Author's POV
Alven melangkah masuk ke rumah, sudah 3 minggu ia tidak pulang.. ia benar-benar merindukan rumah ini..
Alven menyapu sekeliling rumah itu, sepi... semua orang masih di rumah sakit, menunggu sosok Isabell yang belum terbangun. Sudah hampir satu bulan...
Tadi Crist mengantarnya ke rumah, rumah itu kosong. Hanya ada Bi Rosa, pembantu rumah tangga Isabell..
Pak Retno tidak lagi ada di rumah itu, mendengar berita pak Retno yang meninggal membuat Alven shock, karena ia tahu Pak Retno adalah orang yang baik dan ramah.
Rumah itu kini sedikit terasa asing baginya.
Ia menangkap foto besar di dinding rumah itu, foto Isabell dan keluarganya, gadis itu sedang tersenyum senang.
Betapa Alven sangat merindukan wajah itu...
Ia menaiki anak tangga dan kemudian masuk ke dalam kamarnya dengan hati-hati, tidak ada lagi suara Isabell yang menyapanya ketika ia pulang..
Tidak ada suara musik bervolume besar yang diputar di kamar Isabell.
Semuanya terasa berbeda tanpa gadis itu.
Alven terduduk di balik daun pintu.
Melipat kedua kakinya lalu hanya menatap kosong ke depan, berusaha mengingat waktu-waktu yang ia lalui bersama Isabell.
++++++++++++++
Alven's POV
Aku menatap sup yang ada dihadapanku, tidak berselera makan, begitupun Bryan.
"kakak gak makan?" tanyanya padaku.
Aku menggeleng. "Kau saja yang makan"
Ia juga menggeleng. "Gak napsu kak"
Dalam beberapa menit kami hanya diam berkutik dengan pikiran masing-masing. Untung saja aku sedang dalam masa liburan sehingga aku tidak perlu ke sekolah dengan keadaan yang seperti ini. Dan kecelakaan itu sedikit berdampak buru bagi kesehatanku, aku jadi mudah merasa pusing.
Dan rencanannya Crist dan Zee akan menjemputku dan Bryan di rumah ke rumah sakit, karena aku tidak diijinkan untuk mengemudi.
Ponselku rusak akibat kecelakaan itu.
benar-benar terkutuk.
Liontin kalung itupun hilang..
dan lebih parahnya, kecelakaan itu membuat gadis yang paling kucintai, harus menderita.. dan terbaring lemas.
Sial! kenapa harus terjadi pada aku dan Isabell di hari pertunangan kami??
Mungkin kami pasangan tunangan yang paling malang.
Ting-tong...
Aku mendengar bunyi bell, Aku menatap Bryan
"Aku saja yang buka kak"
Aku tersenyum ke arahnya lalu menopang daguku menatap sup dihadapanku, yang perlahan mulai dingin.
Beberapa menit kemudian, seorang pria yang sangat kukenal masuk,
Ia menatapku dengan tatapan prihatin. Aku menatapnya tajam seolah bertanya.
Apa aku benar-benar terlihat sangat bodoh dan frustasi?
Kalau dia menjadi akupun mungkin akan sama. Lagipula siapa yang bisa tersenyum jika calon tunangannya terbaring di rumah sakit dengan keadaan tak sadarkan diri?
KAMU SEDANG MEMBACA
Season Of love [COMPLETED]
RomanceBerawal dari keinginan sang Kakek, Alveno Aresto, pria idaman seantero sekolah harus tinggal dan bertunangan dengan Isabell Kisaria, gadis biasa dan polos yang tidak dikenalnya. Hari-hari mereka lewati hingga perlahan menghapus masa lalu Alven yang...