Part 31 : Terulang Kembali (21+)

24.7K 1.2K 10
                                    

Seseorang yang sudah menjadi takdir kita, walau dia menjauh dan menghilang. Suatu saat pasti dipersatukan lagi....


Happy Reading...

Author Pov

Garnetta menatap dirinya sudah tertidur di kamar, biasanya jika dia tertidur karena mabuk dia akan berakhir di atas sofa.

Garnetta mengingat kejadian semalam, dia bermimpi bercinta dengan Sean dan semua tampak nyata. Garnetta menatap tubuhnya yang telanjang. Bagaimana bisa?

Garnetta menyentuh miliknya yang lengket, apa semalam itu bukan mimpi? Bagaimana jika yang dia ajak bercinta itu bukan Sean tapi orang lain?

Garnetta dengan cepat memakai pakaian dengab asal lalu memeriksa rumahnya. Garnetta terkejut melihat Sean sedang duduk santai dengan tubuh topless, kopi dan koran di tangannya.

"Pagi cantik..." ucap Sean ramah.

"Kenapa kau ada disini?" pekik Garnetta terkejut.

"Kau yang menarikku masuk dan menerjangku!"goda Sean.

Garnetta berusaha mengingat kejadian semalam, akh iya aku ingat...Garnetta menepuk kepala teringat pada saat malam pertamanya dengan Sean, gara-gara mabuk dia menyerahkan tubuhnya kepada Sean.  Dan ya semalam Garnetta mabuk!!

Garnetta mendengkus kesal.

"Aku sudah bilang, kau akan menyesal telah melanggar janjimu untuk tidak mabuk mabukan lagi." ucap Sean lembut sambil menarik Garnetta ke pangkuannya. Garnetta menatap leher dan dada Sean yang penuh bercak merah. Sean yang sadar diperhatikan terkekeh.

"Kau selalu liar jika sedang mabuk!" bisiknya sambil meremas bokong Garnetta.

"Aakh..." pekik Garnetta dan tanpa sengaja menempelkan payudaranya di wajah Sean karena menghindari remasan tangan Sean. 

"Kau menggodaku sayang...." geram Sean dan menidurkan Garnetta di sofa.

"Aakh..."

"Aku akan menjelaskannya sambil bercinta.." bisik Sean membuat Garnetta merona.

"Menjelaskan apa?" tanya Garnetta bingung.

"Sst...." bisik Sean sambil mengecup bibirnya sekilas.

Sean melepaskan kaos yang di kenakan Garnetta.

"Maafkan aku yang sudah menceraikanmu, tapi.." ucap Sean sambil melumat putingnya.

"Aakh... tapi..." desah Garnetta tak sabar dan sialnya dia malah terangsang.

"Aku tak pernah memberikan berkas itu ke pengadilan. Kesimpulan pertama, kau masih istriku dan kau milikku!" ucap Sean sambil memasukan miliknya yang sudah berdiri tegak. Garnetta menatap Sean galak bercampur gairah.

"Aku memutuskan menceraikanmu, sering pulang malam karena aku sering mabuk-mabukan dan bingung mencari jalan keluar..." ucap Sean sambil meremas payudara Garnetta.

"Sean.. cepat..." rintih Garnetta sambil memegang pinggul Sean, menanamkan kuku-kukunya disana.

"Akh..." erang Sean merasakan sensasi berbeda ketika Garnetta mencakarnya.

"Sean...." jerit Garnetta hampir mencapai klimaks, Sean terus memompanya dengan cepat lalu mereka mengalami orgasme bersama.
"Sean, kau membuangnya di dalam?" bisik Garnetta.

"Hmm...."

"Fuck you Sean!" ucap Garnetta marah.

"Kenapa?"

"Aku tak mau hamil!" bentak Garnetta kesal. Sean memeluk Garnetta dan mencium istrinya.

"Kau harus hamil anakku lagi, aku janji takkan meninggalkanmu Netta.." bisik Sean lembut.

Garnetta menatap tajam mata Sean. Saat Garnetta hendak berbicara Sean memotongnya.

"Dulu aku mengabaikanmu karena Helena mati tepat di depanku. Dia di tembak oleh orang yang sama, yang menembak ayahmu..." bisik Sean melanjutkan cerita, air mata Garnetta mengalir.

