Their White Lie

7.9K 416 0
                                    

Author's POV

Sudah 1 minggu, sejak kejadian itu, tidak ada yang sadar.

Baik Alven maupun Isabell....

Sudah seminggu pula, Zee dan Crist bolak-balik ke rumah sakit untuk mengunjungi mereka.

perlahan keluarga Isabellpun bisa menerima semuanya, meski ada rasa berat hati,

Mereka hanya bisa berdoa....

Zee membuka pintu ruang ICU perlahan, dan melangkah perlahan ke arah gadis yang sedang terbaring lemas di dalam ruang itu dengan selang-selang di tubuhnya. Sudah 1 minggu, ia masih harus terbaring di ruang ICU.

Gadis itu menatap Isabell yang terbaring lemas di sana, dengan alat bantu pernapasannya.

"Bell. bangun dong! aku merindukanmu"

"kau harus bangun, dan... kita harus berkumpul seperti biasanya, kau dan Alven harus bangun dan bersama.semua orang menunggu kalian"

"I miss you" ucap Zee lirih, ia berusaha menghapus air matanya, ia tidak mau menangis lagi, tetapi kenapa ia tidak bisa? sudah cukup beberapa hari belakangan ini ia terus menangis.

Di sekolahpun rasanya tidak semangat tanpa Isabell.

Sekolah terasa berbeda tanpa sosok Isabell dan Alven.

Semua orang seolah kehilangan idola mereka. Hans dan Revalpun sering mengunjungi Alven yang sampai sekarang juga belum sadar.

++++++++++++++=

Bryan menyibak tirai jendela kamar rawat inap Alven, kemudian tersenyum saat matahari mulai menyinari ruangan tersebut.

Hari ini hari minggu.

"Kak Alven, bangun dong" ucapnya sambil duduk di samping tempat Alven terbaring.

"Aku pengen main dengan kakak lagi. dan Kakak harus bertunangan dengan kak Isabell"

Bryan, meraih salah satu tangan Alven yang tidak dipasang infus.

"Kak Alven harus bangun. bertunangan dengan kak Isabell dan nikah dengan kak Isabell"

Bryan tersenyum kecut dan kemudian pergi dari ruangan itu, saat ia berada di ambang pintu, bersiap untuk membuka knob pintunya, tapi tiba-tiba ia mendengar suara seseorang.

"Isabell..."

Bryan menghentikan kakinya, dan menoleh kebelakang. Ia mendekat ke arah Alven,

"Isabell..." ucap pria itu lagi, tangannya bergerak perlahan, dan.. perlahan ia membuka matanya.

Bryan hanya bisa melihat pria itu sambil mengerjap-ngerjapkan matanya.

"Ini bukan mimpikan?" ucapnya lirih.

"Aku ada dimana?" tanya Alven pada Bryan. Bryan tersenyum lebar ke arahnya.

"KAK ALVEN...." ucapnya girang tanpa memperdulikan pertanyaan Alven.

Alven's POV

Aku membuka mataku perlahan, hidungku mencium bau rumah sakit yang benar-benar kubenci, 

"Isabelll..;" ucapku lirih, hingga seseorang datang menghampiriku, seseorang itu adalah Bryan, adiK Isabell, 

"Aku ada dimana?" tanyaku padanya, ia mengabaikan pertanyaanku, dan kemudian tersenyum lebar ke arahku.

"KAK ALVENN.." panggilnya dengan riang, dan langsung memeluk tubuhku.

"Awhh" aku mengeryit kesakitan, ia langsung melepas pelukannya.

Season Of love [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang