menghabiskan waktunya bersama suaminya.
Andai Tuhan memisahkan mereka, Garnetta takkan penasaran karena sudah puas menikmati hari terakhirnya dengan Sean, bukan begitu?
Sean memejamkan matanya, tubuhnya berbaring di sofa berusaha senyaman mungkin untuk bisa membuatnya berfikir jernih. Garnetta keluar dari kamarnya, lalu menghampiri Sean.
"Sean..... " bisik Garnetta sambil mengecup kening Sean dengan lembut. Sean membuka matanya lalu menatap Garnetta.
"Ada apa?" tanya Sean dingin.
"Maafkan aku.." ucapnya membuat Sean bangkit dari tidurnya lalu meminta Garnetta masuk kedalam pelukannya.
"Aku mengerti dengan apa yang kau maksud Netta, tak perlu minta maaf.." bisik Sean melunak.
Garnetta menatap wajah Sean lalu mencium bibirnya dengan lembut.
"Mmph.... Sean, lapar..." ucap Garnetta manja membuat Sean tersenyum geli melihat Garnetta yang manis.
"Aku ambil dulu makanannya!" ucap Sean semangat lalu masuk ke kamar untuk mengambil makanan tadi.
"Aku mau pizza..." rengek Garnetta, Sean menatap makanan yang baru saja dia bawa.
"Kita makan di luar ya? kebetulan aku juga ingin steak.." ucap Sean sambil menyimpan asal makanan itu dan mengelus rambut istrinya.
"Oke.." ucap Garnetta setuju lalu memeluk Sean.
"I love you.." ucap Garnetta membuat Sean tertawa bahagia.
*****
Gareth menatap Leo yang sedang duduk di cafe.
"Jadi kau orangnya?" tanya Gareth sambil menghisap rokoknya.
"Aku menyesal dan Marina sudah memaafkanku." ucap Leo datar.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Hate My Husband (End - Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓
De TodoGarnetta Gabriel Henry, 17 tahun seorang gadis cantik semata wayang yang menjadi pewaris tunggal keluarga Henry, memiliki kehidupan malam sebagai pelarian karena kedua orang tuanya yang sibuk akan bisnis keluarga. Kehidupannya semakin terasa sulit k...