Togetherness

8.6K 440 1
                                    

Isabell's POV

Aku menarik tangan Zee.

"Kau kan yang mengunciku kemarin?"

Zee pura-pura tidak tahu. Hello.. aku gak sebodoh itu.. siapa lagi kalau bukan dia?

"Maksudmu?"

"Kenapa kau lakukan ini padaku Zee? katamu kita sahabat"

Zee tertawa. "Sahabat, itu dulu Bell!" kemudian ia menatapku sinis. "SEKARANG BUKAN!"

Kata-kata itu tapat mengenai sasarannya, seperti anak panah yang tepat mengenai sasarannya, Tepat menusuk hatiku,  dan sekarang.... dadaku terasa sangat sakit..

Zee hanya melewatiku, aku menatapnya sambil tersenyum kecut. Sebutir air mata jatuh dari pelupuk mataku, dan aku buru-buru menghapusnya.

Bodoh! kenapa aku harus menangis untuk seseorang yang menghianatiku, bahkan demi mempertahankan persahabatanku, aku melukai Alven...

aku membohongi perasaanku..

sekarang aku tidak mau melakukannya lagi..

Hanya karena Zee...

aku tidak tahu harus marah, benci atau bagaimana pada Zee

Apa salahku sampai kau begitu membenciku? Salahkah aku mencintai Alven? Salahkan??..

Aku buru-buru menggeleng.

TIdak...

Zee saja yang merasa bahwa hanya dia yang boleh memiliki Alven... dia sangat egois.

Aku membalikkan tubuhku.

Alven berdiri tepat beberapa langkah di belakangku.

Senyumnya langsung mengembang saat menatapku, begitupun senyumanku yang juga langsung mengembang menatapnya.

Ia melangkah kecil ke arahku.

"kau baik-baik saja?"

Aku mengangguk. "Ya.. bagaimana harimu?"

Ia tertawa. "Tentu saja sangat baik selama ada kau di sisiku"

Aku memukul bahu Alven , ia meringis kesakitan.

Aku membalikkan tubuhku, ia mengikutiku dari belakang. Langkah kakiku membuat rambutku yang dikuncir ekor kuda bergerak seirama dengan langkah kakiku. 

Sreeet....

Seseorang menarik kuncir ramburtku, sekarang rambutku tergerai dibawah bahuku, Aku membalikkan tubuhku, rambut hitamuku yang tergerai berputar seirama dengan gerakan kepalaku.

Kejadian yang samadihariitu...

 Di belakangku, sosok Alven tersenyum lebar sambil mengangkat kuncir rambutku ke atas dan menggoyang-goyangkannya.

"Bukankah sudah kubilang? kau terlihat lebih cantik seperti ini"

Aku bergerak ke arah Alven, ingin menarik kuncir rambut yang dipegangnya. Ia menyembunyikan tangannya yang dari tadi memegang kuncir rambutku ke belakang, sedangkan jari telunjuk tangannya yang lain menahan dahiku agar berhenti merebut kuncir rambut itu.

"akan ku kembalikan, dengan satu syarat"

Aku menatap Alven dengan penuh selidik. "Syarat apaan"

Ia mengerlingkan matanya. "Masak buat aku!"

"What??" sontak aku berteriak kaget. 

"Kenapa kaget gitu?"

Season Of love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang