Kembali lagi dengan season of love.. ckkckc..
*******
Author's POV
Isabell menyesap winenya dengan kesal. Bagaimana mungkin pria itu pergi ke toilet selama ini?
Ia menyantap beberapa macam makanan yang tersusun rapi di hadapannya, gadis berambut hitam itu menyapu sekelilingnya, pesta dansa telah berakhir, dan sekarang seorang wanita yang diperkirakan Isabell lebih tua sedikit dari ibunya menghampirinya.
"Isabell ya?"
Isabell mengangguk lalu memincingkan matanya, berusaha mengingat sosok wanita itu.
Tetapi, setelah berpikir keras. Ia masih tak mampu mengingat sosok wanita di hadapannya itu.
Wanita itu tersenyum lebar ke arahnya. "Kau ngat tante?"
Isabell menatap wanita di depannya lagi, lalu menggeleng pelan. Ada sebersit raut kekecewaan diwajah cantik wanita itu, namun ia tetap berusaha tersenyum ke arah Isabell dengan ramah.
"Tante, mamanya Crist"
Greekkk....
Isabell berusaha mencerna kata-kat wanita itu, ia mengerjap beberapa kali tak percaya. Namun akhirnya ia tersenyum lebar ke arah wanita yang langsung menggiringnya duduk di salah satu bangku dekat terletaknya hidangan-hidangan yang menggoda napsu makan setiap orang.
Alven's POV
Jadi semua itu hanya.... salah paham?
Aku bodoh? Childish?
Atau....
"Aku terpaksa meninggalkanmu" mendengar kalimat itu, membuat napasku tercekat, otakku beku, tak mampu berpikir dengan jernih, sesaat aku hanya mematung di depan Luna.Mataku menatapnya tajam. mungkinkah ini hanya bagian dari mimpiku?
Gadis itu menarik tanganku keluar dari Ballroom.
Aku berusaha melepaskan tangannya yang menggandeng pergelangan tanganku saat kami sudah sampai di parkiran, tempat di mana tidak ada orang, dan, yang pasti tempat dimana kami bisa lebih bebas untuk berbicara.
"jadi jelaskan kepadaku kenapa kau pergi meninggalkanku tanpa pamit?" Kataku, aku yakin nada suaraku terdengar menakutkan.
Ia menghela napasnya dan menatapku lekat, ada sebuah tatapan aneh dari matanya, ia berusaha tersenyum ke arahku, senyuman kecut yang tidak ingin kulihat.
"kau ingat hari itu? Aku jatuh pingan setelah pergi dengan kalian, dan kau membawaku ke rumah sakit."
Aku mengangguk. Aku ingat hari itu, Luna jatuh pingsan dan aku membawanya ke rumah sakit dengan panik. dan semalaman aku menjaganya, bahkan setelah pulang aku harus menerima ocehan kakek karena aku pulang terlambat.
"kau bertanya padaku, apa yang terjadi? Aku berkata kalau aku cuma kecapekan, tapi sebenarnya.."
Ia menarik napas dalam-dalam sebelum akhirnya menjelaskan. "Aku mengalami tumor otak, dan aku tidak ingin kau merasa terbebani dengan kondisiku seperti ini, aku tidak mau kau mencintaiku karena kasihan, aku tidak mau kau menjadi pria yang menyedihkan, menghabiskan waktumu bersama dengan gadis yang mungkin sebentar lagi akan meninggal" ucap Luna dengan napas yang tersegal-segal suaranya sedikit bergetar, dan ia menggigit bibir bawahnya berusaha menahan kesedihannya, tapi aku bisa melihat matanya yang mulai berkaca-kaca.
hal itu Membuatku tertegun, sekarang kedua pipinya telah dibanjiri air mata, melunturkan riasan wajahnya yang sempurna. Ia menatapku dengan matanya yang berair, aku bisa merasakan betapa terlukanya gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Season Of love [COMPLETED]
RomanceBerawal dari keinginan sang Kakek, Alveno Aresto, pria idaman seantero sekolah harus tinggal dan bertunangan dengan Isabell Kisaria, gadis biasa dan polos yang tidak dikenalnya. Hari-hari mereka lewati hingga perlahan menghapus masa lalu Alven yang...