"Kenapa kau tak bilang?" tanya Garnetta.

"Waktu itu aku panik, aku takut kau stres dan keguguran, jadi aku memutuskan untuk bungkam. Namun semua sangat menyakitkan, aku takut orang itu membunuh kau dan bayiku, itu alasan aku menceraikanmu. Tapi aku menyesal sudah memintamu menandatanganinya dan aku menyimpan berkas itu di kantorku." ucap Sean parau.

"Aku membencimu Sean.." bisik Garnetta sedih.

"Maafkan aku sayang... Aku sangat menyesal.. Andai aku jujur, kita takkan kehilangan bayi itu juga waktu kebersamaan kita" bisik Sean penuh penyesalan.

Garnetta memejamkan matanya, merasakan aroma tubuh Sean yang selalu memabukannya, mabuk dengan perasaan rindu dan benci.

Sean memeluk Garnetta dengan lembut, Garnetta merasa pusing dan lelah, dia ingin marah namun tubuhnya sulit untuk merespon.

Garnetta memilih untuk memejamkan matanya. Mereka pun terlelap dalam mimpinya masing masing.

****

Garnetta termenung di dapur, memikirkan apa yang tadi Sean katakan.  dia duduk sambil meminum jus jeruk berharap bisa menyegarkan pikirannya kembali.

Garnetta menatap Sean yang masih terlelap di atas sofa. Garnetta  sangat mencintainya, semua penjelasan Sean cukup masuk akal dan membuat hatinya luluh. Garnetta menyesal tidak menyelidiki dulu apa alasan Sean melakukan itu padanya.

"Kenapa melamun sayang?" tanya Sean membuyarkan lamunan Garnetta.

"Mau jus jeruk?" tawar Garnetta dan Sean mengangguk.

Garnetta membawa jus jeruknya lalu duduk di hadapan Sean.

"Ah, pelayan seksi..." goda Sean yang melihat Garnetta membawa jus jeruk hanya menggunakan celana dalamnya saja.

"Garnetta meminum jusnya lalu mencium Sean dan menuangkan jus di mulutnya kedalam mulut Sean.

"Mmh... Kau nakal Netta..." bisik Sean sambil mengelus punggung Garnetta dengan lembut. Garnetta tersenyum.

"Kita pulang...." bisik Sean setengah memerintah.

Garnetta menggelengkan kepala.

"Aku sudah bahagia hidup seperti ini Sean..." bisiknya membuat rahang Sean mengetat.

"Maksudmu?"

"Aku tak mau kembali." ucap Garnetta.

"Kau tak mau kembali padaku?" tanya Sean namun Garnetta menggeleng.

"Aku bahagia hidup disini dan lebih bahagia lagi jika kau tinggal bersamaku di sini." bisik Garnetta sambil menjilat telinga Sean.

"Mmmph...." erang Sean lalu menindih tubuh Garnetta.

"Lalu bagaimana dengan rumah kita?"

"Rumah kita disini,'Sean! " ucap Garnetta.

"Pekerjaanku?"

"Kau bisa melihatnya sekali kali." ucap Garnetta lagi.

"Mom dan dad?"

"Mereka bisa mengunjungi kita." ucapnya lagi.

"Apa lagi ya Sean?" tanya Garnetta cepat dan Sean terkekeh.

"Kita harus mengunjungi orang tua kita. Apa lagi mom sedang mengandung." bisik Sean membuat Garnetta terkejut.

"Apa?" pekiknya.

"Aakh... kau bisa menulikan telingaku!" goda Sean sambil pura-pura mengusap telinganya.

Garnetta menatap wajah Sean.

"Ya Tuhan, aku akan punya adik!!" erangnya sambil menabrakan wajahnya ke dada bidang Sean dengan frustasi.



Tbc.

Bagaimana rasanya ya punya adik seumuran anak kita, beda usia terpaut 18 tahun? Sepertinya aneh hehehe....

Thanks for reading ya
Jangan lupa vote dan komennya.muuaaah.....

I Hate My Husband (End - Tersedia Dalam Bentuk PDF) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang